Bab 2 | Bukan Waktu Cerita

117 16 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : Rimar - Waktu Dan Perhatian

***

Bab 2 | Bukan Waktu Cerita

Ceritakan lah kalau memang itu benar-benar penting karena kalau tidak cerita makan semuanya akan sia-sia

***

Keesokan harinya Rahman benar-benar siap untuk menceritakan apa yang selama ini ia alami kepada semua teman-temannya. Kenapa Rahman benar-benar siap? Karena ia sudah tidak tahan dengan semua ini ia mencoba mencari tahu apa maksud dari si peneror itu, akan tetapi ia tidak menemukan apa-apa melainkan teror demi teror tengah semakin menjadi.

Mudah-mudahan setelah ia mengutarakan apa yang sebenarnya terjadi semua teman-temannya bisa membantu karena ia sudah tidak tahan lagi.

Dengan menggunakan motor ninja nya ya mulai meninggalkan rumah tampak memperdulikan orang tuanya kini yang sedang band mesra-mesraan di meja makan karena ia tidak mau orang tuanya khawatir dengan apa yang terjadi kepada anak tunggal nya. Namun sebelum sampai menuju sekolah seperti biasa dan sudah menjadi rutinitas Rahman akan menjemput pacarnya terlebih dahulu yaitu Caca.

"Sayang!" teriak Caca melambaikan tangan.

Akhirnya Rahman matikan motornya tepat di depan Caca. "Maaf ya, lama."

"Kagak biasa sayang. Kamu Kenapa?" tanya Caca.

"Gapapa kok. biasalah bangunnya telah soalnya ayam tadi pagi gak berkokok jadinya telat bangun deh," alibinya.

"Hahahaha. Kamu bisa aja sayang, ya udah ayo," ajak Caca yang langsung naik ke atas motor Rahman.

Setelah Caca naik ke motornya rahman akhirnya mesin motornya dihidupkan dan langsung berjalan meninggalkan kediaman Caca, sepanjang perjalanan Rahman merasa was-was hatinya tidak tenang, haruskah ia menceritakan ini kepada Caca? Sebenarnya caca juga berhak tahu tetapi kalau keingintahuan ini membuat Caca khawatir itu sama saja membuat sang kekasih itu merasa tidak tenang.

Lebih baik rahman menghasilkan ini daripada Caca harus tahu dan makin khawatir. Tapi suatu hari nanti ia kan menceritakan hal ini kepada caca kalau memang semuanya sudah selesai, tidak terasa akhirnya mereka sampai di sekolah dan di sana caca mulai turun lalu disambut dengan salah satu sahabatnya yaitu Icha.

"Sayang, aku bareng sama Icha ya," ucap Caca.

"Ya sudah silahkan soalnya aku juga mau ketemu sama teman-teman aku," kata Rahman juga.

Akhirnya mereka berdua berpisah Caca dan juga Icha mulai berjalan menuju kelasnya sedangkan Rahman malah menuju ke kantin yang dimana rekan-rekan se-geng nya ada di sana. Dan ternyata mereka sudah berkumpul memang sih Rahman adalah tipikal orang selalu taat dibanding yang lainnya karena sudah menjadi kebiasaan nya dari kecil tapi kalau sudah bersama cewek rahman selalu menjadi nomor utama.

"Hai guys," sapa Rahman.

"Hai juga. Selalu aja lo Man," timpal Mardon.

"Selalu apa?" tanya Rahman setelah bersalaman dengan teman-teman.

"Telat,"

"Kan gue biasanya telat harusnya maklumin dong."

"Alasan lo klasik banget sih, nyentrik dikit dong," sahut Yadi.

"Gue harus pakai alasan apa lagi dong, dari kemarin ada gue pakai alasan apapun selalu dianggap lo klasik deh," jawab Rahman tidak kalah.

"Sudah-sudah Rahman, Yadi. Kalian nih kayak anjing dan kucing deh, kalo mau berantem tuh di ring tinju. Bukan di sekolah, kan sekolah itu tempatnya belajar." Akhirnya Mardon mengeluarkan jurus pamungkas nya yaitu kata-katanya tentang belajar dan juga sekolah.

DLS [5] Kau Tetap Misteri ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang