"Nin..."
Karenina mengangkat wajahnya. Di depannya berdiri Aidan dengan salah seorang gadis muda yang tersenyum padanya dengan ramah.
"Kenalin ini Kristina. Dia akan membantu kamu mempersiapkan pernikahan kita. Dia juga akan menjadi penghubungmu dengan wedding organizer."
"Aku enggak perlu orang lagi, Aidan. Sudah ada Danisa."
"Danisa tidak akan membantumu lagi. Kristina yang akan menggantikannya."
Karenina menghela nafasnya. Diliriknya sekilas wanita bernama Kristina itu. Baru kali ini ia melihatnya di kantor Aidan. Entah dari mana Aidan mendapatkannya. Ia pasti sengaja mempekerjakannya untuk memata-matainya. Aidan sudah tak percaya lagi pada Danisa sejak ia mengetahui Danisa ikut berkemah bersamanya. Aidan tahu Danisa telah membantunya pergi bersama Bintang. Aidan menyingkirkan satu per satu orang-orang terdekatnya. Tinggal menunggu waktu sampai ia benar-benar menyingkirkan Bintang.
"Terserah kamu!" Sahutnya lagi dengan malas.
Aidan pun tersenyum lalu meminta Kristina untuk kembali ke mejanya.
"Minggu besok Mama dan Kakakmu datang. Kamu sudah bicara lagi dengan mereka?"
Karenina menggeleng. Buat apa ia berbicara dengan Mama dan Kak Martin, kalau mereka pun sudah di bawah pengaruh Aidan.
"Aidan... aku harus ke kantor."
"Aku akan antar." Aidan menghabiskan sisa kopinya lalu mengandeng tangan Karenina keluar dari kantornya.
Kini Aidan tak membiarkannya berjalan sendirian. Hidupnya berada di bawah pengawasannya selama dua puluh empat jam. Sifat posesifnya benar-benar telah membuatnya tak waras. Ia telah merenggut kebebasannya. Membuatnya selalu ketakutan. Dan membuat hari-harinya seperti di penjara.
Entah apa yang sudah dikatakan Aidan pada Mama sampai Mama pun percaya jika ia tinggal bersamanya demi menjaganya jauh dari Bintang. Padahal Bintang tidak pernah menyentuhnya. Apalagi sampai menyakitinya.
"Nanti aku jemput kamu makan siang, ya?" Ucapnya, sesampainya mereka di kantor Karenina. Dicobanya mencium bibir Karenina, tapi Karenina memalingkan wajahnya.
"Nin..." Wajah Aidan berubah kesal.
"Banyak orang Aidan..."
Dan tiba-tiba Aidan menariknya masuk ke dalam ruangannya. Mendorong tubuhnya ke dinding lalu kembali mencium bibirnya dengan paksa.
"Bersikap manislah, Nin. Jangan terus membuatku kesal. Kamu tahu aku tidak suka ditolak," bisiknya di telinga Karenina. Dipeluknya lagi Karenina sebelum kemudian ia keluar dari ruangan.
Karenina menghembuskan nafasnya yang terasa sesak.
"Nin!?" Danisa masuk dan langsung memeluknya. Tangis Karenina pun pecah di sana. Danisa lalu menarik tangannya, keluar dari kantor menuju sebuah kedai kopi yang terletak di belakang gedung perkantoran mereka.
"Aidan tidak bisa melihatmu di sini. Sekarang ceritalah, Nin!" Danisa memohon.
Tapi Karenina menggeleng. Diusapnya sisa air matanya. "Kita kembali, Sa. Nanti Aidan mencariku." Ia lalu beranjak dari duduknya. Tapi Danisa menarik kembali tangannya hingga ia duduk kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Hari
RomanceKetika Cinta Lama Bersemi Kembali tepat 90 hari sebelum hari pernikahannya tiba, Karenina mencoba permainan konyolnya hanya untuk membuktikan, bahwa cinta masa lalunya pada Bintang, tak bertepuk sebelah tangan. Namun, ada banyak yang harus dikorbank...