"Hubungan kita?"
Ellen berfikir, jawaban apa yang harus di berikan. Vera menunggu dengan sabar.
"Hei"
Suara seseorang mengagetkan keduanya, seorang laki laki yang dikenal oleh ellen.
"Bara? Kok kamu ada disini?"
Laki laki itu tersenyum "aku membuat status, lalu ayahmu melihat statusku dan berkomentar bahwa kalian juga ada disini, dia mengajakku untuk mampir jika ada waktu"
"Tapi kamu tidak memberitahuku bahwa kamu akan kesini"
"Aku sudah mengiriman pesan, sejak tadi pagi, tapi kamu belum membacanya hingga malam ini, aku khawatir"
Ellen memang terlalu sibuk dengan liburan keluarga dan jarang memegang hp.
Sebuah telfon masuk di hp ellen, sang ayah meminta mereka kembali ke villa dengan Barra.
Rupanya ayah ibu dan bibi mereka sedang membakar ikan di halaman villa. Sebuah tikar cukup lebar sudah terbentang dengan api unggun sudah menyala sebagai penghangat.
"Ayo, kita makan bersama"
Vera mengambilkan piring yang dibutuhkan, sementara ellen membantu menata ikan yang sudah matang, Bara membantu ayah ellen menambah kayu untuk perapian.
"Apa kabarmu nak" tanya sang ayah ke Barra
"Baik om"
"Ini dia mah, tunangan Ellen yang aku ceritakan, dia adalah calon suami terbaik untuk ellen"
Vera kaget tidak mempercayai apa yang baru saja dia dengar, setelah lebih dari 3 bulan mereka tinggal bersama menjadi sebuah keluarga dia tidak pernah mendengar apapun tentang pertunangan Ellen.
"Vera.. ini Barra, tunangan kakakmu, ayah belum sempat memperkenalkannya padamu dan ibumu secara resmi"
Barra menyapa ellen lebih dahulu "halo, kita pernah bertemu sebelumnya"
"Mm iya, saat kamu membuat kakakku pulang dalam keadaan mabuk berat"
Respon negatif itu membuat ibu vera langsung menyenggol anaknya.
Ellen terlihat khawatir, tidak nyaman dan gelisan.
Vera akhirnya diam, dia mengambil sedikit nasi dan lauk karena tidak berselera. Secepat mungkin vera menelan makanan itu hampur tanpa mengunyahnya dengan benar.
Setelah selesai dia bangkit dari kursinya "aku sudah selesai" dan pergi begitu saja.
Tidak ada yang menahannya karena mereka semua tau bahwa vera tidak mudah dibujuk.
Alhasil tidak lama kemudian vera memuntahkan makanan yang dia makan.
Dia kembali ke kamar mengambil sesuatu kemudian pergi berjalan sekitar 300 meter dari belakang vila.
Dengan korek api kayu dia menyalakan rokok menghisapnya tanpa banyak jeda, saat habis dia akan segera menyulut kembali rokok yang tersisa hingga menghabiskan 5 puntung rokok dalam kurun waktu singkat.
Saat akan menyalakan rokok yang ke5 ellen datang, merampas rokok yang ada di tangan kirinya.
"Kita perlu berbicara"
"Aku rasa tidak ada yang perlu di bicarakan, kembalikan rokokku"
"Kamu sudah menghabiskan banyak"
"Kembalikan"
"Tidak akan"
"Apa yang kamu inginkan dariku"
"Berbicara, aku ingin kita berbicara dengankan aku lebih dahulu"
"Katakan"
"Aku sungguh tidak tau bahwa bara akan kesini"
"Kamu menipuku, kamu fikir aku akan percaya ucapanmu?"
"Aku tidak pernah menipumu, kamu juga tidak pernah bertanya tentang hubunganku dengannya"
"Kamu meremehkanku"
"Aku tidak pernah seperti itu" ucap ellen. "Aku akan menjelaskan semuanya, tentang aku dan Barra"
"Kenapa aku harus mendengarkan alasanmu?"
"Karena aku tidak ingin kamu salah paham"
Vera masih sangat kesal, dan lelah untuk terus berdebat, karena itu dia mencoba pergi.
Ellen tetap menahannya "aku menyukaimu"
Kalimat itu berhasil membuat vera menghentikan langkah kakinya.
"Menyukaimu bukan sebagai seorang kakak, aku ingin memilikimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
My SIN (GXG iam Lesbian)
PoetryKami berdua hanyalah manusia biasa, pendosa yang tidak punya pilihan selain bertahan dengan harapan kebahagiaan.. Ini adalah kisah hidup, yang sulit untuk difahami semua orang.. CERITA DEWASA 21+