Damdo. Ketiga.

391 54 4
                                    

Disinilah Yedam.

Berdiri di depan sekolah.

Hari Minggunya kini cerah walaupun hatinya tidak.

"Dam, kok ngga masuk? Temen lain udah nungguin itu!"

Yedam malas. Memutar bola mata sebal ketika Giselle mengajaknya masuk ke sekolah.

Kenawhy sih?

Kenapa harus begitu?!

Yedam masuk dengan langkah ogah-ogahan. Niat tidak niat. Malas tapi agak tidak. Entahlah. Rasanya tidak jelas.

Giselle menyapa seluruh anak dalam kelas hingga Yedam yang berjalan dibelakangnya berdiri mematung. Menatap Doyoung yang masih menata cat-cat lukis. Sendirian.

Katanya ada Sunghoon? Mana bocah tengil menjengkelkan itu berada?

Yedam berjalan mendekat dengan tangan kirinya yang sudah mencolek cat minyak kelompok lain yang kebetulan bisa diraihnya.

Langkahnya terhenti beberapa centi dari Doyoung yang membelakanginya. Bersiap mencolek pipi kiri si gemas kalau saja-

"Kenapa baru dateng? Telat 5 menit, Dam."

Yedam kaget namun berusaha menyembunyikannya. Saking kagetnya ia menahan batuk akibat jantungnya yang nyaris terjatuh ke lutut. Doyoung, dengan kacamata bulat yang agak melorot menatapnya tajam.

"Cukup Sunghoon aja yang telat. Kamu jangan. Bodoh"

Yedam menggigit bibir. Pasrah ketika bajunya ditarik pelan untuk duduk disebelah si manis yang satu tangan lainnya menaikkan kacamata dihidungnya.

Gigitan bibir itu berakhir ketika Doyoung menatapnya.

Entah kenapa, wajah Doyoung hari ini terlihat berbeda. Sangat amat manis hingga rasanya Yedam ingin loncat dari jendela kelas.

"Kenapa?" Tanya Doyoung kemudian. Ganjil melihat Yedam yang mulutnya sedikit terbuka, seolah ingin mengatakan sesuatu.

Yedam berdeham sebentar. Mengambil kuas dengan asal.

"Cat bagian mana?" Jawab Yedam tanpa menoleh. Fokus pada kanvas setinggi 125cm yang sudah digambari mereka beberapa hari lalu.

"Nanti dulu, kamu kenapa?"

Yedam terpaksa bersitatap dengan mata bulat Doyoung yang bersinar diterpa cahaya matahari.

Kenapa bisa?

Yedam teringat tangan kirinya yang masih ada beberapa sisa cat yang ia sentuh tadi.

Mendekatkan wajah sebentar lalu,

"BANG YEDAAAAAAAAAAAMMMMMMMM"

Yedam melindungi dirinya sendiri dari beberapa pukulan agak keras yang Doyoung layangkan. Namun, Yedam juga sedang berusaha mati-matian menahan degup jantungnya saat mengingat wajah manis itu tadi.

Dari sekian banyak skinship yang mereka lakukan, baru kali ini ia berani menyentuh pipi Doyoung yang ternyata lembut seperti tofu. Mood jeleknya hilang, menguar entah kemana.

Doyoung membuka silangan tangan Yedam dengan memaksa. Memukul lengannya tanpa ampun.

"JELEK BANGET ISENGNYA! YEDAM!"

"AMPUN DOYOUNG! AMPUUUUNN!"

Sunghoon, yang datang membawa dua cup jus alpukat hangat hanya bisa mematung didepan kelas. Memperhatikan dua insan yang kini sedang menjadi pusat perhatian seluruh teman kelas. Beberapa bahkan gemas dengan interaksi itu.

Sunghoon mendecih lirih. Menatap Yedam yang sempat melirik dan melempar cepat senyum sinis padanya. Doyoung masih asyik memukuli Yedam dengan gerakan pelan.

Jadi ini maumu, Yedam? Kenapa tidak dari dulu kau mendekatinya? Bodoh.





Random Shoot ( Treasure Ship ) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang