Apa yang terjadi setelahnya?
Tidak ada.
Yoshi berusaha untuk melupakan Mashiho. Menganggap bahwa rasa dihati hanyalah rasa biasa yang nanti akan hilang.
Ia tidak lagi berusaha untuk meminta hukuman Pak Hirada seperti awal-awal. Bahkan ia mengerjakan tugas tersebut dengan rajin. Pak Hirada juga tidak pernah menyinggung apapun tentang putranya pada Yoshi.
Tidak ada lagi waktu untuknya sekedar bermain di luar kelas. Memilih diam dan mengerjakan tugas sebisanya. Nilainya kali ini melesat bagus dan ia sudah mulai memikirkan untuk kelas dua belas satu setengah tahun kedepan.
Jadwal olahraga selalu berubah. Yoshi tidak pernah mendapatkan kesamaan jadwal dengan kelas Mashiho. Keita pun sudah tidak pernah membahas tentang Mashiho ketika keduanya berkesempatan untuk bertemu. Biasanya di kantin.
Yoshi selalu keluar kelas tepat setelah doa selesai belajar, tanpa menunggu sesiapapun.
Menaiki sepeda gunungnya dan mengayuh hingga pulang kerumah. Terus seperti itu hingga ia sudah kelas dua belas sekarang. Semester satu kemarin, Yoshi mendapatkan nilai bagus dan ia akan masuk dalam daftar rekomendasi universitas yang Yoshi inginkan. Mengingat Yoshi pandai dalam bahasa Jepang dan Inggris, kemungkinan rekomendasi ke luar negeri jauh lebih besar.
Setelah ujian Nasional nanti, Yoshi akan dihadapkan pada tes masuk Universitas pilihannya sekaligus beasiswa yang disediakan platformnya dari sekolah.
"Noriii! Kau mau kemana? Kantin cuy ah."
Yoshi menoleh dan mendapati Keita yang tertawa riang. Berjalan cepat dan merangkul keras bahu Yoshi. Berjalan beriringan menuju kantin.
"Selamat bro. Ku dengar dari Pak Hirada kau dapat rekomendasi ya?"
"Pak Hirada masih mengajar kelasmu? Kok kelasku malah diajari Pak Namjoon?"
"Kau diajari Pak Namjoon? Yaampun beruntung banget! Itu guru baik and keren abisss! Harusnya tukeran aja ga sih?"
"Aku sih ogah hahahaha," sambut Yoshi yang tawanya mampu mendapat decihan Keita. Mereka sampai di kantin yang lumayan ramai, memilih kursi panjang kosong diujung yang penuh sampah plastik. Tidak apa, Yoshi dan Keita biasa membersihkannya.
"Kau duduk disini. Aku belikan jajannya. Macam biasa kan?"
Yoshi mengangguk. Sementara itu Keita mengeluarkan tissue basah dari sakunya dan meninggalkannya dimeja. Yoshi tersenyum memandang kebiasaan baik teman tengilnya satu itu. Keita walaupun kadang cerobohnya minta ampun, tapi untuk masalah kebersihan dia yang paling wahid. Tidak heran ketika tiba-tiba Keita menyodorkan tissue atau sapu tangan pada Yoshi jika ia membutuhkan.
Yoshi mengelap meja tersebut, mengumpulkan bungkus jajan menjadi satu dan membawanya pada tempat sampah terdekat. Setelah membersihkan tangannya, bertepatan dengan Keita yang datang membawa dua nasi kotak dan juga dua botol cola dingin.
"Wuihhhh mantap betul nasi kotaknya masih sisa. Ngga perlu kita makan nasi rames bungkusan isi sayur doang." Ucap Keita dengan riang dan senyum amat merekah.
Yoshi tertawa kecil mendengarnya. Nasi kotak isi katsu ini paling cepat sold out. Keita meraih kedua botol cola dan membukanya dengan tangan, sementara Yoshi membuka kedua tutup nasi kotak mereka. Mengambil selada milik Keita.
"Habis ini kau pelajaran apa?" Tanya Keita menyerahkan satu botol cola pada Yoshi.
"Bahasa perancis. Dua jam." Jawab Yoshi sembari mendorong kotak makan milik Keita.
Keduanya larut dalam kenikmatan makanan mereka. Abai pada sekelilingnya. Semua terlihat damai sebelum pertanyaan Keita muncul.
"Kau tidak ketemu Mashiho lagi sejak terakhir aku mengatakan itu?"