Dari kejauhan, mata Yedam menatap dua objek itu masih asyik bercanda. Bahkan si bajingan tengah menyapu poni seseorang yang tersipu dihadapannya. Hatinya geram namun logika menahan.
Yedam mengeluarkan ponsel disaku celana. Mengarahkan kamera belakang pada arah meja sebrang. Siap membidik ketika satu pop up pesan dari Doyoung muncul.
Yedam langsung membuka roomchat tersebut dan tanpa pikir panjang langsung menekan tombol video call. Senyum kemenangannya muncul. Kesempatan untuk memberikan fakta kebenaran!
Panggilan diterima.
Yedam kaku.
Doyoung tersenyum menyapa.
Astaga.
Tulang selangka dan bahu putih itu menyambut netra Yedam.
"Maaf aku baru bangun tidur dan belum mandi. Maaf juga aku baru membalas pesanmu. Sudah diterima file presentasinya kan?"
Yedam terdiam. Membuat Doyoung mengerutkan dahi.
"Yedam?"
Yedam berkedip cepat. Mengusap wajah dengan tangannya yang bebas. Mengalihkan pandangan dengan telinga memerah.
"M-Mandilah dulu, Bodoh!"
Tut.
Yedam membalikkan posisi ponsel agak keras ke meja. Memejamkan mata sebentar.
Tidak. Yedam tidak mesum.
Ia cuma kaget?
Bisa-bisanya dia menerima telfon dengan penampilan seperti itu?
Bisa-bisanya dia masih indah dengan rambut sedikit berantakan?
Dan, bisa-bisanya dia tidur tanpa memakai kaos. Jelas Yedam melihatnya karena yang tertutupi selimut bagian dada ke bawah. Sedangkan bahu dan selangkanya terekspos jelas dilayar.
Astaga.
Lagi. Yedam mengusap wajahnya.
"Doyoung, astaga."
Yedam meraih teh lemon hangat yang masih sisa setengah. Meneguknya hingga habis. Tanpa sisa.
"Bisa-bisanya," keluh Yedam lagi.
Yedam membuka laptop dihadapannya. Menarik nafas dan menghembuskanya pelan-pelan.
"Ayo, Yedam. Fokus. Jangan kepikiran."
Tombol power yang ditekan, membuat layarnya menyala dan menampilkan password dengan foto penggunanya adalah kucing.
Yedam bahkan tak punya daya untuk menekan beberapa tombol lagi. Rasa malunya menguasai tubuh. Sebenarnya, ia lebih ingin menahan gemas melihat wajah Doyoung yang benar-benar indah.
Tidak adil. Yedam bangun tidur bahkan penampilannya persis gelandangan, sedangkan Doyoung malah semakin-
Imut.
Cantik.
Manis.
Tampan.
Jadi satu.
Lebay? Tapi demi dewa dewi, memang seindah itu. Yedam tidak bohong.
Kalian harus percaya.
Yedam menutup laptopnya dan menjepit ujung atas hidungnya. Kini, bayangan Doyoung tadi sudah mulai reda. Tidak seberisik tadi tapi tetap ada. Jelas.
Yedam teringat sesuatu.
Aih si bajingan itu!
Yedam menoleh dan sedikit terkejut ketika dua objek itu malah menatapnya. Yang satu menatapnya datar. Yang satunya memiringkan kepala sembari mengunyah.
