Bab 8 : Bawa Aku Pergi Jauh

30 5 0
                                    

"Good Morning!"

Kecupan Aidan membangunkan Karenina dari tidur lelapnya. Ia sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Ditangannya ada secangkir kopi yang mengepul.
"Aku bikinin kamu sarapan," ucapnya sambil memandangi wajah Karenina dengan senyum manis tersungging di wajahnya.

"Thank you." Karenina memaksa tubuhnya untuk bangun. Dengan malas ia beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi.

Dan kini ia duduk di meja makan. Di hadapannya tersaji setumpuk roti panggang hangat dan selai beraneka rasa.

"Aku enggak tahu kamu suka selai apa, jadi semalam aku beli semua rasa," ujar Aidan seraya meletakan selembar roti di atas piring Karenina.

"Aku suka butter dan honey."

"Ah!" Aidan menepuk keningnya. "Nanti aku beli lagi, deh!"

"Gak pa-pa. Aku bisa makan yang ada."

Karenina menatap wajah Aidan. Pagi ini ia tampak berbeda. Aidan begitu manis dan perhatian.

"Kalau kopi kamu aku sudah hafal," ujar Aidan lagi seraya menuangkan kopi panas dari teko ke dalam cangkir dan memberikannya sedikit susu. Diletakannya kopi itu di depan Karenina.

Kini ia mengelus rambut Karenina. "Nanti malam aku mau ajak kamu nonton di bioskop sekalian makan malam."

"Tumben..." Karenina mengerutkan keningnya.

"Biar kamu enggak bosan."

Karenina memaksa bibirnya untuk tersenyum. "Kamu baik sekali hari ini," ucapnya seraya menyesap kopi susunya.

Aidan tersenyum. "Aku ingin kita memulai lagi hubungan yang baru. Aku akan mengikuti yang kamu mau. Aku juga akan mendengarkan kamu. Ngobrol lama... Jalan-jalan... Semua yang kamu mau."

Karenina menatap Aidan dengan ragu.

Aidan mencium rambut Karenina. "Asal kamu janji, jangan bertingkah aneh lagi. Jangan bermain-main lagi di belakangku. Kita sudahi drama kita. Ok?"

Karenina mengangguk.

"I love you so much!" Bisik Aidan seraya memeluk Karenina. "Aku pergi dulu, ya?" Dikecupnya kening Karenina.

Karenina kembali mengangguk. "Kamu mau makan siang di sini?"

Aidan menggeleng. "Aku ada lunch meeting di luar. Kalau sudah selesai aku akan langsung jemput kamu untuk nonton, ya?"

Karenina mengangguk seraya kembali memaksa bibirnya untuk tersenyum. Dipandanginya punggung Aidan hingga menghilang dari balik pintu. Terdengar bunyi elevator yang membawanya turun. Ia menghela nafas lega.

Tapi beberapa detik kemudian terdengar sebuah ketukan di pintu. Karenina berlari membukanya. Berpikir Aidan kembali.
"Ada yang ketinggalan?" Tanyanya begitu pintu terbuka.

"Nin..." Bintang berdiri di hadapannya.

Karenina mematung menatapnya.

"Cepat kamu ganti baju, Nin. Bawa yang kamu perlukan. Bawa baju dingin. Sepuluh menit. Aku tunggu di luar!" Perintah Bintang seraya mengawasi pintu yang dibiarkan terbuka.

"Bin..." Karenina menatapnya dengan bingung.

"Cepat, Nin! Cctv rumah ini bisa dilihat online."

"Tapi..."

"Nina!" Kini Bintang menatapnya dengan tajam. Memintanya untuk segera melakukan perintahnya.

Karenina pun segera berlari masuk ke dalam kamar. Dimasukannya beberapa potong pakaian dan barangnya ke dalam sebuah tas besar dengan wajah ketakutan. Ia takut sekali Aidan datang tiba-tiba. Tapi ia juga tak berani menolak perintah Bintang.

90 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang