part 12

5.6K 178 1
                                    

Di pagi hari langit sangat cerah, terik matahari bersinar terang. Namun suhu udara tetaplah sangat dingin, berjemur dibawah sinar matahari sama sekali tidak membuat kuliat merasa panas.

Bera baru saja keluar dari kamar mandi, mata mereka kembali bertemu. Suasana cukup canggung, sejak kejadian semalam.

"Vera, ellen ayo cepat" panggil sangat ayah.

Ellen tidak bisa membiarkan suasana aneh itu terus mengelilingi mereka berdua.

"Ayo, sebelum mama ngomel" sambil memegang telapak tangan vera.

Tangan ellen terasa cukup hangat, dia tau bahwa ellen sedang berusaha menghangatkan situasi canggung, karena itu dirinya juga harus bisa mengelola situasi.

Sarapan sudah siap di halaman rumah, alih-alih diruang dapur, orang tua mereka memilih untuk menyantap sarapan di halaman rumah di bawah pohon rindang dengan pemandangan indah.

"Non, ini jus.."

Ellen langsung menghentikan sang bibi (pembantu)

"Cuaca sangat dingin, bagaimana bisa kamu menyajikan jus dengan es batu di dalamnya"

"Tapi, ini permintaan non vera"

"Tidak, vera minum ini saja" menyodorkan teh hangat "kita tidak terbiasa dengan udara dingin seperti ini"

Ibu dan ayah mereka saling melirik melihat ellen yang begitu perhatian pada adiknya.

Vera tidak menjawab, dia bingung, namun tidak juga menolak.

"Diminum sekarang sebelum jadi dingin" tambah ellen.

Vera langsung menyuruput teh hangat itu, seperti seorang anak yang patuh.

Siapa yang tidak akan senang melihat suasana itu, vera bukan tipikal anak penurut.

"Sepertinya kamu berhasil menjinakkan adikmu" ejek sang ibu.

Alih-alih marah vera tidak merespon dan lanjut menyantap sarapan.

Setelah sarapan barulah mereka melakukan inti dari liburan kali ini, yaitu mendatangi tempat-tempat yang menjadi tujuan utama para wisatawan berlibur disana.

Tempat terdekat dari vila yang mereka tinggali adalah hutan pinus.

"Kita kehutan pinus ya" ajak sang ayah.

"Aku heran dengan petani yang ada disini, mereka hanya menggunakan kaos dan celana pendek biasa, apa tubuh mereka tidak kedinginan?" Ucap sang ibu.

"Mereka sudah terbiasa ma"

Jejeran pohon pinus menjulan tinggi, tanpa ada jenis pohon lain disana membuat suasana ketika masuk ke tempat itu terasa berbeda.

Banyak orang berfoto dengan berbagai pose, semua tampak bahagia.

"Tanganmu dan tanganku sangat dingin, bolehkan aku memegang tanganmu?" ellen datang sambil menggenggeng erat salah satu tangan Vera.

"Iya"

"Aku tau tempat menarik lainnya yang ada disini" ellen mulai berbicara.

"Kamu pernah kesini?"

"Mm pernah"

"Tapi ayah bilang, ini pertama kali"

"Nggak sama ayah, ayah nggak tau"

"Kalo gitu ajak aku kesana.."

"Oke nanti malem"

Setelah makan malam, ellen meminta izin kepada sang ayah untuk pergi bersama vera ke suatu tempat.

Sang ayah memberi izin tapi mengingatkan untuk tetap waspada karena kondisi jalanan tidak seramai di kota.

Mereka pergi ke sebuah tempat yang memiliki banyak wahana dan taman yang dipenuhi hiasan lampu indah.

Vera yang takut ketinggian, tentu merasa menyesal telah mengikuti ellen ketempat itu.

"Seru kan" dengan wajah tak berdosa.

"Mual tau.."

"Maaf.. aku seneng wahana yang menguci adrenaline, sebagai permintaan maaf" menyosorkan energen hangat.

"Cuman di tuker ginian?"

Ellen melihat sekeliling, ketika merasa sepi ellen langsung mencium pipi vera.

"Apa ini"

"Sebagai permintaan maaf"

"Alesan"

"Emang.."

Semakin banyak yang ingin ellen tanyakan,

"Aku ingin bertanya"

"Tentang?"

"Apa hubungan kita?"

"Kita?"

My SIN (GXG iam Lesbian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang