Harukyu. Keempat.

411 63 9
                                    

Junkyu fokus memberikan makanan pada Cibul (akhirnya mau memanggil nama pemberian Haruto) dan tak mempedulikan Haruto yang sedang duduk mengamati keduanya. Mereka duduk dikoridor yang sepi. Hanya bau sabun wangi menthol menguasai atmosfer.

Mau dikatakan canggung, nyatanya Junkyu masih mau menggoda Cibul dengan sapaannya. Tidak canggung, tapi mereka tidak saling berbicara. Haruto sebenarnya tidak tertarik memulai pembicaraan karena terlalu asyik memandangi wajah manis dan imut milik Junkyu yang sedang tersenyum. Bahkan mungkin, ia satu-satunya anak kelas yang berhasil melihat sisi Junkyu yang ini.

Junkyu yang memangku Cibul membiarkannya turun dan berjalan seenaknya sendiri entah kemana. Sedangkan Junkyu menatap Haruto dalam diam. Haruto yang ketahuan sedang menatap memilih untuk melirik Cibul yang sedang duduk diujung koridor. Menggoyangkan ekor lincah.

"Baju kamu kemana?" Tanya Junkyu kemudian. Memecah keheningan.

"Ada didalam tas. Makasih ya kamu-"

"Kamu ngga perlu menarik perhatianku sampai segitunya, Ru."

Ru? Kenapa manis sekali...

"E-Eh maaf?"

"Haruto, sejak pertama kali kita bertemu tak sengaja kala itu untuk bertemu Cibul, kamu terus berusaha mendekatiku. Kamu selalu memandangiku. Selalu memperhatikanku diam-diam. Kamu kan yang nolongin tas dan bukuku dari anak-anak itu? Terus lagi, kamu pernah nyelamatin aku saat pulang sekolah. Dengan cara mengalihkan mereka agar aku bisa pulang dengan selamat. Dan masih banyak lagi. Benar kan?"

Haruto menelan ludah. Jadi selama ini Junkyu diam-diam juga tahu apa yang selama ini ia lakukan? Padahal ia sudah yakin semaksimal mungkin melakukannya tanpa harus sampai Junkyu tahu.

"Terima kasih. Aku mau bilang itu. Maaf karena kemarin aku sempat berkata tidak sopan saat menanyakan Cibul."

"A-Ah kau tahu ternyata. Maafkan aku. Aku sudah lelah dengan beberapa tingkah teman kelas kita yang terlalu membencimu, Junkyu. Aku berusaha melindungimu selama ini sampai mencari perhatian seperti mengotori diri dengan lumpur tadi agar aku bisa berbicara denganmu. Aku tidak mau kau merasakan kesepian dan merasa tidak dibutuhkan oleh siapapun. Aku tahu kau bisa melakukan apapun sendiri. Aku tahu kau sangat cerdas. Kalau kau risih, kau boleh menyuruhku menjauh. Tidak apa. Setidaknya, aku tidak pernah salah dengan keyakinanku sendiri bahwa kau tidak seburuk yang mereka katakan."

Junkyu menautkan kedua tangannya. Menatap Haruto dengan tatapan sulit diartikan.

"Terima kasih." Ucap Junkyu kemudian. Haruto tersenyum.

Mengulurkan tangan.

"Junkyu, aku tidak pernah tahu apa yang kau alami sebelum kita bertemu, jika itu menyakitkan dan kau siap berbagi, kau bisa percaya untuk membagikannya padaku. Atau bantuan apapun, kau bisa minta padaku. Jangan merasa sendiri, aku mau jadi temanmu."

Tidak apa, Haruto. Setidaknya ini satu langkah baik untuk bisa selalu bersamanya.

Junkyu hanya menatap uluran tangan itu. Lalu berdiri.

"Aku tidak semudah itu menerima orang lain menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Tapi, aku mengizinkanmu untuk kita saling mengenal. Menjadi teman baik, mungkin?" Jawab Junkyu sembari tersenyum. Manis dan sangat tulus.

Haruto menurunkan tangannya dengan tatapan yang tak henti menatap Junkyu yang kini menatapnya tersipu.

"Kau mau pulang bersamaku? Sepertinya kita searah?"

Haruto segera berdiri. Membersihkan pantatnya cepat lalu berjalan pelan menyusul Junkyu.

"Kau tahu kita searah?"

"Hmm.. sejujurnya aku mengamati beberapa teman kelas dan kau salah dua dari mereka yang pulang dengan bis yang sama denganku."

"Ohya? Wah kau hebat, Junkyu!"

"Aku tidak suka dipuji."

Haruto berjalan disebelah Junkyu. Menatap lelaki manis itu dari samping. Wajah manisnya mampu membuat Haruto tersipu. Hatinya seperti tergelitik sesuatu yang menyenangkan.

Tidak apa, aku sudah senang menjadi temanmu, Kyu.

Haruto pelan-pelan menyentuhkan lengannya pada Junkyu.

Ahhh.. bahkan ia tidak menolak kehadiranku seperti ia menolak teman lain!

Haruto tersenyum tipis.

Haruto janji setelah sampai rumah ia akan mencoba untuk chatting Junkyu. Ia sudah menyimpan nomor Junkyu sejak mereka masuk grup kelas.

Junkyu tiba-tiba menoleh dan tersenyum padanya.

Tuhan, kenapa manusia disampingnya cantik sekali?






Cibul mengeong lirih. Menggelungkan diri di lapangan belakang sekolah.

Sebelum seseorang berdiri didekatnya. Bersidekap dada dengan menggelengkan kepala.

"Dasar bandel anak satu ini! Ayo pulang, kau selalu saja minggat ke sekolah ini. Mulai besok kau tidak boleh masuk sekolah ini karena kau merusak pohon dan mencuri anak ikan koi kolam biologi!"

Cibul mengeong lirih. Pasrah saja tubuh gembulnya diangkat.

"Ahhh bau wetfood di badanmu. Pantas saja kau betah disini tiap siang hmm? Siapa yang kau palak untuk memberimu makan enak?"

"Meow~"

"Dasar nakal"

Random Shoot ( Treasure Ship ) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang