Woohwan. Keempat.

560 70 7
                                    

CW // HARSH WORDS









"DIAM. AYAH SEDANG TIDAK INGIN MENDENGARKANMU!"

Junghwan mengusak air matanya. Tetap menutupi pandangan Ayahnya yang menusuk pada Jeongwoo yang sedang duduk berlutut dibelakangnya. Air mata si manis ternyata tidak semudah itu meluluhkan sedikit saja benteng Ayahnya.

Junghwan merasakan kedua lengannya dicengkeram keras. Matanya terpejam erat. Ia siap mati kapan saja, asal-

"Ayah jangan bunuh Park Jeongwoo apalagi Ayahnya! Ini salah Junghwan! Bukan salah mereka! Junghwan saja yang mati. Junghwan saja!"

"DIAM!"

Junghwan menahan jas Ayahnya hingga tubuhnya tiba-tiba terpental karena Ayahnya terpaksa mendorong tubuhnya agar ia bisa meminta penjelasan dari Jeongwoo.

Tubuh itu terjatuh agak jauh dari meja, merintih sakit karena kepalanya terantuk ujung meja kaca. Matanya berlinang air mata menatap Jeongwoo yang tak bisa berbuat apa-apa. Ayah Jeongwoo bahkan sampai bersujud di kaki Ayahnya. Meminta agar putranya diselamatkan.

Ayah Junghwan berjalan pelan penuh wajah angkuh tanpa melepaskan tatapannya dari Jeongwoo. Yang ditatap sesekali membalas, hatinya tak tenang melihat Ayahnya yang bersujud, tubuhnya sedikit terseret mengikuti langkah sang Tuan yang tak peduli.

Sesekali ia menoleh pada Junghwan yang berusaha mendekat namun luka di kepalanya itu memunculkan memar biru keunguan. Mengganggu jarak pandang mata Junghwan yang juga sudah lemas dan berlinang air mata.

Tuan So, berjongkok. Meraih dagunya dan mendongakkannya ke atas. Menatap dengan tatapan remeh.

"Makhluk bajingan seperti apa kamu! Beraninya kau menciumi putraku! Kupercayakan padamu, kuberi seluruh keyakinanku agar kau menjaga putraku! DAN INI BALASANMU?"

"A-Ayah, itu salahku. Salahku"

Plak!

Jeongwoo merasakan pipinya sakit. Kepalanya tertoleh dan rasa perih itu menjalar ke dalam hatinya. Ayah Jeongwoo langsung bangkit dan memeluk putranya erat. Memasukkan seluruh kepala dan seluruh tubuhnya dalam rengkuhan sebisa mungkin.

"Jeongwoo-ya, Ayah disini. Jangan takut."

"BAWA PERGI KEPARAT BAJINGAN INI DARI HADAPANKU! JANGAN PERNAH MENGINJAKKAN KAKI DIRUMAH APALAGI MENYENTUH PUTRAKU LAGI. KAU DENGAR!? KALIAN MENJIJIKAN!"

"AYAHHHHHH TOLONG JANGAN!"

Demi mendengar kalimat itu, Ayah Jeongwoo mengeraskan wajah. Mengangkat tubuh Jeongwoo yang hampir memberontak untuk melawan Tuan So.

"Sudah cukup kita pergi."

"JUNGHWAN AYAH! JUNGHWAN BAGAIMANA?"

"JANGAN PERNAH SEBUT NAMA PUTRAKU DENGAN BIBIR BUSUKMU ITU! PERGI JAUH DARI SINI"

"A-ayah.."

Tuan So, melirik putranya yang berusaha meraih sandaran dan tangannya berusaha menggapai Jeongwoo yang berjalan lemah dibopong Ayah Park keluar dari ruangan mereka. Pandangan mereka sendu. Namun Jeongwoo sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Pintu itu sudah tertutup. Hanya terdengar isakan lirih Junghwan yang berhasil membuat Tuan So mendekat.

Namun sayang, Junghwan memundurkan tubuhnya.

"Aku benci Ayah. Sampai kapanpun,"

"Junghwan-a"

"Kau dengar? A-K-U B-E-N-C-I A-Y-A-H!"

Tuan So berusaha memeluk putranya namun Junghwan entah bagaimana kekuatannya seperti dua kali lipat untuk melepaskan diri.

"SUDAH PUAS AYAH MENYIKSA JEONGWOO!? MEMUKULINYA HINGGA SEKUJUR TUBUHNYA LEMAH?! HAH?! SUDAH PUAS KAU MENGUSIR JEONGWOO DAN AYAH PARK DENGAN KATA MENJIJIKAN YANG SEHARUSNYA DISEMATKAN UNTUKMU HAH!? BAHKAN KAU MANUSIA PENGECUT YANG PERNAH KUTEMUI! BAJINGAN BRENGSEK SEPERTI AYAH TIDAK AKAN PERNAH TENANG HIDUPNYA!"

PLAK!

"DIIAAAM."

Junghwan menatap langit dengan ujung bibir berdarah. Tuan So tertegun sebentar. Wajahnya begitu melas ingin meraih Junghwan namun-

"DARI DULU AKU PERNAH BILANG KALAU AKU TIDAK MAU HIDUP SEPERTI INI! AKU TIDAK MAU TERLIBAT BISNIS, GENERASI PENERUS ATAU SEGALA HAL MACAM BUSUK SEPERTI INI KARENA AKU TIDAK MAU DAN TIDAK BISA! AKU LELAKI TAPI AKU BERBEDA. AKU PUNYA CITAKU SENDIRI DAN AKU TIDAK MAU HIDUP SEPERTI INI AYAH! AKU TIDAK MAU! KEMANA AYAH YANG DULU, YANG SELALU BEKERJA KERAS UNTUK BAHAGIAKAN KELUARGA?! MANA AYAH YANG SELALU JUJUR DAN TIDAK TAMAK DALAM KEKAYAAN? HAH? AKU TIDAK PERNAH MAU INI. SUDAH RATUSAN KALI KUBILANG AYAH!"

"Ayah selalu memaksaku untuk menjadi yang Ayah mau. Apa Ayah pernah bertanya, bagaimana harimu? Apa kau bahagia? Apa kau merasa cukup? TIDAK! yang Ayah pikirkan hanya uang, uang dan uang! Menipu, berbisnis kotor bahkan hal menjijikan pun Ayah lakukan! Junghwan tidak mau Ayah, Junghwan tidak mau!"

Tuan So mencoba untuk meraih tangan Junghwan namun hanyalah tolakan yang ia terima. Bahkan Junghwan dengan air mata mengalir meraih vas bunga dan menodongkannya pada diri sendiri.

"Aku mencoba menuruti semua keinginan Ayah. Apa tidak boleh aku juga mendapatkan apa yang aku inginkan? Aku mencintai seseorang dan Ayah membencinya! Lalu, apa yang harus aku lakukan setelah ini?! Aku bahkan sudah amat membencimu! SANGAT-MEMBENCIMU!"

Junghwan mengusak air matanya dengan kasar. Bibirnya bergetar hebat. Mengingat semua yang ia rasakan akhirnya mampu tersampaikan tanpa sisa dan pendaman dendam seperti dulu.

Prang!

Junghwan menundukkan wajah. Menangis sejadi-jadinya. Membiarkan Ayahnya memeluk tubuhnya yang bergetar hebat.

"Jangan benci Ayah, Junghwan-a.."

Tuan So, setelah sekian lama akhirnya memohon pada malaikat kecilnya.



























Aku agak emosional tapi tidak apa-apa:(

Random Shoot ( Treasure Ship ) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang