Bab 15 : Berkorban Untuk Cinta

30 5 0
                                    

Karenina menatap punggung Aidan yang tengah menatap kosong ke layar komputernya. Kepalanya bersandar di sandaran kursinya yang tinggi.

Perlahan Karenina masuk. Dibiarkannya pintu tetap terbuka.

"Aidan..."

Sesaat Aidan hanya mengangkat wajahnya tanpa menoleh. Ia seperti tak percaya apa yang didengarnya.

Karenina lalu melangkah dan berdiri di hadapannya. Aidan terpaku menatapnya. Bangun dari duduknya, disentuhnya wajah Karenina. Ditariknya Karenina dalam dekapannya. Tak ada kata yang diucapkannya. Dipeluknya Karenina sangat erat. Air matanya berderai. Diciuminya rambut Karenina.

Karenina mencoba melepaskan pelukan Aidan perlahan. Ia takut Aidan menjadi tak terkendali lagi.

Menyadari ketakutan Karenina, Aidan pun mengendurkan dekapannya.
"Kamu kembali?" ucapnya terbata. Dibelainya wajah Karenina.

"Aku hanya mampir sebentar untuk melihat kamu." Karenina duduk di kursi panjang di samping meja Aidan. Mencoba menjaga jarak.

"Kamu tinggal di mana, Nin?" Kini Aidan duduk di sampingnya. Suaranya terdengar parau.

Karenina tersenyum. "Aku belum bisa kasih tahu kamu. Kita harus berpisah dulu."

"Sampai kapan?"

"Sampai kamu berubah Aidan."

Aidan meraih tangan Karenina, dielusnya cincin yang masih melingkar di jarinya. Ia tertunduk memandanginya. "Kamu takut aku menyakitimu lagi?"

Karenina mengangguk. Digenggamnya tangan Aidan. "Kalau kamu masih mencintaiku, kamu harus berubah."

Aidan mengangkat wajahnya, ditatapnya Karenina putus asa.
"Tapi aku enggak bisa hidup tanpa kamu, Nin. Aku harus melihat kamu setiap hari."

Karenina mencoba tersenyum. "Kamu harus terbiasa."

"Kamu bisa kembali ke apartemenmu lagi. Aku janji enggak akan memaksamu lagi. Kamu juga bisa kembali bekerja di kantormu. Aku enggak akan melarangmu lagi, Nin." Kini wajah Aidan memelas.

Karenina menghela nafasnya. "Biarkan saat ini aku menjalani hidupku sendiri, Aidan. Begitu juga kamu. Kita sama-sama memikirkan hubungan kita."

"Tapi kita sudah bertunangan, Nin. Kamu masih memakai cincin ini."

"Cincin ini akan terus ada di jariku, sampai kamu bisa berubah."

Aidan terdiam sejenak. "Kamu tinggal bersama Bintang?" Suaranya terdengar tercekat. Ia seperti tengah berjuang menahan rasa cemburunya.

Karenina menggeleng. "Aku meninggalkannya di hari yang sama aku meninggalkanmu."

Ada sedikit kelegaan terpancar di wajah Aidan. Digenggamnya tangan Karenina dengan erat. "Aku tidak perduli lagi jika kamu masih mencintainya. Asal kamu jangan meninggalkanku."

Karenina tertunduk. Diputar-putarnya cincinnya. "Aku meninggalkannya karena cincin di jarinya. Dan karena cincin ini juga mengikatku."

Aidan tersenyum getir. "Harusnya aku tidak mempercepat pernikahan kita."

Karenina mengangguk. "Masih ada lima puluh hari lagi untuk memperbaiki hubungan kita."

"Kamu janji aku menungguku?" Aidan menatap Karenina kembali, kini di matanya ada secercah harapan.

Karenina kembali mengangguk. "Asal kamu berusaha untuk berubah. Kamu harus belajar mengendalikan emosimu. Amarahmu yang tak terkendali. Kamu harus disembuhkan, Aidan. Kamu harus cari pertolongan."

Aidan terdiam sesaat. Pandangannya beralih ke dinding kosong di hadapannya. Ia merenung. "Maafkan, aku," ucapnya pelan.

Karenina mengusap tangan Aidan. "Kamu jangan suka marahin orang. Pecat orang seenaknya. Merusak barang..."

90 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang