Bab 25 : Kali Ini Biarkan Aku Memilih

28 4 0
                                    

Aidan memandangi Karenina. Mengamati kalung yang melingkar di lehernya.
"Dari mana kalung itu?" Tanyanya dengan curiga.

"Beli." Karenina menyahut dengan malas.

Aidan mendekatkan wajahnya. Diamatinya kalung perak dengan liontin berbentuk bintang itu dengan kening berkerut.
"Dari Bintang?" Tanyanya. Wajahnya semakin curiga.

Karenina menjauhkan wajahnya dengan risih. Ia sudah menduga Aidan akan menanyakan kalung kenang-kenangan dari Bintang itu. Tapi ia sudah tidak perduli. Bintang sudah pergi jauh. Aidan tidak bisa lagi mengancamnya.

"Jangan karena bentuknya bintang kamu menganggap semuanya dari dia," dustanya. Ia malas sekali untuk bertengkar kembali dengannya.

Aidan mendengus kesal. "Dari kemarin sikap kamu aneh."

"Aku stres."

"Besok kamu mulai ambil cuti."

"Nanti saja kalau sudah dekat. Masih sembilan hari lagi."

"Nanti kamu kecapeakan, Nin."

"Lebih capek lagi kalau aku di rumah."

Aidan memeluk Karenina. Diciumnya rambutnya. Tapi Karenina mengelaknya. Melepaskan diri dari pelukannya.

"Nin?! Aku hanya ingin memelukmu? Kamu pikir aku gila mau melakukannya di kantormu?"

"Aidan... aku lagi enggak ingin dipeluk."

Aidan menghela nafas dengan kesal. "Kamu menjauhiku dari kemarin."

"Aku ingin menyendiri."

"Kamu mau kita pergi ke hotel?" Kini Aidan tersenyum menggoda.

Karenina menarik nafasnya. "Ijinkan aku menginap di hotel bersama Danisa, Aidan. Beberapa hari saja. Aku ingin menenangkan pikiranku."

Aidan tersenyum dingin. "Kamu pikir aku percaya? Kamu mau merencanakan sesuatu, kan? Bertemu Bintang?"

"Stop, Aidan! Jangan sebut-sebut lagi namanya. Dia sudah pergi jauh!"

"Dari mana kamu tahu?" Aidan menatap Karenina kembali dengan curiga.

Karenina tak menjawab. Ia menahan kesabarannya.

"Kamu bertemu dengannya, kan? Kalung itu benar darinya, kan?"

Karenina tetap diam.

"Jawab, Nin!" Kini suara Aidan terdengar menggelegar, membuat Danisa dan karyawan lainnya berlari melihatnya.

Kini kesabaran Karenina sudah habis. Ia pun bangkit dari duduknya. Ditatapnya Aidan dengan nanar. Dengan kemarahan yang tak lagi bisa dibendungnya.

"Aku bilang cukup Aidan!! Dia sudah pergi jauh meninggalkanku! Dan aku di sini memilih untuk menikahimu! Apakah itu belum cukup?!" Suara Karenina seperti sebuah ledakan bom waktu. Menggelegar hingga keluar ruangan. Membuat Danisa dan para karyawannya memandang cemas dari kejauhan.

Karenina menatap Aidan dengan mata berkaca-kaca. Tubuhnya bergetar. Tak kuat menahan emosi yang dipendamnya selama ini.

Aidan terhenyak di tempatnya. Menatap Karenina tak percaya. Bibirnya tak bisa berkata. Belum pernah ia melihat Karenina semarah itu.

Dan belum sempat semua orang menyadarinya, Karenina sudah menyandang tasnya lalu berlari pergi sambil menangis.

Sesaat tersadar, Danisa pun mengejarnya.

"Nina!!" Danisa berlari mengejar langkah cepat Karenina yang keluar dari kantornya.

"Bawa aku pergi dari sini, Sa," isak Karenina. Diberikannya kunci mobilnya pada Danisa. Dan Danisa mengangguk tanpa bertanya.

90 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang