Yoshiho. Keempat.

351 62 4
                                    

"Segitunya ya kamu galau karena dia?"

Yoshi memainkan sedotan teh botol miliknya. Keita yang sedang mengunyah chittos menggeleng sambil berdecak.

"Se-engga pantes itu ya aku sama Mashi?"

"Aku nanya deh, kalian berdua ada interact yang aktif ngga? Chatting? Atau misal surat apa salam gitu?"

Yoshi menggeleng. "Cuma kontakan mata,"

"Ck, payah betul. Kau ini sebenarnya suka ngga sih sama Mashiho?"

"Suka, cuma kita berdua kaya- cuma sebatas itu aja. Aku ngga punya keberanian buat dekat lebih jauh. Jujur aku lebih senang, suka diam-diam kaya gini. Ngeliat dia aja udah seneng. Aku ngga berani buat lebih jauh, Kei."

Keita merebut sedotan yang dimainkan Yoshi. Menatap sahabatnya itu serius.

"Yosh, bilang sama aku. Sejujurnya."

"Soal apa sih? Ck. Ngga ada masalah apa-apa selain ngga berani itu, Kei. Kamu mau harepin apa sih?"

Keita menjauhkan sedotan yang ingin diraih Yoshi. Menatap makin serius.

"Jujur sama aku, Yosh."

Yoshi menghela nafas pasrah. Keita memang terkenal tidak mudah menyerah untuk mengorek informasi tentang dirinya.

"Mashiho, akhir-akhir ini pulang bareng sama seseorang. Aku gatau dia siapa tapi kayaknya seangkatan. Dan itu udah kaya lama, Kei. Kemarin aku sempet dihukum kan gara-gara telat? Aku lihat Mashiho keluar kelas. Cuma cuci tangan terus udah. Ngga liatin aku atau noleh ibarat kata. Beberapa temen kelas juga bilang kalau Mashiho lagi deket anak lain. Sering liat pas pulang juga pas ke kantin."

Keita memainkan bibirnya. Bingung harus menanggapi dengan apa. Karena pada dasarnya, Keita juga tidak terlalu mengikuti gosip ataupun berita soal teman-teman kelasnya.

Keita menyesal karena ia terlambat mengikuti tumbuh dan kembang percintaan sahabatnya ini. Beberapa akhir ini Yoshi selalu terlihat lemah dan tidak seceria biasa. Padahal mereka akan menghadapi Ulangan Akhir Semester minggu depan.

"Aku gatau harus apa, Yosh."

"Gapapa. Makasih udah mau dengerin curhatanku. Ngga guna sebenarnya tapi lumayan lega. Tolong jaga seperti biasa, Kei."

Keita meletakkan kembali sedotan pada botol Yoshi. Menatap Yoshi yang sudah tidak minat pada apapun.

Ini kali pertama Keita melihat sahabatnya jatuh cinta sekaligus patah hati secara bersamaan. Keita yakin Mashiho adalah cinta pertama sahabatnya ini. Terlihat dari bagaimana tatapan Yoshi kala itu memuja Mashiho yang dipanggil saat upacara untuk mendapatkan penghargaan Olimpiade matematika. Walaupun juara dua, tapi Yoshi selalu bangga. Bahkan tepuk tangannya riuh layaknya menang melawan seluruh dunia. Padahal, dulu Yoshi untuk melirik wanita atau submisif pun tidak punya waktu.

"Hufttt... Keita. Kenapa aku dilahirkan menjadi pecundang sih?"

Keita meraih lengan sahabatnya. Menepuk pelan dengan rasa prihatin luar biasa.

"Ngga masuk kelas?"

"Gampang. Lagi ngga mood belajar asli, Kei. Kau sana balik kelas. Janji jangan minggat pelajaran Pak Hirada. Dia orang baik."

Bahkan, Yoshi sebaik ini.

Keita tidak tega, namun apa mau dikata. Jam istirahatnya sudah hampir selesai. Dan pelajaran Pak Hirada penting karena menyangkut nyawa dan juga nilai (maaf kalau Keita agak alay, maklum karena dia masuk barisan pembenci matematika).

Meninggalkan Yoshi yang tersenyum simpul mengusirnya. Mengumpulkan sampah dan membawanya untuk ke depan UKS karena ia ingin beristirahat sebentar. Dua hari ini tubuhnya lemas dan rasanya hari ini ia ingin sekali tertidur dengan nyaman dan lega.

Setelah membuang sampah, Yoshi memasuki ruang UKS. Disambut Taehyun yang sedang berjaga.

"Pucet banget. Minum obat dulu sana, Yosh."

"Aku habis minum esteh, emang boleh?" Tanya Yoshi pelan. Langsung mendapat geplakan di lengan.

"Kalau sakit jangan minum es lah bodoh. Dah sana rehat. Nanti kalau masih pusing minum obat. Kau sudah ijin Bu Restu?"

Yoshi menggeleng.

"Ya sudah aku juga sekalian buat surat ijin jaga. Jangan lupa kordennya ditutup."

Yoshi hanya mengangguk. Manut pada Taehyun yang kebetulan sekelas dengannya. Membiarkan lelaki itu berbuat sesukanya. Yoshi sedang tidak ingin melakukan apapun. Hanya ingin tidur. 

Akhirnya punggung Yoshi menyentuh kasur UKS setelah Taehyun keluar beberapa menit lalu. Lumayan empuk dan bantalnya dingin. Kesukaan Yoshi sekali. Matanya berpendar dan menemukan korden pembatas kasur sebelah lupa ia tutup. Karena terlanjur lelah, ia memutuskan untuk membiarkannya. Menutup matanya guna melepas lelahnya.

Walaupun bayangan Mashiho masih ribut digelapnya.










































"Emang bener kamu lagi deket sama seseorang?"

"Engga kok. Dia kan teman satu team Olimpiade. Kebetulan kemarin-kemarin kita pulang bareng karena mau makan sekaligus nemenin dia ketemu Jeongin anak kelas sebelah."

"Jadi ngga pacaran atau pedekate?"

"Engga kok. Kenapa emang?"

Keita tersenyum geli. Sahabatnya salah paham selama ini?

"Kamu habis dari kantin ya? Tumben. Sama siapa?"

"Sama Yoshi."

Air wajah Mashiho berubah. Sedikit redup namun matanya penasaran.

"Oh, Yoshinori anak kelas sebelah itu ya?"

"Ya iyalah, emang siapa lagi?" Jawab Keita jenaka. Apalagi setelah melihat wajah Mashiho yang agak tersipu.

"...ya ngga gitu."

"Terus?"

"Terus apaan deh."

"Udah sejauh apa kalian pedekate?"

Mashiho mendecakkan lidah. Berbanding terbalik dengan telinganya yang memerah.

"Kita ngga pedekate. Kenal juga engga."

"Tapi kok tahu namanya Yoshi?"

Mashiho terlihat gugup namun wajahnya tenang.

"Kamu pernah nyapa dia kok. Jadi aku tahu."

"Tahu apa tahu? Terus selama ini kalau kelas sebelah pelajaran bapakmu kenapa sering keluar ijin cuci tangan di wastafel? Padahal di jam lain engga?"

"K-Kebetulan aja."

"Gugup, tuh."

"Apasih Keita!"

Keita tak menyerah.

"Anaknya lagi sakit." Pancingnya agak gugup karena takut Pak Hirada tiba-tiba masuk kelas. Karena beliau seperti mercon.

Tiba-tiba.

Mashiho menoleh, menatap teman sebangkunya datar.

"Oh iya. Ngapain lapor ke aku?"

"Ya siapa tahu mau nengok. Dia sakit karena sering begadang."

Mashiho membuka tempat pensilnya dan mengeluarkan isinya diatas meja. Kemudian memasukkannya satu persatu agar rapih.

"Anak IPA harusnya tahu lah ya kalau begadang ngga baik buat kesehatan."

"Dia begadang karena nangisin kamu jalan sama Hyunjin akhir-akhir ini."

Mashiho menghentikan menata pulpennya sebentar. Lalu melanjutkan lagi.

"Dia suka kamu. Tapi ngga berani deketin kamu. Dia suka kamu diam-diam."

Memang, Mashiho masih asyik menata pulpennya dengan teratur dalam diam. Namun Keita melihat kedua pipi Mashiho memerah. Dan matanya seperti termangu tanpa sadar.

Apakah Keita berlebihan?

Random Shoot ( Treasure Ship ) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang