10 | Kayu to Mikan - Porridge and Orange

72 4 0
                                    

Sejak kejadian itu, esoknya, sepulang sekolah, aku pulang bersama Chiiharu. Aku ingin menjenguk Hibiki lagi. Hari ini aku membawakan beberapa buah jeruk. Sesampainya di rumah Hibiki, seperti biasa, kedua orang tuanya sedang pergi. Aku menemani Chiiharu memasak bubur ayam. Setelah matang, kami berdua naik ke kamar Hibiki. Aku mengetuk pintu, lalu membukanya. Kulihat Hibiki sedang berdiri di depan cermin.

"Eh? Riku di sini? Asik!" Kata Hibiki senang.

"Eeeh... Kamu itu masih sakit, malah jalan-jalan!" Semprotku.

"Tidak apa-apa. Bosan di kasur terus. Nanti kalau aku ingin buang air kecil bagaimana?" Katanya sambil menjulurkan lidah.

"Dasar, kamu ini!" Kataku sambil duduk di karpet, meletakkan jeruk-jeruk yang kubawa.

"Itu apa?"

"Tas plastik."

"Ya kalau itu aku tahu. Maksudku isinya."

"Jeruk."

"Wuaaaah! Mau mau mau!" Katanya sambil mendekati tas plastik yang berisi jeruk-jeruk mandarin yang berada di sebelahku.

"Nii-chan! Makan dulu!" Semprot Chiiharu sambil meletakkan nampan di dekatku.

"Oh iya lupa kalo ada kamu."

"Apaaaa?!" Chiiharu mencubit perut Hibiki. Aku tersenyum melihat ulah Kakak beradik yang satu ini.

"Sudah, sudah, makan dulu." Aku menengahi perang cubit-cubitan itu.

"Oh iya Riku-senpai, aku baru ingat kalau aku mau menelpon temanku masalah kerja kelompok besok. Aku ke kamar dulu ya. Tolong jaga Nii-chan yang menyebalkan ini ya, Riku-senpai."

"Menyebalkan apaan?!?" Hibiki tertawa.

"Ngomong-ngomong Chii-chan, kamu masak apa?" Tanyanya lagi.

"Bubur ayam! Tolong dibantu ya, Senpai!" Kata Chiiharu sambil tersenyum.

"Siap Komandan!" Aku memberi hormat pada Chiiharu. Setelah itu, ia segera meninggalkan kamar Hibiki. Wah berduaan lagi nih. Jantungku, tenang ya...

"Kok wajahmu begitu?" Tanyaku saat melihat Hibiki yang tengah menatap bubur ayam yang dimasak Chiiharu.

"Hah? Wajahku kenapa?"

"Kelihatannya tidak suka."

"Tidak, tidak. Hanya perasaanmu saja. Paling aku curiga Chii-chan mau meracuni kakaknya yang super keren ini." Kontan, aku menjitaknya.

"Tidak mungkin lah. Kamu itu, ngawur banget." Aku mengecek hpku. Melihat apakah ada sms yang masuk. Setelah itu aku menoleh ke arah Hibiki. Ia sedang membuka mulutnya lebar-lebar. Aku tertawa terpingkal-pingkal.

"Hibiki kenapa melongo begitu? Hahaha!!!"

"Yah Riku, aku kan mau makan. Lapar nih."

"Makan sendiri kan bisa?" Aku masih tertawa.

"Mana bisa? Tangan kananku kalau diangkat sakit banget. Aku kan bukan orang kidal." Seketika tawaku berhenti. Oh iya ya. Dia bukan orang kidal. Aku harus menyuapinya.

"Iya deh, aku bantu."

"Horeeee!!! Setelah itu makan jeruk ya?" Katanya sambil memasang muka memelas.

"Iya, iya. Habiskan dulu buburnya Chii-chan. Kasihan dia sudah buat capek-capek hanya untuk kakaknya yang menyebalkan ini." Aku tertawa geli.

"Kamu kok juga terpengaruh sih sama omongan Chiiharu?" Hibiki tertawa.

"Hahaha... Sudah, makan dulu."

"Iya, kapten!" Aku mulai menyendok bubur ayam buatan Chiiharu dan mulai menyuapi Hibiki.

Slamdunk My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang