Bab 3 : Salahkah Berjuang Demi Cinta?

33 6 0
                                    

Danisa menatap Karenina dengan mulut dan mata yang terbuka lebar.
"Maksudmu... Bintang yang pernah kamu ceritakan itu?

Karenina mengangguk.

Danisa menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi.
"Kenapa bisa ia tiba-tiba muncul?"

"See? That's the destiny! Ternyata dia pernah mencintaiku, Sa! Dia menyimpan kalung bunga matahariku."

"Nin! Dia pernah mencintaimu, tapi kamu tidak tahu apakah dia masih mencintaimu atau tidak? Dia sudah menikah. Dan kamu sebentar lagi juga mau menikah. Jangan main api!"

"Aku bukan mau merebutnya dari istrinya. Aku cuma ingin tahu, apakah dia jodohku yang sebenarnya!"

"Ya, Tuhan! Nin! Dia sudah mendapatkan jodohnya!"

"Bagaimana kalau Naira itu bukan jodohnya? Dan Aidan bukan jodohku?"

"Demi Tuhan, Nina! Please! Jangan lakukan ini!"

"Aku hanya tidak ingin menyesal karena tidak pernah mencobanya, Sa. Bertahun-tahun aku dan dia memendam rasa yang sama. Dan dia datang padaku tepat sebelum aku menikah. Bukankah itu pertanda?"

Danisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu tidak waras, Nin!"

Karenina menarik tangan Danisa. "Please, Sa, kamu adalah sahabatku. Bantu aku. Aku hanya akan mencobanya sembilan puluh hari. Kalau aku tidak bisa mendapatkannya, aku akan melupakannya. Dan aku akan menikahi Aidan tanpa beban."

Danisa menarik tangannya. Diremasnya rambut dengan kedua tangannya.

"Aku tidak pernah memohon sesuatu yang besar padamu. Kali ini, aku mohon bantu aku. Aku akan melakukannya dengan benar."

"Mana ada perselingkuhan yang benar, Nin? Kamu mau merebut suami orang! Tidak ada cara apa pun yang bisa dibenarkan." Danisa menatap sahabatnya itu dengan tajam.

Karenina memejamkan kedua matanya. "Aku berjanji, aku tidak akan memaksanya, menggodanya atau menyakiti istrinya."

"Bagaimana mungkin kamu tidak akan menyakiti istrinya?" Mata Danisa kembali melotot. Di saat seperti ini ia sudah lupa jika Karenina adalah atasannya.

"Aku akan membuat Bintang mencintaiku tanpa paksaan."

"Lalu kamu akan membuatnya meninggalkan istrinya, Nin!"

"Kalau dia meninggalkan istrinya, itu bukan karena dia berselingkuh denganku. Tapi karena dia menyadari kalau dia tidak pernah mencintai istrinya."

"Dari mana kamu tahu dia tidak pernah mencintai istrinya?"

"Dia menikahinya hanya tiga bulan setelah mereka bertemu. Tiga bulan, Sa! That's just fucking three months!" Kini Suara Karenina meledak. Seperti ledakan semua harapan dan putus asa yang dipendamnya selama ini. Kedua matanya berkaca-kaca.

"Tolong aku, Sa. Aku sangat mencintainya... Aku akan menyesalinya seumur hidup kalau aku tidak pernah mencobanya. Bertahun-tahun aku memimpikannya datang padaku... Dan sekarang dia datang, Sa..."

Danisa menatap sahabatnya tak percaya. Ia tak pernah melihat Karenina begitu putus asa. Tak tega, ia pun beranjak dari duduknya dan memeluk sahabatnya itu. Diusap-usapnya punggungnya. "Aku akan menolongmu," bisiknya.

...

Danisa memberikan buku agendanya pada Aidan yang menatapnya tak percaya. Ia memang selalu tak percaya padanya. Tapi Danisa tak perduli. Ia keluar dari ruangan setelah tak ada pertanyaan yang dilontarkannya lagi.

Aidan memang sedetail itu. Ia harus tahu semua yang dilakukan Karenina di kantornya. Bukan karena ia yang mendanai perusahaannya, tapi karena ia adalah seorang posesif sejati. Rasa cemburunya melebihi rasa cintanya pada Karenina.

90 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang