Entah situasi apa yang sedang terjadi, vera melihat Barra, ellena duduk diantara seorang anak kecil.
"Ini dia tantemu sudah datang" ucap ibu vera
"Woaaahhh" anak itu melihat dengan mata cerah dengan senyuman lebar "tanteku sangat cantik"
Sebenarnya vera belum siap untuk ini, melihat keberadaan olivia (anak ellena dan barra). Melihatnya secara langsung menampar vera agar segera sadar dengan kenyataan.
Sekejap vera diam, ellena bersiap untuk mengalihkan perhatian olivia.
"Benarkah? Apa aku sangat cantik gadis manis" vera tersenyum lebar dan langsung menghampiri olivia.
Ellena tidak menduga bahwa vera akan merespon dengan baik. Barra, ibu dan ayah vera semakin yakin bahwa vera telah berubah, hanya ellena yang merasa khawatir.
"Tante cantik seperti barbie" olivia masih merasa takjub.
"Kalau begitu ingin duduk di sebelah tante anak manis?"
Olivia langsung mengangguk, barra segera berdiri mengganti posisinya, ellena mengawasi dengan perasaan tidak aman, namun tidak terjadi apapun, vera memperlakukan olivia dengan sangat baik.
Mereka berbincang-bincang dengan suasana hangat, keluarga itu terlihat semakin utuh dan bahagia dengan kedatangan vera.
Hidangan penutup telah habis, ellena membantu sang ibu mencuci piring, sementara vera masih bermain bersama olivia.
"Tante"
"Mm?"
"Kenapa hidungku tidak seperti tante?"
Vera melirik ke arah olivia, "apa ada yang salah dengan hidungmu?"
"Bukan begitu, hidung tante seperti barbie"
"Karena kamu anak mamamu tentu kamu akan mirip dengannya"
"Tante anak nenek, mama anak nenek" olivia berfikir sejenak melirik ke arah neneknya "tapi kenapa hidung tante berbeda?'
"Itu karena tante mirip dengan a..."
Hampir saja vera memperumit dirinya sendiri, anak seumuran olivia tidak akan mengerti tentu saudara diri, vera mirip dengan sang ayah yang memiliki keturunan eropa berkat itu vera memiliki hidung yang sangat mancung.
"Mmm bagaimana menjelaskannya ya, sebenarnya hidung tante bisa mancung karena tante sering mijitin hidung tante"
"Benarkah? Aku hanya perlu memijitnya? Jika ingin hidungku sangat mancung"
Vera mengangguk senang mengusili olivia yang langsung memijit hidungnya.
"Berapa usiamu manis?"
"8 tahun"
Senyuman di wajah vera sedikit memudar, jika usianya 8 tahun artinya ellena tidak menunda kehamilannya setelah pernikahan.
Vera melihat tas olivia bergambar cinderella dan prince chaming.
"Olivia, coba kamu lihat tas ini, bukankah cinderella sangat cantik?"
"Mm cantik seperti tante"
"Lalu, siapa yang paling olivia suka, diantara keduanya? Cinderella yang cantik atau prince charming yang tampan?"
Belum sempar olivia menjawab, ellena datang dan langsung menjauhkan vera dari olivia "apa maksudmu menanyakan itu"
"Kenapa kamu begitu marah" jawab vera.
"Tidakkah kamu sadar? Pertanyaanmu sangat aneh"
"Darimananya yang aneh?" Vera mendekatkan bibirnya ke telinga ellena dan berbisik "apa kamu takut? Anakmu akan memilih cinderella?"
Ellena langsung mendorong vera, dorongan yang sedikit kecang, dikarenakan kaki kiri vera yang dijadikan tumpuan terluka, alhasil vera terjatuh.
Viola langsung menangis kencang kaget "mama jahat.."
Barra datang "ada apa"
"Mama jahat.. mama menyakiti tante" sambil terus menangis.
Vera langsung bangun sendiri, sementara ellena tidak merasa mendorong sekencang itu hingga membuat vera mudah terjatuh.
"Apa yang terjadi?" Tanya bara kembali.
"Aku tidak sengaja" ucap ellena.
Vera hanya tersenyum dan kembali ke kamar, dengan alasan lelah. Jam 9 malam barra ellena dan olivia pamit pulang.
Tok tok
"Masuk" jawab vera.
Ellena muncul dari balik pintu, aku akan pulang. Dan aku memperingatkanmu, jangan pernah mangatakan atau menanyakan hal hal aneh kepada putriku.
"Kamu terlihat seperti seorang ibu sungguhan" jawab vera.
"Terserah apa katamu, dan aktingmu hari ini ku akui sangat hebat, lainkali aku akan lebih berhati-hati"
Klek! Pintu kembali tertutup. Vera menatap mobil itu hingga tidak terlihat melalui jendela.
"Padahal aku sudah melewati banyak hal, tapi kenapa rasanya masih sakit" sambil tersenyum dengan air mata menetes membasahi pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My SIN (GXG iam Lesbian)
PoetryKami berdua hanyalah manusia biasa, pendosa yang tidak punya pilihan selain bertahan dengan harapan kebahagiaan.. Ini adalah kisah hidup, yang sulit untuk difahami semua orang.. CERITA DEWASA 21+