Bab 19 : Demi Cinta Kalian

28 5 0
                                    

Karenina menatap kembali layar ponselnya. Sejak pagi tadi ia mencoba menghubungi Bintang dan mengiriminya banyak pesan, tapi Bintang tak membalasnya sama sekali. Ia pasti sangat marah. Ia sudah tak mempercayai alasannya.

Dicobanya meneleponnya kembali, tapi tak juga diangkat. Ditunggunya hingga dering ketiga, dan tiba-tiba terdengar suara Bintang mengangkatnya, bersamaan dengan sebuah ketukan pintu di rumahnya. Dengan tergesa Karenina menjawab teleponnya seraya membuka pintu.

Bintang tersenyum di hadapannya. Ia masih memegang ponsel yang menyala. "Sudah dulu, ya. Aku sudah sampai di rumah pacarku," jawabnya di ponsel lalu menutupnya.

Karenina tertawa. Dipeluknya Bintang. "Aku takut sekali kamu marah," bisiknya.

Bintang mengecup pipi Karenina. "Sebenarnya sih, masih marah. Tapi tiba-tiba temanku membatalkan rencana camping bareng. Aku jadi enggak ada yang menemani. Jadinya... aku mau paksa kamu untuk temanin aku. Kalau enggak mau, permintaan maafmu aku enggak terima!"

"Camping?" Wajah Karenina berubah gembira.

Bintang mengangguk. "Seperti masa lalu. Sekalian rafting di Bandung. Kamu mau, kan?"

Karenina mengangguk. "Kapan?"

"Sekarang!"

Karenina mendadak terdiam. "Mmm, tapi besok masih hari Jumat, Bin?"

"Terus kenapa? Kamu mesti jagain si bayi besar itu?" Kini suara Bintang terdengar tak suka.

"Bukan begitu maksudnya." Karenina buru-buru meraih tangan Bintang, mencoba menenangkannya. "Maksudku kamu mendadak banget. Aku belum siap-siap," jawabnya menutup dusta. Harusnya besok ia masih menemani Aidan. Dia pasti akan curiga kalau besok ia tak datang tanpa kabar. Tapi tidak mungkin juga menolak ajakan Bintang setelah ia beberapa kali mengecewakannya.

Bintang kembali tersenyum. "Kamu enggak usah bawa apa-apa. Aku sudah bawa semuanya. Tinggal bawa kamu."

Karenina kembali tertawa. "Aku siap-siap dulu!" Ia pun berlari masuk ke dalam kamar. "Berapa hari camping-nya, Bin?" Teriaknya dari dalam kamar.

"Selamanya!" Sahut Bintang tertawa.

Karenina keluar dari dalam kamarnya dengan sebuah ransel besar yang terisi penuh.

"Sampai Hari Minggu. Kita sekalian bikin vlog di sana," sahut Bintang lagi.

"Kamu mau bikin vlog?" Hati Karenina mendadak gusar. Bagaimana kalau Aidan sampai menonton videonya?

Bintang mengangguk. "Kamu bantuin aku, ya?" Matanya menatap Karenina dengan berbinar.

Karenina mengangguk. Ah! Bagaimana mungkin ia meredupkan cahaya di mata itu?

Sepanjang perjalanan Karenina tak hentinya menatap Bintang. Bersamanya selalu membuat hatinya damai. Bintang selalu tersenyum. Matanya selalu bercahaya seperti namanya. Bersamanya ia selalu merasa berada dalam dimensi lain. Dunia yang sangat berbeda dengan dunianya yang sempit. Ia bahkan tak ingin mengingat Aidan kembali. Tak perduli lagi jadwal terapinya. Janji pernikahannya yang tinggal empat minggu lagi. Dan perusahaannya. Ia hanya ingin menikmati tiga hari kebebasannya bersama Bintang.

90 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang