Pagi ini dimulai dengan kencan yang sudah disiapkan oleh sang ibu.
Seorang pria dengan pakaian rapi duduk di hadapan vera.
"Kamu sangat cantik"
Kalimat yang paling sering di dengar, semua pria hanya memandang wanita dari fisik.
Vera lebih suka di puji karena prestasi dan keahliannya dibandingkan prnampilan fisik.
"Kamu tau, kedua orang tua kita menjodohkan kita" tanya pria itu kembali.
"Aku tau"
"Kemarin, aku sempat menolak kencan buta ini, tapi setelah melihatmu secara langsung, kamu sesuai dengan tipe ideal wanita yang kuinginkan"
"Seperti apa tipe idealmu"
"Tinggi diatas 160cm, putih, mulus, tidak gemuk dan cantik"
Semua yang di sebutkan hanyalah penampilan fisik.
"Lalu"
"Jika kamu setuju aku tidak akan memperumitnya, aku bersedia menikah denganmu"
"Hanya itu? Kamu bersedia menikahi wanita yang baru pertama kali kamu temui?"
Pria itu mengangguk "tentu, selama kamu cantik dan menarik, aku tidak keberatan, bagaimana denganmu"
"Aku mengikuti apa kata ibuku"
"Maksudmu kamu setuju dengan perjodohan ini?"
"Aku hanya menuruti apa yang diinginkan ibuku, asal dia senang"
Pria itu tertawa bangga "ternyata kamu sangat menyayangi orang tuamu"
Sesimple itu pertemuan mereka, vera benar benar membuat keputusan gila, kabar bahagia itu langsung terdengar oleh ibu vera, dia sangat senang merasa telah berhasil menjodohkan vera.
Disisi lain saat vera tengah sibuk membaca proposal rencana pemasaran, mita datang dengan sekotak makanan.
"Kamu pasti belum makan malem"
"Untukku?"
Mita mengangguk, mengeluarkan kotak makanan dari dalam paperbag, dan memberikan sendok agar vera bisa langsung menyantap, nasi goreng yang dia bawa.
"Mm enak"
"Aku tau seleramu" ucap mita sambil menatap vera.
Vera hanya tersenyum sambil terus makan. Mita menunggu vera hingga jam 8 malam untuk pulang. Pegawai lain sudah pulang, kini vera juga sudah merapikan mejanya dan bersiap pulang.
"Apa lama?"
"Nggak kok, mau pulang sekarang?"
"Oke"
Mereka berjalan keluar, mita meraih tangan vera.
"Nggak paapa kan?" Meminta izin.
"Nggak paapa"
Tangan mita terasa cukup hangat, saat tiba di depan gedung, sebuah mobil berwarna navy tiba. Ellena keluar dan langsung berjalan cepat ke arah mereka.
"Ngapain kakak kesini"
Ellena langsung menarik paksa tangan vera memisahkannya dengan mita.
"Apa apaan ini" mita berusaha menahan ellena.
Ellena langsung menepis tangan mita dengan cukup kasar, dan menarik vera masuk kembali ke dalam gedung.
Vera memberi aba aba bahwa dia baik naik saja dan agar mita sebaiknya pulang lebih dulu.
Ellena langsung memasang pakal pintu depan dan terus menarik vera jauh lebih masuk ke beberapa ruangan yang sebenarnya juga tidak dia kenal.
"Lepas kak, sakit" ellena memegang pergelangan tangan vera cukup kuat.
"Dipagi hari dengan seorang pria, di malam hari bersama mita, sebenarnya berapa banyak orang yang memilikimu"
Vera mendesah pelan, aku gak ngerti apa maksud kak ellena, ini nggak ada hubungannya sama kakak.
"Atau kamu menerima semua orang yang menaruh hati padamu?"
"Terserah kakak mau bilang apa"
"Kamu bahkan memanggilku kakak padahal tidak ada siapapun disini"
"Bukankah ini kemauan kak ellena?"
Ellena diam tidak bisa menjawab "lalu, kamu akan menikah? Dengan pria yang baru saja kamu temui? Seperti gadis gampangan?"
Vera semakin kecewa, namun dia mencium baru alkohol, sepertinya ellena sempat meminum alkohol sebelum tiba.
"Ksk ellena sepertinya mabuk, aku akan mengantarmu pulang" bergegas pergi
"Jangan menikah"
Ucapan ellena menghentikan langkah kaki vera.
"Apa maksumu? Bukankah kak ellena yang menginginkan aku segera menikah dengan seorang lelaki?"
"Kamu bahkan tidak mengenalnya"
"Sepertinya dia orang baik"
"Pernikahan tidak semudah itu"
"Aku hanya perlu melayaninya sebagai seorang istri kan? Seperti bagaimana aku melayanimu dulu" jawab vera kali ini dengan nada kesal.
"Sepertinya kamu sudah gila"
"Aku sudah gila, gadis murahan? Mungkin saja, karena itulah kamu dengan mudah mendekatiku, dengan kalimat manis, berhasil meyakinkanku bahwa kamu mencintaiku, dengan mudah kamu mencicipi tubuhku kemudian membuangku saat kamu merasa bosan"
Ellena terdiam, vera berlinang air mata "saat itu usiaku 16 tahun, aku sangat rapuh dan mudah mempercayaimu, aku menyerahkan segalanya, namun kamu menginjak harga diri dan perasaanku, aku merasa tidak berharga"
Saat merasa puas sudah mengutarakan isi hati vera berusaha untuk kembali sadar. "Carilah taxi, aku sudah tidak ingin mengantarmu"
Namun ellena menahan vera memeluknya dari belakang "jangan menikah"
"Ada apa denganmu? Jangan memberiku harapan palsu, aku tidak sanggup lagi meladeni sifat plinplanmu" sambil mencoba melepas pelukan ellena.
Namun ellena tidak menyerah, dia langsung mencium bibir vera dengan buas.

KAMU SEDANG MEMBACA
My SIN (GXG iam Lesbian)
PuisiKami berdua hanyalah manusia biasa, pendosa yang tidak punya pilihan selain bertahan dengan harapan kebahagiaan.. Ini adalah kisah hidup, yang sulit untuk difahami semua orang.. CERITA DEWASA 21+