Hari ini akhirnya datang juga. Tanggal dua juni, ulang tahun Hibiki yang ke tujuh belas. Apa yang kami lakukan hari ini telah kami bicarakan saat sebelum pertemuan membahas apa saja yang akan kami bawa untuk training camp ini.
Awalnya, teman-teman menyuruhku untuk minta putus dengan Hibiki. Bukannya menolak rencana mereka, tapi Hibiki akan langsung tahu kalau itu hanya akting belaka. Karena Hibiki tahu, aku tidak akan minta putus duluan dengannya, begitu juga dengan sebaliknya. Jadi rencana ini tidak bakal berhasil. Lalu rencana kedua, mereka menyuruhku 'selingkuh' dengan Takeru. Kejam ya? Takeru langsung menolak mentah-mentah rencana ini. Di samping itu, Hibiki juga pasti langsung tahu kalau ini hanya pura-pura. Rencana ketiga, aku menghilang seharian. Aku menggelengkan kepalaku. Kasihan kalau Hibiki sendirian yang mengurus delapan belas anak-anak basket. Tetap harus ada dua kapten. Rencana keempat, untuk tanggal dua Juni, seharian kami tidak ada latihan dan pergi ke berbagai tempat untuk merayakan ulang tahun Hibiki. Aku langsung melotot ke arah k embar, karena tentu saja, ini ide mereka. Dasar.
Setelah melalui perdebatan yang panjang, akhirnya dicapai keputusan, yaitu rencana ke sekian, mengerjai Hibiki dengan membuatnya merasa bersalah sepanjang hari, menyuruhnya untuk melakukan ini-itu, dan aku harus sering marah-marah. Duh, berat lho. Aku kan orangnya jarang marah. Kadang-kadang aku juga tidak tega begitu lihat wajahnya Hibiki. Benar lho, kadang-kadang dia kalau sudah 'merayu' aku dengan puppy eyes-nya, aku langsung luluh.
Pagi hari, aku bangun jam delapan. Bangun-bangun, tangan kananku rasanya sedikit pegal. Tidak apa-apa, hari ini kan tidak terlalu ketat program latihannya. Aku menengok ke arah kiri, dan di situ ada Mayuri yang masih tertidur. Aku duduk, dan melihat ke arah kiri. Hana dan Sasaki juga masih tertidur dengan pulas. Dengan perlahan aku merapikan tempat tidur, dan membongkar koperku untuk mengambil baju ganti dan handuk. Tak lupa aku mengambil peralatan mandi. Aku membuka pintu perlahan dan berjalan menuju kamar mandi. Di tengah jalan, aku berpapasan dengan Hibiki. Kelihatannya ia mau mandi juga. Oke, akting dimulai.
"Pagi Kapten!" Sapanya dengan ceria.
"Pagi." Jawabku pendek.
"Eh, singkat banget. Kau sakit?" Tanya sambil memegang dahiku. Aku menjauhkan tangannya dari dahiku.
"Tidak, Hibiki. Aku baik-baik saja." Kataku sambil tersenyum tipis.
"Lalu kenapa? Apa karena kemarin ya?" Tanyanya sambil memasang puppy eyes-nya. Aduh, tidak kuat nih. Aku menghela napas panjang.
"Tidak apa-apa. Aku mandi dulu ya." Kataku, lalu aku memasuki kamar mandi.
Fiuh. Aku sempat menyesal juga bersikap seperti itu dengan Hibiki. Kalau sama Ame dan Takeru yang ulang tahun sih sering. Setiap tahun malah. Lah ini sama pacar sendiri. Tidak apa-apa, Riku. Ini hanya terjadi sekali seumur hidup, pikirku sambil mulai mandi.
Sambil menunggu anak-anak lain selesai mandi, aku membantu Minako-nee di dapur. Pagi ini ia memasak yakiniku. Wuih, saat ia menuangkan sausnya di atas daging ayam, air ludahku hampir saja menetes. Habisnya kelihatan enak dan menggiurkan sih. Jam setengah sembilan kurang lima menit, kami semua berkumpul di ruang makan untuk sarapan bersama.
Segera setelah sarapan, aku mengganti baju, mengambil alat tulis, dan bergegas ke ruang penyimpanan. Aku membuka pintu ruang penyimpanan dan mengambil beberapa cone, meteran, peluit, dan stopwatch. Aku melihat ke arah jam tanganku yang berwarna putih. Sudah lebih dari sepuluh menit, tapi Hibiki masih belum ke sini juga. Aku menepuk keningku. Oh iya, kan Hibiki diajak ngobrol dulu sama si kembar, Takeru, sama Kaito. Ceritanya biar Hibiki tidak sempat membantuku, jadi aku bisa marah-marah padanya. Semoga nanti bisa marah-marah deh. Semoga.
Aku meletakkan sepasang cone di depan ruang penyimpanan. Lalu, aku berlari sambil membawa sepasang cone di kedua tanganku. Hampir terpeleset juga lari di pasir. Setelah ratusan meter aku berlari, aku terengah-engah sambil meletakkan kedua cone dari tanganku yang sudah basah akan keringat. Sambil memegang dadaku, aku melihat ke arah ruang penyimpanan sambil menyipitkan kedua mataku. Oh, sudah ada kembar di sana. Ada Shin, Ranmaru, Takagi, Keiko, Kousaka, dan Hibiki. Ia melambaikan tangannya dengan semangat sambil tersenyum lebar. Sesuai dengan peranku hari ini, aku harus mengabaikan Hibiki. Maka aku mengalihkan pandanganku ke arah laut sambil mengatur nafasku. Hp ku berbunyi, aku mengeluarkannya dari kantong di celana, lalu membacanya. Dari Hibiki. Aku melirik ke arahnya. Ia mengangkat HPnya tinggi-tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slamdunk My Heart
Teen Fiction~ ○ ~ Shirokawa Riku, seorang siswi SMA yang dalam hidupnya belum merasakan apa itu cinta terhadap lawan jenis, mulai mengubah pemikirannya saat musim semi datang di tahun keduanya di SMA Kitahara. Di sana ia bertemu dengan Kurosawa Hibiki, murid pi...