Sukhoon. Keempat.

396 69 16
                                    

Lagi.

Jihoon menahan perih.

Hyunsuk datang lagi bersama Haerin ke cafe. Bahkan keduanya nampak serasi. Jihoon yang kini berada di bagian gelato sedikit melamun. Tangannya bergetar memegang cup ukuran medium. Hyunsuk datang tanpa menyapa atau menoleh padanya. Langsung duduk di kursi ujung. Yeonjun yang mendekati mereka untuk mencatat pesanan.

"Kak Jihoon?"

Jihoon menoleh dan mendapati Yeonjun menatapnya teduh. Satu tangannya meraih lengan Jihoon yang bebas.

"Mereka tidak pesan gelato. Hanya dua cappucino."

Jihoon mengangguk. Meletakkan kembali cup tersebut dan berjalan menuju meja pantry. Belum juga Jihoon mengambil gelas, Yeonjun mencegahnya.

"Jangan, Kak Ji. Biar Yeonjun saja yang melayani mereka."

"Kenapa?" Tanya Jihoon yang disambut helaan nafas.

"Hatimu belum baik. Jangan memaksakan diri untuk baik-baik saja pada sesuatu yang menggoreskan luka dihatimu. Karena Yeonjun melihat luka itu terbuka lagi dimata Kak Jihoon,

Maaf kalau Yeonjun sok tahu. Tapi Yeonjun lebih mementingkan perasaan Kak Ji kali ini untuk tidak menambah luka lagi."

Jihoon terdiam. Ucapan Yeonjun mampu membuat senyum Jihoon muncul. Sangat hangat dan penuh kasih sayang.

"Jangan nangis. Aku ngga mau lihat Kak Ji nangis lagi kaya malam empat hari lalu,"

Kalian masih ingat saat Jihoon sakit hati dan menangis di halte? Entah berapa lama Jihoon menangis hingga seseorang duduk disebelahnya. Memeluk dari samping menenangkan.

Dia adalah Soobin, kekasih Yeonjun yang masih SMA dan suka sekali mengganggu kekasihnya ketika mendekati closing. Yeonjun berdiri dihadapannya. Menyerahkan syal berwarna coklat muda. Karena Jihoon tak kunjung menerima, ia berjongkok dan membantu mengusap air mata yang sudah membasahi baju depan rekan kerja sekaligus Kakak bagi Yeonjun selama dua tahun ini.

"Kak Ji," panggil Yeonjun pelan. Jihoon semakin menangis. Menundukkan kepala dalam.

Yeonjun menatap Soobin yang memeluk dan menyembunyikan kepalanya di bahu Jihoon. Menepuk lengannya pelan. Berusaha menenangkan.

Yeonjun menatap ponsel yang berada di pangkuan Jihoon. Layarnya menyala dan menampilkan lockscreen foto Jihoon dan Hyunsuk dengan senyum merekah.

Notifikasi yang muncul membuat Yeonjun paham alasan Jihoon menangis seperti ini.

Pabo Hyunie

Jihoon, kau dimana? Tolong katakan padaku. Kenapa kau tiba-tiba pergi? Tolong jawab telfonku juga. Aku dan Haerin akan segera menjemputmu.

Kau dimana? Tolong jawab aku, Hoonie!


Jihoon ingat, malam itu ia memutuskan ikut Yeonjun dan Soobin jalan-jalan. Mematikan daya ponsel dan ikut mereka berdua berjalan entah kemana untuk melepas penat dan sesak di dadanya.

Keduanya sangat baik. Bahkan mereka tidak membahas ataupun menanyakan apa yang terjadi padanya. Setelah tangisannya reda, Yeonjun hanya memutarkan syal di lehernya. Soobin memberikan air putih.

Mereka berdua, akan Jihoon kenang kebaikannya selamanya.

Setelah itu, ia pulang kerumah tanpa mengabari Hyunsuk. Memasuki kamar dan menguncinya. Memeluk dirinya di atas kasur. Kali ini, ia membiarkan dirinya lemah. Membiarkan dirinya menerima kata "lelah" sebentar dalam hidupnya.

Dan saat itu, merupakan kontak terakhirnya dengan Hyunsuk. Selanjutnya ia memutuskan untuk berhenti menunggu lelaki itu di stasiun. Memblokir kontak Hyunsuk dan menghapus beberapa aplikasi yang memungkinkan akses komunikasi. Jihoon menghindar di kampus hingga setelah empat hari berlalu, ia bertemu lagi hari ini. Walaupun tanpa sapaan.

Jihoon bersyukur, Hyunsuk bukan tipe nekat yang mengganggu hari-harinya. Hyunsuk mungkin berpikir kalau Jihoon sedang tidak mood dan pasti akan kembali lagi seperti semula.

Tapi maaf, Hyunsuk. Mungkin tidak.

Jihoon menatap Yeonjun yang pergi membawa pesanan pada meja Hyunsuk. Lalu ia melihat tangan Yeonjun ditahan Hyunsuk. Berbicara sesuatu.

Nampak dimatanya Haerin tersenyum tipis.

Jihoon memutuskan untuk kembali pada meja gelato. Karena ia hampir lupa dengan beberapa pesanan online yang akan datang beberapa menit lagi.

Ketika Jihoon sedang asyik membungkus beberapa gelato dalam wadah khusus, ia tak sengaha melihat dari celah etalase, Hyunsuk yang menoleh. Menatapnya sendu.

Jihoon kembali fokus pada gelatonya dan mulai sibuk melayani beberapa pelanggan hingga ia tak menyadari kepergian Hyunsuk dari caffenya.

Jihoon melirik jam tangannya dan bersiap berganti shift ketika Yeonjun mendekat. Tangannya menahan lengan Jihoon dan tatapannya ragu.

"Boleh, Kak Ji?"

Jihoon hanya terdiam. Yeonjun mengerti.

"Aku hanya menyarankan. Kalau sudah sembuh, temui dia Kak. Tadi dia sempat bilang, bahwa ia ingin mengatakan sesuatu. Tapi aku bilang kalau Kak Ji sedang sibuk dan tidak punya banyak waktu. Sepertinya Kak Hyunsuk paham. Ia mengatakan akan menunggu.

Tolong. Tunggu Kak Ji sembuh dulu,"

Jihoon tersenyum tipis menanggapi kekhawatiran Yeonjun. Menutupi pikirannya yang sibuk berperang.






























Notes :

Opsi yang diambil Jihoon menurut kalian apa?







Random Shoot ( Treasure Ship ) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang