The Real Ending : Harukyu.

517 71 32
                                    

"HARUTO MARI JADI SAHABATKU!"

Kemudian hening panjang menguasai taman belakang sekolah.

Haruto terdiam dengan mata terbelalak kaget. Jantungnya berdebar keras.

Junkyu mengatakan hal tersebut dengan mata terpejam, kedua tangan berada di punggung dan bibir yang beberapa kali mengulum gelisah.

Jujur, Haruto kaget mendengar suara keras Junkyu tadi. Ia hanya bisa terdiam. Walaupun beberapa menit kemudian menahan tawa. Melihat Junkyu membuka mata sebelah. Bibirnya mengerucut.

"K-Kau tidak kenapa-kenapa?" Tanya Haruto hati-hati. Memastikan.

Akhirnya, kedua mata Junkyu terbuka. Berdiri tegap dengan satu tangan mengelus leher.

"Aku. Tidak. Apa-apa?"

Haruto terdiam. Hanya berani memastikan dengan menatap Junkyu yang mengalihkan pandangan.

"Kau tidak perlu berteriak seperti tadi. Kau berbicara lirih pun aku juga tahu,"

Junkyu menutupi wajahnya. Mengeluarkan suara "aaa" panjang namun tenggelam.

"Akutidakapaapatolonglupakanyangtadi!"

"Hah? Jangan terlalu cepat, Junkyu. Aku tidak mendengarnya. Dan ayo turunkan tanganmu juga."

Junkyu menghentakkan kaki kiri. Lalu membuka pelan wajahnya yang semakin menunduk. Haruto melihat telinga Junkyu memerah seperti tomat. Beberapa kali menghembuskan nafas.

"Balikkan badanmu dulu."

"Kenapa, Ru?"

"Sudah. Turuti saja."

Junkyu menurut. Membalikkan badan. Menatap segala arah dengan bingung. Kenapa ia harus membalikkan badan? Junkyu menyentuhkan kedua pipinya. Suhunya normal. Tidak sepanas tadi. Ia mengeluarkan ponsel dari saku. Berkaca sebentar pada layar gelapnya.

"Sudah tidak malu lagi?"

Junkyu membalikkan badan dengan bibir bawah terkulum. Mengangguk ketika mendapati Haruto yang menatapnya. Ia memasukkan ponsel ke saku lagi.

"Duduk sini,"

Junkyu menurut. Kemudian duduk dengan melepas sepatunya. Bersila menghadap Haruto.

"Aku juga mau jadi sahabatmu." Jawab Haruto mantap. Menoleh kesamping dengan senyum manis. Junkyu membulatkan mata. Lalu berkedip.

Jantungnya berdebar.

"A-Ah maaf aku tadi berteriak. Aku tidak tahu kenapa harus berteriak. Harusnya aku berkata pelan," ucap Junkyu menyesal. Memainkan jari-jari tangan.

Haruto menggeleng.

"Tidak apa-apa. Aku cuma kaget. Kau mengatakannya seperti pemimpin tawuran. Hehehe." Jawab Haruto kemudian tertawa pelan. Junkyu ikut tertawa namun rasa malu dan tidak enak itu masih membatasi mereka.

Haruto mengulurkan satu tangannya.

"Bersalaman. Agar terlihat resmi. Aku tidak punya uang untuk membeli materai sebagai janji persahabatan kita."

Junkyu tertawa. Satu tangannya ditaruh diatas tangan Haruto.

Mengejutkan.

Haruto menggenggamnya. Terasa sangat hangat.

"Terima kasih."

"Untuk?"

"Semua ini, Ru."

Random Shoot ( Treasure Ship ) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang