Bab 5 | Hilang Separuh Jiwa

73 14 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
Perjalanan Mereka

Now Playing : D'Divo - Cinta Separuh Jiwa

***

Bab 5 | Hilang Separuh Jiwa

Walaupun belum serius akan tetapi jiwa ini telah bersatu dan setelah pergi hilang separuh jiwa ini

***

N

afasnya terengah-engah, jantung nya juga berdetak tidak karuan hati ini gelisah setelah mendengar sebuah kabar yang membuat siapa saja akan merasa sakit apabila kejadian itu memimpa kalian semua.

Bahkan masih menempel dalam ingatan dimana dirinya dan orang itu sempat bertengkar. Yap, Rahman mengalahkan kecelakaan dan dengan segera Caca datang menuju rumah sakit. Caca baru mendapatkan berita ini dari sahabatnya  —Icha yang kebetulan berada di rumah sakit, lalu ia juga menanyakan kepada teman-teman Rahman yang kebetulan berada disini.

Dan sekarang Caca sedang berlari dari lorong rumah sakit untuk mencari ruangan Rahman yang sedang berada dalam tindakan para dokter.

Akhirnya Caca menemukan nya tempat dimana sahabatnya — Icha bersama teman-teman Rahman sedang ada disana menunggu kedatangan Caca. Sontak saja Caca memeluk Icha dan disana tangisannya pecah melihat semua ini.

"Hiks...hiks, kenapa Ca, kenapa semua ini terjadi. Apa yang terjadi sebenarnya?" hanya itu yang bisa di katakan Caca kepada Icha.

"Lo yang sabar ya? Gue gak tahu apa yang terjadi," jawab Icha yang tidak bisa berkata apa-apa.

Caca masih menangis dan masih tidak percaya, bukan hanya Caca semua teman-temannya Rahman merasa terpukul. Lalu kala sang dokter yang menangani Rahman keluar dari tempat itu tanpa di duga Caca langsung masuk keruangan itu dan langsung memeluk nya dengan erat, rupanya sangat sakit melihat orang yang kita sayang tidak berdaya seperti ini.

"Sayang... Bangun sayang jangan tinggalkan aku? Hiks....hiks.." Caca menangis lagi. Lagi dan lagi. Sampai berapa liter air mata gue keluar dimalam ini.

Caca masih tidak mau melepaskan pelukannya dan dalam hatinya berharap Rahman cepat sadar. Akan tetapi yang aneh adalah mulutnya pucat basi dan Caca tidak bisa mendengar detak jantungnya Rahman, merasa ada yang aneh Caca bangkit dan segera menghapus air matanya.

"Dokter! Dokter....."

Caca memanggil sang dokter. "Dok, kenapa jantung berhenti, dan kenapa juga bibirnya pucat dok. Apa yang terjadi sama dia? Jangan bilang kalau,"

Dengan helaan napas "Kami telah berusaha semaksimal mungkin namun akibat kecelakaan itu menyebabkan pecahnya pembuluh darah bahkan kita kewalahan mengatasi darah yang terus keluar. Dengan berat hati saya harus mengatakan ini," jeda nya.

"Apa dok." Caca berusaha kuat.

"Pasien sudah meninggal dunia," lanjut sang dokter.

Bagaikan disambar petir, hatinya tiba-tiba hancur setelah mendengar bahwa kekasih hatinya telah pergi meninggalkannya seolah tidak percaya dengan dikatakan dokter Caca berusaha mengguncang kan tubuh kaku Rahman agar segera bangun. Namun beberapa kali diguncang kan rahman tetap saja tertidur dan itu membuat caca semakin histeris dan syok,  akhirnya Caca menangis diperlukan Rahman berharap santet aslinya akan bangun hingga Caca merasakan di pundaknya ada tangan yang ingin melepaskan pelukannya dan ia tahu tangan itu adalah tangan milik Rafa yang ingin memisahkan kami.

"Lepas! Lepas kan gue Ca! Gue mau disamping Rahman ! Lepasin gue, lepas!!" Caca berontak dan akhirnya Caca pasrah di seret oleh Icha karena tenaga Caca mulai terkuras akibat terus keluar mengeluarkan air mata.

Icha mengeluarkan Caca dari ruangan Rahman,  icha akhirnya memeluk caca agar menenangkan sang sahabat yang terus merasa terpukul atas kepergian kekasih tercinta nya. Ternyata dugaan firasat yang ada di dalam hatinya benar-benar terjadi padahal kemarin iya sudah berdoa agar tidak terjadi apa-apa tapi kenapa tuhan malah membuat orang yang ia cintai meninggalkan dirinya padahal sebelumnya mereka sempat bertengkar dan belum mengucapkan permintaan maaf atas apa yang dilakukan sebelumnya.

***

Dengan berat hati ia mulai memasuki rumah yang sudah ada bendera warna kuning, banyak orang mulai melayad ke rumah duka mengucapkan bela sungkawa dan sebagainya. Caca dan Icha masuk, sudah cukup air matanya menetes menangisi apa yang terjadi. Ia dan Caca mulai memandikan kediaman itu menyapa Om dan Tante alias kedua orang tua Rahman.

"Om, Tante. Icha dan Caca turut berdukacita," kata Icha mewakili Caca.

"Iya makasih ya," jawab Ibunya Rahman dengan nada sedih.

Setelah itu Caca menghampirinya kedua orang itu dan ia langsung memeluk kedua orang tua Rahman, dan pecahlah tangisan Caca. Icha yang melihatnya hanya bisa berlinangan air mata melihat keharuan di depan mata.

Akhirnya jenazah Rahman mulai meninggalkan rumah duka dan menunjukkan ke tempat pemakaman umum untuk segera dimakamkan. Caca dan Icha juga turut mengikuti rombongan itu menuju ke tempat peristirahatan akhir. Semua teman-teman Rahman terpukul atas apa yang terjadi kepada salah satu temannya itu.

Setelah jenazah itu dikuburkan dan mulai semua orang mulai meninggalkan gundukan tanah itu. Meninggalkan keluarga terdekat teman dan juga orang yang di sayangi.

"Caca, kita pulang yuk. Kamu harus istirahat ya," bujuk Icha.

"Bener kata temen kamu, lebih baik kita pulang bukan hanya kamu yang merasa terpikir. Tante sama Om nya merasa terpukul tapi kita bisa apa? Ini semua kehendak tuhan," jelas Ayahnya Rahman.

Akhirnya Caca menuruti ayahnya rahman untuk meninggalkan tempat itu. Mereka berempat murai meninggalkan tempat itu meninggalkan kalimat temannya yang masih meratapi kepergian salah satu temannya.

"Rahman, gue gak nyangka lo bakal ninggalin kita," sesal Muji.

"Sudahlah guys, kita doakan Rahman semoga tenang di sisinya," doa Mardon.

Semua orang tidak bisa berkata apa-apa namun yang bisa mereka lakukan sekarang adalah berdoa mudah-mudahan amal ibadahnya rahman diterima disisi tuhan yang maha esa.  Dan setelah memanjatkan doa mereka akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tempat pemakaman itu, hingga akhirnya beberapa detik setelah meninggalkan pemakaman itu tiba-tiba angin bertiup dengan kebencian menimbulkan sebuah kecurigaan yang mendalam.

***

Caca pulang ke rumahnya, kedua orang tuanya masih di luar kota dan entah kapan mereka akan pulang. Namun mereka sudah tahu bahwa Rahman telah meninggal dunia akan tetapi mereka tidak bisa pulang jadi mereka hanya bisa mengatakan turut berduka cita. Karena caca sendirian di rumah apalagi dalam keadaan seperti ini membuat kedua orang tuanya menghubungi anaknya yang satu lagi.

Kebetulan anak itu sedang belajar di salah satu pesantren. Dan demi menjaga sangkakala yang sedang kesehariannya ditinggal mati oleh sang pacar akhirnya anak itu harus pindah sekolah untuk menemani sang kakak yang mungkin akan yang jadi sikap yang sedikit berbeda.

Padahal baru kemarin saja mereka memadukan kasih, tapi sekarang ia malah sendiri karena separuh jiwanya telah pergi meninggalkannya. Caca mengambil foto yang berada di atas nakas menatapnya dengan tatapan yang sendu, foto dirinya bersama Rahman pada saat mereka sedang merayakan ulang tahun Rahman beberapa bulan yang lalu.

"Sayang...... Aku rindu,"

***

Tbc.

Yeyeyeyeye akhirnya Lis bisa up. Oh ya ini masih tetap berlanjut ya guys walaupun di akhir tahun ini ada kesedihan luar biasa yang dirasakan oleh sang pemeran utama, kira-kira bagaimana kelanjutannya ya apakah akan berakhir seperti ini atau justru ada cerita yang akan membuat ini makin seru

Oh ya Lis mau mengucapkan
HAPPY NEW YEAR 2023
SELAMAT TAHUN BARU 2023
Mudah-mudahan di tahun baru ini kita mendapatkan apa yang kita inginkan dan doa-doa yang dipanjatkan mudah-mudahan di kabulkan sama Tuhannya maha kuasa

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣



Lis_author

DLS [5] Kau Tetap Misteri ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang