Sebuah takdir kembali mempertemukan keduanya.
"Bersikap baiklah pada adikmu.."
"Pasti ayah"
Ellen tersenyum bahagia ketika dia melihat wajah adik angkatnya, jujur saat pernikahan diadakan ellen sangat sibuk diluar negeri mengikuti pertukaran pelajar, dia bahkan tidak sempat melihat foto pernikahan sang ayah.
Orangtua mereka pergi untuk memberikan ruang bagi anaknya untuk saling mengenal.
"Ini takdir bukan?"
"Takdir yang buruk"
"Buruk?"
"Kamu tidak dengan sengaja menjodohkan orangtua kita untuk bertemu denganku kan?"
Ellsb tertawa mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Vera.
"Apa itu masuk akal? Aku saja baru pulang dari luar negeri, dan bahkan tidak bisa hadir di pernikahan"
"Benarkah?"
"Kamu tidak melupakan janjimu bukan? Traktir aku ketika kita memiliki takdir untuk bertemu"
"Aku tidak pernah berjanji, kamu yang mengatakannya"
"Kalau begitu aku tidak akan memaafkanmu"
Vera diam, kemudian mengangguk, dan bersedia untuk mentraktir ellen hari itu juga.
Ellen yang memilih tempat, dia memilih sebuah kafe dengan pemandangan indah yang ada di pinggiran kota. Ellen menyetir mobil bersama Vera, butuh waktu 40 menit untuk tiba karena macet di akhir pekan.
Saat mereka tiba ellen segera memesan minuman dingin ber alkohol rendah, makanan berat dan juga makanan ringan.
"Berikan aku minuman yang sama"
"No.. kamu di bawah umur.." sambil mengejek "berikan adikku susu hangat"
"Kamu bercanda?"
Ellen langsung menarik telapak tangan vera dan membawanya ke tempat duduk yang ada di samping jendela.
Vera hanya mendesah pelan, dan jengkel.
"Kamu marah?"
"Jengkel"
"Kenapa"
"Aku bukan anak kecil"
"Kamu masih kecil"
"Aku sudah dewasa"
"Bahkan wajahmu yang kesal terlihat imut, itu artinya kamu masih kecil"
Vera diam, hingga pesanan datang. Writers menata minuman dan cemilan yang dipesan diatas meja.
Saat vera hendak mencicipi sebuah makanan Ellen langsung melarangnya.
"Kenapa lagi"
"Haram, kan kamu islam, itu dari babi"
"La terus kamu?"
"Kan kristen"
"Iya juga.."
Ellen kembali tersenyum, vera yang terlihat kebingungan terlihat sangat menggemaskan.
Memang sejak lama ellen ingin memiliki seorang adik, dia merasa kesepian sejak kecil.
Walaupun vera jarang berbicara namun sepertinya dia merasa nyaman bersama sang kakak barunya yang cukup perhatian.
###
Pagi ini mendung, ellen memiliki jadwal yang sama dengan vera di hari Senin, selasa dan kamis.
Jam 7 keduanya sudah harus tiba di sekolah dan kampus.
"Sarapan dulu"
"Aku terbiasa tidak sarapan"
"Tetep aja, kita kan berangkat bareng, kamu gak perlu naik bis sekolah jadi gak perlu buru-buru"
"Aku pergi naik bis aja"
"Bareng aku.. titik" sambil memegang telapak tangan vera.
Ellen langsung menarik adiknya agar ikut sarapan bersama kedua orang tua mereka.
Ibu vera tersenyum, dia selalu gagal mengajak vera untuk sarapan, namun kakak tirinya berhasil melakukannya.
"Kalian mau berangkat bareng? Atau vera mau ikut ayah saja?" Tanya sang ayah
"Sama aku aja yah, aku cuman perlu puter balik bentar"
"Nanti kamu makin ribet" jawab vera
"Vera panggil ellen kakak, nggak sopan" ucap sang ibu.
"Gapapa ma.. vera masih belum terbiasa ketemu aku juga"
Vera memang tidak ingin memanggil ellen dengan sebutan kakak. Memiliki seorang kakak secara tiba-tiba terasa sedikit aneh.
Setelah itu mereka berangkat bersama, ellen menyetir dengan santai. Vera sebenarnya juga bisa menyetir tapi dia masih belum memiliki SIM usianya masih di bawah umur.
"Gak paapa turun di depan sini?"
"Iya disini aja"
Sebelum pergi Ellen mengambil jaket yang ada di kursi belakang.
"Cuaca lagi gak baik, pakek jaket"
"Gak perlu"
Bukan ellen namanya jika tidak memaksa, dia selalu berhasil membuat vera bungkam dan pasrah.
"Semangat sekolahnya" sambil mengacak foni rambut vera
"Ah jadi berantakan"
KAMU SEDANG MEMBACA
My SIN (GXG iam Lesbian)
PoetryKami berdua hanyalah manusia biasa, pendosa yang tidak punya pilihan selain bertahan dengan harapan kebahagiaan.. Ini adalah kisah hidup, yang sulit untuk difahami semua orang.. CERITA DEWASA 21+