part 31 fakta

2.3K 94 2
                                    

Ellena dan vera berpapasan di depan pintu saling melempar senyuman. Semalam mereka saling berjanji bahwa mereka akan terus bersama, saling setia tanpa adanya pernikahan.

Sebelum berangkat kesekolah, vera ikut sarapan bersama. Vera makan dengan lahap sembari mendengarkan percakapan hangat ayah ibu dan kakaknya.

Sesekali ellena melemparkan candaan ke arah vera dan vera selalu menjawab dengan sedikit dingin, masih jual mahal didepan kedua orang tua. Namun itu membuat vera terlihat menggemaskan.

"Jadwalmu penuh hari ini nak?" Tanya sang ayah.

"Mm, ada extra pelajaran untuk persiapan ujian, mungkin bisa sampek malem"

"Ayah tidak bisa menjemput, apa kamu mau naik taxi? Ayah akan berikan uang saku lebih"

Ellena segera mengajukan diri "aku aja ayah yang jemput"

"Kamu? Apa nggak lelah dengan kampus?"

"Tinggal skripsi aja ayah, banyak waktu luang, malem malem bahaya buat adek"

"Begitu? Oke kalau gitu ayah serahkan anak kecil ayah padamu"

"Aku udah dewasa" sanggah vera

"Iya sayang.. kamu sudah dewasa" tambah sang ibu sambil membelai rambut vera.

Hari itu berjalan cukup panjang bagi vera, dia istirahat di sekolah di jam kosongnya daripada harus bolak balik pulang, kemudian ikut kelas malam.

walaupun sedikit telat ellena tetap datang menjemput vera.

"Tumben telat?"

"Maaf tadi macet" dengan wajah pucat.

"Kamu sakit?" Menempelkan telapak tangan di kening ellena.

"Nggak, cuman pusing dikit"

"Beli obat dulu diapotik"

"Nggak perlu, ada kok dirumah"

"Benarkah? Baiklah" vera membuka pintu mobil dan duduk di sebelah ellena

Sebenarnya cukup aneh, ellena biasanya akan keluar dari mobil untuk menyapa vera tapi kali ini, elena enggan turun. Vera tidak berfikiran aneh, mungkin kakaknya lelah hari ini, begitu juga saat tiba dirumah ellena langsung masuk ke dalam kamarnya, vera tidak ingin mengganggu, dia hanya memberikan air putih serta obat untuk ellena kemudian kembali ke kamarnya sendiri.

Besok pagi, vera mendengar percakapan yang keluarga diruang tamu. Dia mendengar bahwa ellena baru saja mengalami perampokan tentu saja vera marah karena dia tidak tau dan tidak ada yang memberitaunya.

Mungkin ayah dan ibu vera tidak ingin anaknya yang paling kecil terganggu dengan berita buruk ini.

"Aku akan berbicara dengan adik" pungkas ellena pada kedua orangtuanya.

Dan segera mendatangi kamar vera. Seperti biasa ellena mengetuk pintu kemudian membuka pintu kamar vera.

"Kamu marah?" Setelah mendapati vera yang duduk di meja belajar kembali memecahkan soal matematika.

Vera tidak menjawab, raut wajahnya seakan menjawab pertanyaan ellena.

"Maafin aku"

"Kapan kejadiannya, jawab dengan benar"

"Semalam"

"Saat menjemputku? Jadi ini karenaku?"

"Itulah kenapa aku tidak mau memberitahumu, kamu pasti agar berfikiran seperti ini"

"Kamu tidak perlu menjemputku lagi"

"Vera bukan begini cara menunjukkan rasa khawatir"

Ellena sudah terbiasa dengan vera yang selalu mengungkapkan perasaannya dengan cara yang salah.

Vera kembali duduk, ellena diam dan hanya memperhatikan adiknya. Tidaj butuh waktu lama hingga akhirnya vera melempar pensilnya dan langsung memeluk ellena yang sedang berdiri.

"Aku takut"

"Aku baik-baik saja"

"Kamu tidak terluka"

"Tidak mereka hanya mengambil hp dan sejumlah uang"

"Mobilnya? Mengapa mereka nggak ambil mobilnya"

"Nggak sempat karena tiba tiba ada patroli polisi"

My SIN (GXG iam Lesbian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang