Last Part : Jaesahi. Kelima.

290 41 5
                                    

"Asahi memutuskan untuk home schooling saja. Lagipula ia tidak terlalu menyukai suasana sekolahnya. Kami sebagai orang tua menurutinya agar dia tetap belajar dengan baik."

Jaehyuk membisu. Merasakan rasa bersalah luar biasa. Sedangkan Karina berkali-kali melirik lantai atas. Pintu kamar Asahi khas berwarna biru laut. Dihias cat putih asal membentuk buih lautan.

Ibu Asahi menatap keduanya dengan perasaan tidak enak hati. Ini kali pertama teman Asahi datang kerumah. Saat di Jepang atau dirumahnya sekarang, Asahi jarang mau menunjukkan teman. Padahal Ibunya sering melihat chat Asahi yang penuh dengan ajakan main. Namun, ia mengenal putranya dengan baik. Asahi tidak terlalu menyukai keramaian.

Jaehyuk menatap Ibu Asahi dengan senyum tipis.

"Sebentar."

Jaehyuk terkejut ketika Ibu Asahi mendekatkan wajah padanya.

"Saya tidak asing melihat wajahmu. Mirip dengan gambar Asahi di sketchbooknya. Tadi senyummu juga sama persis seperti digambarnya."

Jaehyuk terdiam ketika Ibu Asahi mulai mengingat sesuatu. Matanya fokus pada wajah Jaehyuk.

"Asahi pernah selalu memakai dua gelang. Salah satunya bertuliskan Jjae jjae. Itu kamu?"

Jaehyuk mengangguk.

"Saya dan Karina adalah teman masa kecil Asahi sewaktu dia masih di panti asuhan. Rumah kami berdekatan dengan tempat Asahi tinggal. Kami pertama kali bertemu di taman yang berada ditengah kompleks. Sejak saat itu saya dekat hingga Asahi pergi ke Jepang. Itu kontak terakhir saya dengan Asahi."

Ibu Asahi mengangguk pelan. Lalu menatap Karina.

"Saya pernah melihat wajah kamu di media sosial Asahi saat Asahi akan kembali kesini. Betul?"

Jaehyuk menoleh pada Karina yang meliriknya canggung.

"Betul. Saya berusaha mencari data Asahi sejak saya masuk SMP. Saya terus mencari namanya di berbagai media sosial hingga saat kelas sembilan, saya menemukan akun Asahi karena saya ingat sekali apa yang Asahi suka. Saat saya mencoba meyakinkan, ternyata benar itu Asahi. Sejak saat itu saya mencoba mengontaknya walaupun sering tidak dibalas."

Karina merasakan aura tubuh Jaehyuk berubah. Walaupun tidak menoleh padanya, Karina merasa segan dengan Jaehyuk sekarang.

"Kalian berdua, sekolah di SMA yang sama dengan Asahi?"

Jaehyuk dan Karina mengangguk.

"Saya tidak tahu alasan kenapa Asahi memilih home schooling padahal saya bisa melihat dia semangat sekali bersekolah, tapi sebulan lalu ada saat dimana dia mengunci diri seharian. Lalu keesokan paginya ia berkata untuk home schooling saja dengan mata sembab. Apakah di SMA itu terjadi pembullyan? Atau mungkin selama kalian bersekolah, ada kejadian tidak menyenangkan yang pernah dialami beberapa siswa-siswinya?"

Jaehyuk menatap Ibu Asahi dengan tatapan tidak tertebak. Sebelum Karina bersuara, Jaehyuk memulai terlebih dahulu.

"Sebelumnya saya minta maaf, Ibu."

Karina segera menepuk pundak Jaehyuk.

"Semua ini berawal dari saya yang mencari tahu keberadaan Asahi, Bu. Dari kecil, saya menyukai Asahi melebihi pertemanan kita. Saya merasa kehilangan saat Asahi pergi ke Jepang. Sejak saat itu, teman saya hanya Jaehyuk. Saya diam-diam mencari tahu keberadaan Asahi. Namun seperti yang saya katakan tadi, saya baru bisa mengontak Asahi saat kelas sembilan. Itu juga tidak sering. Saya tidak memberitahukan ini pada  Jaehyuk. Saya yang meminta Asahi untuk bersekolah di SMA kita. Tapi, saat itu Asahi mengatakan bahwa ia rindu pada Jaehyuk. Karena Asahi sejak dulu suka padanya. Saya cemburu. Sebelum Asahi kembali, Jaehyuk menyukai saya. Namun saya selalu menolak, karena kita hanya bersahabat. Saya minta maaf karena memanfaatkan kesempatan. Saya pura-pura membantu Asahi untuk kembali dekat dengan Jaehyuk. Saya membuang semua surat-surat Asahi untuk Jaehyuk. Saya tidak pernah menyampaikan salam padanya. Ketika Asahi mencoba bertemu, saya selalu bilang kalau Jaehyuk sibuk. Dan saya menggantikan Jaehyuk ketika kita pergi bersama."

Karina melirik punggung Jaehyuk yang kaku.  Lalu setelah menelan ludah yang menyakitkan, ia melanjutkan.

"Jaehyuk sayang kepada saya. Ia meminta saya untuk membuka hati. Namun saya tidak bisa. Bodohnya saya bilang kalau saya menyukai orang lain. Jaehyuk berusaha mencari tahu dan ternyata itu Asahi. Ibu, untuk alasan mengunci dirinya Asahi adalah Jaehyuk melabrak Asahi. Ia marah karena Asahi mengabaikan perasaan saya. Namun, Asahi mengungkapkan semuanya. Perasaannya pada Jaehyuk. Karena Asahi dulu berbeda dengan sekarang, ditambah saya tidak memberitahu pada Jaehyuk, ia tidak ingat bahwa Asahi adalah teman kecilnya. Dulu yang Jaehyuk tahu namanya adalah Aca. Sedangkan saya tahu nama Asahi saat menemukan coretan kertas namanya yang masih saya simpan sampai sekarang. Dan juga, Asahi dulu tidak punya marga seperti sekarang. Ibu, mohon maafkan saya, karena semua ini adalah salah saya. Saya egois dan tidak memikirkan akibat ini semua. Maafkan saya,"

Jaehyuk terisak pelan.

"Maaf, Ibu. Saya melabrak Asahi hingga mendorong tubuhnya ke tembok. Memar di lehernya karena saya. Saya juga sempat menarik kerahnya. S-s-saya.."

Ibu Asahi mendekat pada Jaehyuk. Memeluk tubuh bergetar itu erat. Satu tangan lainnya mengusap pipi Karina yang berusaha menahan air matanya.

"Tidak apa-apa. Terima kasih karena kalian mau jujur kepada saya. Saya selalu memaafkan kesalahan kalian. Lain waktu, jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali. Kepada orang lain juga. Agar kalian bisa hidup tenang. Untuk permasalahan ini sudah masuk ranah pribadi yang harus dibicarakan juga kalian bertiga. Ibu hanya bisa membantu untuk meminta Asahi berbicara dengan kalian. Sebentar ya, Ibu coba bujuk Asahi lagi."

Jaehyuk menunduk ketika Ibu Asahi pelan melepas pelukannya. Karina langsung menenggelamkan wajahnya dipunggung Jaehyuk. Mengucapkan beribu kata maaf dan penyesalan.

Jaehyuk hanya bisa menangis. Mulutnya kelu untuk mengatakan apapun. Menyesali semuanya.

Mengingat senyum Asahi sore itu dengan langkah sempoyongan membuat goresan itu semakin lebar dihatinya. Masih terbayang Aca kecil yang selalu berada disisinya. Selalu tersenyum padanya. Dulu, ia begitu kehilangan. Selama seminggu ia sering datang sendirian ke ayunan taman. Duduk disana. Mengucapkan bagaimana kabar Aca. Kadang menangis namun dengan cepat mengusapnya. Ia harus kuat. Anak laki-laki tidak boleh cengeng.

Sahabatnya hanya tinggal Karina seorang. Mereka terus bersama hingga perasaan itu muncul saat mereka kelas dua SMP. Jaehyuk merasa bahwa Karina bisa melupakan sosok Aca di hatinya. Tidak ada kabar. Bahkan media sosialnya tidak ada. Pernah sekali ia bertanya pada Karina, apakah dia tahu nama lengkap Aca. Namun, Karina tidak tahu. Hanya tahu Aca saja.

Harusnya ia lebih peka ketika Asahi mengucapkan namanya. Harusnya ia berusaha mencari tahu. Bodoh!

Jaehyuk menepuk kepalanya beberapa kali. Rasanya sakit sekali.

"Jaehyuk! Jangan. Tolong jangan."

Jaehyuk berusaha melepaskan tangan Karina yang mencegahnya. Berusaha masih terus memukulkan kepalanya.

"Jjae jjae. Berhenti."

Tangan Jaehyuk berhenti. Namun kepalanya masih terus menunduk. Karina melepas pelukannya pada Jaehyuk. Menatap Asahi dengan air mata yang malah mengalir deras.

"A-Asa..maaf.."

Asahi menunduk. Menggigit bibirnya sebentar. Ibu membawanya duduk didekat Jaehyuk. Meninggalkan mereka bertiga ke ruangan lain. Membiarkan anaknya menyelesaikan masalah pribadinya. Ia tidak ingin ikut campur terlalu dalam.

Asahi meraih tangan Karina yang berada di punggung Jaehyuk. Karina semakin menunduk dalam. Tidak mampu menatap mata Asahi yang berkaca.

Satu tangan Asahi yang lain meraih pucuk kepala Jaehyuk. Mengusapnya lembut.

"Tidak apa. Aku sudah tahu. Tadi aku mendengar semuanya. Tidak apa."

"Karina, maafkan aku. Aku tidak bisa menerima perasaanmu. Ini terkesan sangat menyakitkan tapi jujur, sejak dulu aku selalu menganggapmu sebagai sahabat juga adik perempuan yang amat kusayangi dan aku jaga. Aku minta maaf, Karina."

Karina ingin mengatakan sesuatu, namun tidak bisa. Ia terisak dan menunduk semakin dalam.

Asahi memutuskan untuk membiarkan mereka berdua mengeluarkan semua emosi yang mereka pendam.

Ia fokus menatap rambut Jaehyuk yang bergerak pelan. Berusaha meredakan tangisnya namun sepertinya belum bisa. Mengusap lagi kepala itu dengan lembut.

Air matanya mengalir pelan.

"Aku sangat merindukanmu, Jjae-jjae."

Random Shoot ( Treasure Ship ) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang