Vera berlari kecil kembali ke vila, dia merasa aneh, bingung dan juga malu, mendengar ucapan ellen.
"Vera" panggil ellena mengejar vera yang langsung menutup pintu kamar tidak membiarkannya masuk.
"Bukan pintu" sambil mengetuk pintu.
Sang ibu datang menghampir ellen "vera masih marah nak?"
"Sepertinya gitu mah"
Sang ibu mendekat "pura-pura saja bilang kalau kamu mau tidur di kursi luar. Anakku yang satu itu walaupun sering ngambek marah, tapi dia ndak tegaan hatinya sebenernya penuh kelembutan" sambil berbisik. "Semangat ya nak"
Ellen mencoba saran dari ibunya "iya udah kalau gitu, aku tidur di sofa luar" dengan nada sedikit keras agar suaranya terdengar.
Cara itu berhasil, Vera langsung membuka pintu "dingin.. nanti sakit, ngerepotin" ucap vera.
Ellena tersenyum, sebelum menarik kembali ucapannya ellen langsung menerobos masuk ke dalam kamar.
"Gimana"
"Apa?" Vera pura pura tidak mengerti.
"Aku udah nyatain perasaan"
"Perasaan apa"
"Jangan pura-pura bodoh"
"Aku nggak ngerti"
Ellena langsung memegang kedua pipi vera dan mengecup bibir vera dengan kilat.
Akhirnya mata mereka bertemu "aku bilang aku menginginkanmu" tanpa berkedip.
Vera mematung, ekspresi ellen sangat serius, jantungnya berdetak sangat cepat.
"Aku nunggu jawabanmu"
"Aku... hh ini aneh bagiku"
"Kenapa aneh"
"Aku sering mendengar kalimat seperti itu, tapi ini pertama kali aku mendengarnya dari seorang wanita"
"Lalu?"
"Kamu.. lesbian?"
"Kamu tidak?"
Ellen berhasil membuat vera lehabisan kata-kata.
"Aku.. tidak pernah berpacaran dengan wanita"
"Aku juga, tapi jika menyukaimu dianggap sebagai lesbi, aku akan menerimanya" tanpa mengalihkan tatapan.
"Karena itu..."
"Lupakan semua konsep dan logika berfikirmu, ini tentang hati, tidak perlu rumus, teori dari siapapun"
"Tapi ini tidak benar"
"Kata siapa"
"Dimata agama, adat, dan pandangan orang"
"Dimataku tidak ada yang salah, siapa yang berhak memutuskan, perasaan ini milikku, aku tidak merugikan"
"Tetap saja"
"Kamu yakin? Akan menolakku? Aku tidak akan menyatakan perasaanku untuk yang kedua kalinya"
"Beri aku waktu"
"Tidak akan, aku sudah sangat malu sekarang.. aku sudah mengumpulkan keberanianku saat ini.."
Bibir vera tertutup rapat, kepercayaan diri ellena semakin tipis, dia menarik nafas pelan, melepaskan vera.
Namun saat ellen menyerah, vera menahannya "aku rasa aku sudah gila, tapi sepertinya aku menyukaimu"
"Aku akan gila bersamamu" ellen tersenyum bahagia sembari memeluk vera dengan erat.
Mereka merebahkan diri diatas kasur sambil memandang langit-langit atap.
"Kita resmi jadian kan?"
Pertanyaan vera membuat ellen tertawa.
"Kenapa ketawa"
"Maklum, kamu masih bocil, jadi butuh kepastian dengan kata-kata yang jelas kan?"
"Aku udah dewasa"
"Iya sayang.. mulai saat ini detik ini kita jadian, kamu pacar aku dan aku pacar kamu"
"Jangan manggil gitu
"Kenapa"
"Anehh.. nanti kedengeran orang"
"Aneh takut kedengeran, tapi pipi kamu merah malu, senengkan sebenernya?"
"Ngeselin"
"Jangan ngambek, oke aku gak bakal sering-sering manggil gitu"
"Aku juga gak mau siapapun tau tentang kita"
"Aku ngerti, aku juga ngerasa gitu, cukup kita aja yang tau, terus ada yang pengen aku tanyain"
"Apa?"
"Kamu punya cowok nggak?"
Vera menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Udah putus"
"Kapan"
"Hampir setaun"
"Kenapa putus"
"Terlalu possesif"
"Terus cowok yang jalan sama kamu kemarin-kemarin?"
"Lucas? Dia sahabat aku"
"Sebatas itu?"
"Iya"
Ellen memiringkan badan menghadap vera.
"Semua anak di sekolahmu kayak kamu?"
"Kayak aku gimana?"
"Tinggi dan seksi?"
"Apa apaan, kan kamu udah liat sendiri kemarin pas sesekali jemput."
"Iya juga, susah bedain mana yang dibawah umur kalo lagi gak pakek seragam, vera mataku ke lilipan"
Vera langsung menoleh kearah ellen untuk melihat.
"Tapi boong"
"Ngeselin"
"Sengaja biar kamu noleh kesini"
"Biar apa"
Ellen tersenyum nakal, kemudian mencium bibir vera.
Vera memejamkan mata, menikmati setiap kecupan hangat dari bibir ellena. Tangan ellen membelai lembut telinga dan leher vera.....
Bersambung.......
![](https://img.wattpad.com/cover/328940571-288-k635508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My SIN (GXG iam Lesbian)
PuisiKami berdua hanyalah manusia biasa, pendosa yang tidak punya pilihan selain bertahan dengan harapan kebahagiaan.. Ini adalah kisah hidup, yang sulit untuk difahami semua orang.. CERITA DEWASA 21+