Bab 5 : Saat Curiga Mulai Datang

33 5 0
                                    

Setengah berlari Danisa masuk ke ruangan Karenina lalu menutup pintunya.
"Ok, tell me now!" Ujarnya dengan nada penasaran.

"Yang mana?"

"Insiden itu? Kamu ketahuan Aidan?"

Karenina mengangguk. "Aku enggak sengaja manggil namanya waktu kita lagi berhubungan..." Karenina menghela nafasnya. Disesapnya kopi panasnya.

Danisa membulatkan matanya. Menutup mulutnya yang terbuka dengan tangannya. "Aku... enggak tau mau bilang, tapi itu fatal!"

Karenina mengangguk. Matanya menatap kosong ke arah dinding di depannya.

"Kamu yakin dia akan percaya kalau Bintang itu perempuan?"

Karenina mengangkat kedua bahunya. "Mungkin lama-lama dia akan tahu juga."

"Tapi kemarin itu dia enggak marah, kan?"

"Waktu dia bertanya, dia menindihku sangat kuat sampai aku hampir enggak bisa bernafas. Sampai aku memohon..."

"Ya, Tuhan! Tapi kamu enggak apa-apa?" Danisa menggenggam tangan sahabatnya.

Karenina menggeleng. "Aku takut, Sa. Dia belum pernah begitu sebelumnya."

Danisa diam sejenak. "Kamu harus berhenti mengejar Bintang."

"Sekarang, aku jadi ragu dengan pernikahanku."

"Tapi enggak mungkin kamu membatalkannya, Nin... Aidan akan membunuhmu!"

Karenina tersenyum getir. "Aku harus bagaimana?"

"Kamu harus berhenti dulu bertemu Bintang. Lalu kamu perbaiki hubunganmu dengan Aidan. Mungkin saja sikapnya itu karena ia merasakannya."

"Merasa apa?"

"Merasakan aroma perselingkuhanmu dan Bintang. Mungkin saja dia sudah curiga perubahan sikap kamu beberapa hari ini."

"Kami hanya berpelukan."

"Astaga! Nina! Kamu janji enggak akan menyentuhnya!"

"Kami hanya berpelukan di sini. Enggak lebih! Bahkan dia enggak mau menciumku."

Danisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu harus berhenti, Nin! Sebelum terlambat."

"Aku semakin jatuh cinta padanya, Sa."

Danisa mengusap wajahnya. "Kamu harus pikirkan Aidan. Kalau sampai dia tahu... Aku resign, Nin! Aku enggak mau ikut bertanggung jawab."

Karenina tertawa dengan getir. Kini ia kembali merasa ketakutan. Dua hari tinggal di apartemennya ia bahkan tak berani membuka ponsel. Aidan terus mengamati gerak geriknya dengan matanya yang setajam elang. Kini ia semakin merindukan Bintang. Ia ingin kembali berada dalam dekapannya. Ia merasa sangat tenang dalam pelukannya. Tapi bagaimana cara bertemu dengannya?

Sebuah pesan singkat tiba-tiba masuk ke ponselnya. Bintang? Dibalasnya pesan itu. Ditunggunya Bintang membalasnya. Sesaat kemudian balasan itu datang. Karenina pun menyandang tas nya lalu keluar dari kantor.

"Nina? Mau kemana?" Danisa mengejarnya dengan bingung.

"Lebih baik kamu enggak tau, Sa."

"Terus, kalau Aidan cari?"

"Bilang saja enggak tahu."

"Ninaaa!"

Tapi Karenina sudah berlari jauh. Turun ke lantai basemen dan mengeluarkan mobilnya.

Bintang sudah menunggunya di lobi saat ia datang. Karenina menariknya masuk ke dalam elevator menuju sebuah unit apartemen.

"Ini apartemen yang aku beli untuk investasi. Biasanya disewakan. Tapi sekarang sedang tidak ada yang menyewa," Jawab Karenina melihat tanya di wajah Bintang.

90 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang