part 24

4.7K 144 0
                                    

Vera menunggu dengan cemas, menghisap rokok, dan menghidupkan layar Hp untuk melihat jam. Karena dia tau, ellena sedang bersama dengan Barra.

Saat menyadari kedatangan kakaknya, dia segera mematikan rokoknya kemudian menyembunyikannya di bawa vas bunga.

"Kamu menungguku?" Tanya elena setelah masuk ke dalam kamar vera.

"Siapa bilang"

Ellena mendekat, memeluk Vera dari belakang "merasa cemas? Sampek ngerokok?"

Vera kaget, padahal dia sudah berusaha mengibas-ngibas udara dengan buku dan membuka jendela untuk menghilangkan baunya.

"Hanya 2 puntung saja"

"Aku tidak akan melarangmu merokok, mamun jika kamu berhenti, itu akan lebih baik"

"Saat aku merasa tidak tenang, merokok  seperti sedikit memberiku lebih rasa nyaman"

"Itu karena kamu tidak tau, bagaimana cara untuk mengatasi rasa tidak nyamanmu, nagaimana dengan menghisap permen?"

"Aku bukan anak kecil lagi"

"Aku tau, atau lakukan hal lain yang lebih kearah positif"

"Bukankah kamu bilang tidak akan melarang?"

"Itu karena sekarang, aku sangat memyayangimu, aku takut kamu sakit karenanya. Terlebih aku juga takut bibir manismu ini berubah menjadi hitam. Kamu kan tau aku sangat iri dengan warna bibirmu yang merah alami"

"Baiklah, aku akan berusaha untuk berhenti"

"Anak baik.. kalau gitu aku mandi dulu, abis dari luar"

Elena kembali ke kamarnya, sementara vera masih memiliki cukup banyak pertanyaan yang tidak berani dia tanyakan.

Elena turun ke lantai bawah menuju dapur untuk mengambil sebotol air mineral di dalam kulkas.

"Nak, belum tidur?" Tanya sang ibu.

"Ngambil air mah"

"Oh iya, mama udah motongin buah melon sama nanas, kamu ambil ya di kulkas sekalian bawa dikamar mumpung masih fresh"

"Aku kan gak suka melon"

"Melonnya buat kakakmu nak, kakakmu suka nanas"

"Oh iya"

Vera segera membawa 2 mangkok kecil buah yang sudah di potong dadu bersama 2 garpu.

Sebelum masuk vera mengetuk pintu.

"Ah maaf" kembali menutup pintu.

Ternyata elena sedang mengganti pakaian, vera menunggu di luar hingga pintu kembali terbuka.

"Masuklah"

"Aku bawa melon di suruh mama"

"Oh ya? Udah dipotong juga?"

"Mama yang motong"

"Kenapa tapi gak jadi masuk?"

"Kamu lagi ganti baju"

"Ya jangan diliat kan bisa masuk tanpa harus merhatiin"

Vera tidak bisa menjawab, dia hanya kaget, dan belum pernah melihat elena tanpa pakaian.

"Kamu suka nanas?"

"Iya"

"Kenapa?"

"Aku emang suka buah yang asem, terus kamu kenapa suka melon"

"Karena lembut dan manis, kayak kamu"

Hampir saja vera tersedak "apa mulitmu selicin ini ke semua orang?"

"Nggak, cuman ke kamu aja, karena kamu udah kasih pelumas makanya licin"

"Omongannya mulai kemana tuh"

"Hehe canda, aku gak pernah sebucin ini sama orang ver, percaya deh"

"Iya percaya"

Mereka melahap buah itu dengan lahap "vera"

"Mmm?"

"Aku tadi bilang ke Barra tentang pertunangan"

Vera mendengarkan dengan serius.

"Alhasil kita berdebat, dia keliatan kecewa banget"

"Emang kamu bilangnya gimana"

"Aku suka sama orang lain, dan udah pacaran. Jadi, aku jujur kalau aku nggak ada rasa sama dia"

"Langsung? Kenapa nggak perlahan aja"

"Takut makin jauh, takut dia makin berharap"

Namun raut wajah elena terlihat sedih saat membicarakan Barra.

Vera meraih pipi elena "kamu terlihat sangat sedih"

"Jangan salah faham vera, aku hanya sedih karena mungkin aku akan kehilangan orang yang udah aku anggap kakakku sendiri, gimanapun dia ada sejak aku kecil"

Vera memeluk elena "aku mengerti, aku percaya sama kamu"





My SIN (GXG iam Lesbian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang