Pagi ini sangat cerah, tanaman bambu hoki elena mulai memunculkan tunas untuk berdaun.
Elena bangun lebih awal, dia terbiasa bangun jam 4 pagi.
Vera masih tertidur nyenyak, sungguh pemandangan pagi yang indah, elena tersenyum melihat wajah polis vera yang sangat menawan.
Alarm tiba-tiba berbunyi, alarm yang memang selalu aktif setiap hari.
Vera terbangun, saat membuka mata dia dapat melihat elena yang sedang menatapnya.
Vera segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya menggunakan pakaian dalam tanpa bra.
"Kenapa masih malu, aku sudah melihat semuanya"
Tangan vera segera menutup mulut elena "diam, jangan katakan apapun"
Elena tersenyum gemas melihat expresi adiknya menahan malu.
"Muach" mengecup pipi vera dengan lembut "terimakasih untuk malam kemarin"
"Kubilang jangan di bahas"
Elena langsung memeluk vera kembali "aku suka aroma shampomu"
"Benarkah?"
"Aku juga suka aroma tubuhmu"
"Dasar mesum"
"Sama kamu doang"
####
Suatu hari, di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah, elena dan Barra duduk berdua meminum es thai tea yang baru saja mereka beli.
"Kamu tau Ellen, aku dulu sangat membenci thai tea, karena rasanya seperti jamu, tapi, kini aku sidah terbiasa bahkan menyukainya"
"Seharusnya kamu tidak memaksakan seleramu Barra"
Lelaki itu tersenyum menatap Elena "bagaimanapun aku ingin memiliki selera yang sama denganmu"
Elena tidak merespon, fikirannya terbang jauh di tempat lain.
"Barra karena hanya ada kita berdua disini, bolehkan aku berbicara jujur?"
"Silahkan, tentang apa, aku akan mendengarkannya"
"Tentang pertunangan kita, kamu masih ingat apa yang ku katakan dulu kan?"
Expresi Barra berubah seketika, pertanda bahwa dia masih ingat hal itu.
"Aku mengatakannya dengan jelas, bahwa aku menyukaimu seperti seorang saudara, kami seperti kakakku sendiri, kamu juga masih merasakan hal yang sama bukan?"
Barra terdiam, dia berusaha berhati-hati untuk menjawab.
"Sebenarnya aku berbohong, saat iru aku masih sangat muda dan takut untuk berbicara, tapi karena sekarang aku sudah dewasa aku akan mengatkan semuanya dengan jujur. Aku sungguh menyukaimu Ellen"
"Aku tau"
"Bukan sebagai seorang kakak... tapi sebagai seorang laki-laki"
Ellena terpaku, dia tidak mengira akan mendengar jawaban seperti itu.
Barra meraih tangan Ellen dengan lembut "aku.. sungguh-sungguh menyukaimu, apa kamu tidak merasakan hal yang sama?"
Ellena menarik tangannya "aku masih sama Bar, bagiku kamu adalah seorang kakak, kamu seperti saudaraku sendiri"
Itu adalah sebuah penolakan, Barra menyadarinya.
"Baiklah, tidak apa-apa, aku akan berusaha lebih keras" memaksa senyum.
"Bukan itu maksudku"
"Sebenarnya apa ellen? Kamu tidak pernah membahas tentang ini sebelumnya"
"Kita sudah bertunangan cukup lama, dan tidak lama setelah aku lulus nanti, ayah akan mulai membicarakan tentang pernikahan, dan aku merasa tidak siap untuk itu"
"Kamu tidak perlu khawatir, kita tidak harus menikah dalam jangka waktu dekat, aku bisa menunggumu"
"Aku tidak memintamu menunggu, sebelum semuanya semakin rumit bukankah lebih kita..."
"Aku mengerti, aku akan berusaha membuat keluargaku dan ayahmu tidak terburu-buru.."
Barra memotong pembicaraan Ellena, seakan dia sudah tau bahwa ellena ingin mengakhiri pertunangan mereka.
"Disini udah dingin, ayo balik ke rumahmu" mengalihkan pembicaraan.
Sebelum barra kembali menggandeng tangan ellena ke arah rumah, ellena memberanikan diri untuk berbicara.
"Aku memiliki orang lain dihatiku"
Sebuah kalimat yang pasti sangat menyakitkan bagi Barra.
"Apa katamu?"
"Aku sudah memiliki kekasih"
"Siapa? Lelaki mana? Apakah dia jauh lebih baik dariku? Mengapa aku tidak pernah mendengar apapun tentangnya?"
"Aku bingung harus jawab pertanyaan yang mana, yang pasti aku sangat menyayanginya"
"Siapa lelaki itu?"
"Kamu tidak perlu tau"
"Aku menemanimu lebih dari 15 tahun, saat kita masih TK hingga saat ini, apa aku sangat buruk bagimu?"
Barra merasa semuanya tidak adil "dari awal aku udah bilang Bar, bagiku kamu udah kayak saudara aku sendiri, kamupun mengatakan hal yang sama. Kalau aku tau kamu sungguh naruk perasaanmu padaku, aku nggak akan pernah setuju sama pertunangan ini, aku gak akan ngasih harapan sama kamu"
"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai adikku, bagiku kamu adalah seorang wanita yang ingin kumiliki, karena itu aku berusaha bertahan menunggumu selama apapun"
"Lalu kamu ingin menjadi keluargaku? Menjadi kakakku? Saudaraku yang selalu ada untukku?"
"Aku bukan kakakmu, dan aku tidak mau menjadi kakakmu el"
"Kamu merusak hubungan baik kita Barra, karena aku sama sekali tidak pernah melihatmu sebagai kekasih"
Barra terlihat sangat kecewa, dia tidak mengatakan apapun walaupun dia sangat patah hati, Barra tidak pergi begitu saja, dia tetap mengikuti ellena dari belakang hingga depan rumah kemudian pergi tanpa berpamitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My SIN (GXG iam Lesbian)
PoetryKami berdua hanyalah manusia biasa, pendosa yang tidak punya pilihan selain bertahan dengan harapan kebahagiaan.. Ini adalah kisah hidup, yang sulit untuk difahami semua orang.. CERITA DEWASA 21+