The Real Ending : Jaesahi.

384 48 42
                                    

"Jangan pernah menghujaniku dengan kata maaf lagi."

"Tapi merasa sangat bersalah, Aca."

"Bukan untuk hal itu, kau meminta maaf untuk hal lain. Aku tahu itu,"

Jaehyuk menatap Asahi yang tersenyum memandang senja.

"Sama seperti Karina yang kesulitan melupakanku. Kau juga kesulitan melupakan Karina kan?"

Asahi melempar beberapa kerikil yang berada disampingnya ke arah danau yang tepat dua langkah jaraknya dari mereka terduduk sekarang.

Pantulan warna oranye langit hari ini mampu mengobati perasaan perih Asahi sedikit.

Ia sudah siap dengan kalimat itu jauh-jauh hari. Ia sudah memikirkan antisipasi jika itu terjadi nanti. Sudah dipersiapkan sedemikian rupa.

Namun tidak.

Asahi, tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya karena keterdiaman seorang Yoon Jaehyuk yang membenarkan pernyataan yang ia ajukan. Asahi tidak siap ternyata. Memilih membungkam mulutnya dan terus melempar kerikil ke arah danau.

"Maaf, Asahi."

Lagi. Jaehyuk meminta maaf.

"Tidak apa. Sekarang lebih baik kau diam saja. Tidak usah berbicara apa-apa." Jawab Asahi dengan santai.

Sekali lagi, tidak.

Asahi merasa bahwa sekarang, kalimat apapun tak membuat hatinya lega. Seolah berjalan seperti karma. Ia menolak Karina dan ditolak Jaehyuk kemudian. Walaupun ia tidak mengutarakan rasanya, Asahi seperti yang tertera diatas, sudah mempersiapkan semua.

"Aku hanya tidak tahu semua berakhir seperti ini, Jaehyuk." Ucap Asahi kemudian. Tidak bisa menahan sisi pandangnya. Sebulan lalu, saat Karina dan Jaehyuk datang kerumah dan menyelesaikan masalah, Asahi lebih banyak diam. Hanya mengelus tangan Karina juga rambut Jaehyuk hingga ketika Jaehyuk akhirnya mendongak, Asahi memilih untuk pergi menuju kamarnya.

Menggelungkan diri dengan selimut tebalnya. Menghapus jejak air mata di kedua pipinya. Lalu tertidur.

Asahi tidak lagi menangis.

Luka ditubuh juga leher tidak ada seberapa sakitnya dengan goresan hatinya.

Asahi bagaimanapun, tidak bisa mendapatkan hati Jaehyuk. Benar kan?

Kali ini, Asahi ingin seperti itu. Namun, embun dimata membuat seluruh wajahnya berkedut.

"Tidak apa, aku tidak akan menjelaskan apapun. Kau sudah tahu dan kita semua sudah menyelesaikannya jauh jauh hari kan?" Ucap Asahi kemudian.

Langit mulai menggelap. Berteman suara angin dan jangkrik yang menemani mereka. Jaehyuk duduk memeluk lutut. Diam memperhatikan Asahi yang masih betah bersila. Kali ini, tidak lagi melempar kerikil.

"Tidak, Jaehyuk. Aku masih sakit. Maaf."

Jaehyuk tak berniat mendekat. Hanya ingin mendengarkan Asahi berbicara. Sebanyak apapun. Walaupun, beberapa kali Asahi menyentuhkan telunjuknya di hidung atas.

"Aku kira Karina sebaik itu mau membantuku untuk dekat denganmu. Aku kira. Aku juga tidak menyalahkan Karina, tenang saja. Tidak, Jaehyuk. Aku tidak marah. Aku hanya.. apa ya? Kaget? Entah."

Asahi mengatakan itu dengan tawa di akhir. Tawa itu sangat sakit didengar. Tawa itu sangat perih untuk dilihat pula. Kedua lesung itu nampak. Namun tak seindah biasanya. Sang pemilik sedang berusaha menahan benteng kekuatannya.

"Jaehyuk aku tahu. Aku tahu."

Kalimat Asahi memang kacau. Sudah nampak memang. Namun, Jaehyuk benar-benar belum menggerakkan diri untuk menenangkan.

Random Shoot ( Treasure Ship ) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang