part 29

3.8K 128 0
                                    

Lihatlah, hari minggu rame banget kan sambil melihat sekeliling.

"Kamu marah?" Tanya vera

"Kenapa harus marah?"

"Kan kamu gak suka rame"

"Aku gak suka rame karena capek ngejaga kamu dari pandangan buaya" melirik beberapa gerombolan laki-laki yang terus bersiul ke arah mereka.

Vera akhirnya memutuskan untuk berpindah tempat.

"Ujung-ujungnya ke kafe lagi"

Vera terlihat sedikit kecewa karena dia sangat menyukai pemandangan alam.

Ellena hanya tersenyum sambil menggandeng tangan Vera untuk masuk ke cafe.

Tapi siapa sangka ekspresi kecewa itu berubah menjadi sebuah senyuman ketika vera melihat pemandangan indah yang terlihat jelas dari lantai 3 cafe.

"Indah bukan?"

Vera mengangguk, masih ada tersisa 3 meja kosong di dekat mereka.

"Ini harus reservasi dulu?"

"Iya, soalnya selalu rame"

"Sejak kapan reservasinya?"

"Minggu kemarin"

"Terus kok gak ngomong?"

"Karena kamu bilang pengen ke kebun bibit aku ikut aja, beruntungnya kamu gak betah disana, jadi gak sia sia reservasi jauh-jauh hari"

"Uluuuhhh romantisnya kakakku"

"Awas aja kalo manggil aku kakak di rumah"

Vera tersenyum, pelayan datang memberikan menu dan menuliskan pesanan mereka.

"Tapi kok kita beruntung banget yang reservasi meja sebelah belum dateng"

"Bener"

Vera tidak tau bahwa ellena juga membayar untuk 2 kursi lainnya agar mereka memiliki sedikit privasi untuk berbicara.

"Kok senyum terus daritadi?"

"Karena ini pertama kali kita ngedate"

"Jangan keras-keras" sambil mengecilkan suara.

"Gak bakal denger, ini ruangan terbuka jarak kita cukup jauh"

"Iyasih, cuman hati-hati aja"

"Dapet dari mana info tempat ini?"

"Aku emang pernah kesini sebelumnya"

"Sama dia? Nggak orang lain"

"Mantan yang lain?" Vera memastikan.

Ellena hanya tersenyum yang artinya mengakui.

"Lain kali kita dateng ke tempat baru yang gak ada kenangan apapun disana"

"Walaupun ini kedua kali aku dateng kesini, tapi suasananya jauh berbeda, dulu kayak kafe biasa tapi sekarang terlihat kafe istimewa."

"Pinter banget ngomongnya"

Pelayan datang membawakan pesanan mereka. Vera menyukai hidangan dan minuman dari cafe itu, entah karena memang enak atau karena dia sedang bersama orang yang dia cintai.

Setelah dari sana, mereka pergi menuju pinggiran pantai, disana cukup ramai banyak orang berjualan makananbdan minuman hangat.

Mereka duduk sambil memesan minuman hangat. Angin bertiup kencang, ellena melepas pita bajunya dan mengikat rambut vera agar tidak terbang.

Ellena juga memberikan jaketnya untuk menutupi paha vera yang mengenakan rok pendek.

"Kamu nggak dingin?"

"Nggak kok, kamu tau Ac di karku aja nyala sampek 15°"

Berbeda dengan vera yang biasa menyalakan AC di suhu 27°.

"Tapi nanti kamu nggak nyaman, bajumu lengen pendek"

"Lebih nggak nyaman kalo aurat pahamu keliatan di nikmati semua orang"

"Nggak jauh diatas lutut kok"

"Tetep aja nggak rela, itu punyaku"

"Ihh siapa bilang"

"Pokoknya punyaku"

"Nggak"

"Cuman aku yang pernah liat semuanya"

Vera segera menutup mulut ellena "jangan ngebahas gituan"

Ellena langsung tertawa, dia senang menggoda vera, tiap kali vera waspada, ekspresinya sangat lucu.

Mereka bersenang-senang, hingga akhirnya pulang hampir jam 9 malam. Saat tiba di depan rumah ternyata sudah ada Barra yang menunggu kedatangannya, dia tau ellena sedang ada diluar dari salah satu Art disana.

"Ada apa"

"Kita harus bicara lagi, aku udah wa kamu buat ketemu tapi kamu gak bales"

"Gak ada lagi yang perlu di bicarain"

Vera bingung, dia berdiri di posisi yang tidak nyaman, ketika dia akan pergi ellena memegang tangannya meminta untuk tetap berada disana.

"Aku gak ada rasa sama kamu Bar, pliss ngerti"

"Kalo gitu kasih tau, siapa laki-laki itu, kalau dia emang baik buat kamu, aku bakal nyerah. Kalo nggak, aku gak akan pernah nyerah"

Ellena tidak bisa menjawab bibirnya tertutup rapat.

My SIN (GXG iam Lesbian) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang