"Maaf, Jaehyuk. Aku tidak bisa"
Jaehyuk menatap Karina dengan pandangan kecewa. Selama ini ia berjuang, lalu seolah Karina menerima dirinya dan kini ia ditolak?
"Apa salah aku, Rin? Aku kurang apa?"
Karina gelisah. Mencoba mengurutkan kalimat tapi kacau.
Mau tak mau ia harus jujur.
"Karena aku suka orang lain, Jae"
Jaehyuk menatap Karina yang takut-takut membalasnya.
"Jadi selama ini? Kamu deket sama orang lain selain aku?"
"E-engga Jaehyuk. Bukan bukan. Aku selama ini sebenarnya suka sama orang lain tapi orang itu ngga suka aku!" Jawab Karina agak cepat.
"Siapa dia yang berani buat ngga suka sama kamu Rina! Siapa tolong jawab!"
Karina terdiam. Menatap ngeri Jaehyuk yang walaupun nadanya pelan, tapi penuh intimidasi.
Karina tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kamu ngga perlu tahu"
"Aku cuma mau tahu, Rina. Aku cuma mau dia sadar kalau dia udah nyia-nyiain kamu"
"Jaehyuk demi Tuhan. Dia ngga tahu apa-apa soal ini. Aku cinta dia sendirian, dia ga salah Jae. Dia ngga salah"
Jaehyuk memandang Karina yang memegang kedua tangannya. Memohon.
"Sebaik apa dia, Rina? Sampai-sampai kamu membelanya? Sampai kamu memohon seperti ini?"
"Jaehyuk, tolong"
"Selama aku belum tahu siapa yang membuat kamu jatuh cinta sampai sakit seperti ini, jangan cegah aku buat cari tahu siapa dia"
"Jaehyuk! JAEHYUK! TOLONG!"
Jaehyuk berjalan meninggalkan Karina yang berusaha mencegahnya.
Jaehyuk terlanjur sakit hati.
Selama ini, ia selalu ada untuk Karina. Selalu berusaha berjuang mendapatkan hatinya. Bahkan Karina juga selalu terbuka menerimanya. Menyambutnya. Jaehyuk merasa dicintai sepenuh hati oleh gadis itu.
Namun nyatanya?
Jaehyuk menghembuskan nafas kasar. Menahan air mata yang siap mengalir deras.
Ia tidak peduli dianggap cengeng atau lemah.
Hatinya terlalu sakit menerima fakta ini.
Jaehyuk tidak sanggup berjalan lagi. Memutuskan berhenti pada lorong sekolah yang sepi. Duduk berjongkok dan isaknya mengisi kekosongan. Hatinya hancur.
Menyembunyikan wajah pada lutut.
Entah sampai kapan.
Ia menumpahkan semua rasa sakitnya.
Hingga sekian lama, ia mendengar suara langkah kaki. Mendekat.
Kalau itu Karina, Jaehyuk tidak akan-
Krusuk.
Jaehyuk memelankan isakannya. Merasakan kertas yang dipaksa masuk disela lututnya.
"Ini aku ada uang dikit buat naik angkot. Jangan nangis. Cepat pulang"
Hah?
Jaehyuk mendongak namun seseorang itu berjalan cepat ke arah lain dan menghilang.
Ia membuka gumpalan kertas yang ternyata uang dua ribuan. Tangisnya terhenti. Digantikan raut bingung.
"K-kenapa dikasih uang?"