"Maaf, kemarin sempat terjatuh!" Aidan mengulurkan sebuah ponsel pada Karenina.
Karenina menatap layar ponselnya. Ada beberapa pesan yang belum terbuka. Ia bersyukur telah mengganti semua kata kuncinya hingga Aidan tak bisa membukanya. "It's ok! Enggak sampai rusak. Makasih, ya!" sahutnya seraya tersenyum.
"Hari ini, aku membatalkan jadwal terapiku, Nin."
Karenina mengangkat wajahnya dari layar ponsel. Ditatapnya Aidan dengan tanya.
"Aku mau ngajak kamu nonton di bioskop."
"Kamu enggak kerja?" Karenina masih memandangnya dengan keheranan. Kenapa baru bilang sekarang? Geramnya dalam hati.
Aidan menggeleng. "Hari ini jadwal terapiku khusus sama kamu. Kita akan habiskan waktu seharian bersama."
"Aidan..." Karenina menghela nafasnya.
"Aku enggak bisa menemani kamu seharian!""Kenapa? Kamu ada janji?" Suara Aidan berubah curiga.
Karenina terdiam sesaat sebelum kemudian menggelengkan kepalanya. Tak tega rasanya ia mengecewakannya.
"Yuk!" Aidan langsung menariknya.
"Sekarang? Masih siang, Aidan!"
"Kita makan siang dulu. Lalu jalan-jalan. Terus nonton."
"Tapi aku enggak mau menginap lagi."
Aidan tersenyum. "Aku kan, enggak memintamu menginap?"
Karenina memandang Aidan dengan ragu. Kenapa tiba-tiba Aidan mengajaknya jalan-jalan? Nonton? Menghabiskan waktu bersamanya? Ini aneh. Tiba-tiba saja ia menjadi takut. Aidan selalu saja punya rencana tersembunyi.
"Kamu mau makan ayam goreng?" Aidan menghentikan langkahnya di depan sebuah restoran ayam goreng cepat saji.
Karenina menggeleng.
"Kenapa? Biasanya kamu suka."
"Enggak, Aidan! Baru kemarin..." Karenina langsung menghentikanya ucapannya. Ia hampir saja keceplosan bicara. "Maksudku baru kemarin aku bikin ayam goreng di rumah," sahutnya tanpa menoleh pada Aidan yang menatapnya dengan curiga.
"Ok. Kamu mau makan apa?"
"Terserah kamu."
"Makanan Jepang?" Aidan menunjuk sebuah restoran Jepang pavoritnya. Karenina pun menjawab dengan anggukan.
Kini hati Karenina semakin tak karuan. Ia tahu, Aidan akan melakukan sesuatu padanya. Dipandanginya wajah Aidan dari samping sambil mengikuti langkahnya yang cepat. Menggandengnya masuk ke dalam restauran dan mengikuti seorang pelayan yang langsung menyambut dan menuntunnya ke dalam ruangan khusus. Aidan adalah pelanggan spesial mereka. Kapan pun Aidan datang mereka selalu punya tempat untuknya, tanpa harus repot mengantri.
Karenina menghela nafasnya. Dilihatnya jam di tangannya. Aidan akan mengajaknya nonton selepas sore. Lalu ia pasti akan mengajaknya makan malam, lalu... Ah! Karenina menggelengkan kepalanya. Aidan pasti akan membuatnya tak bisa pulang lagi.
"Aidan..."
Aidan mengangkat wajah dari buku menu yang dibacanya.
"Habis makan siang, kita enggak usah jalan-jalan lagi. Hmm... kita nonton di apartemen kamu aja, ya?"
"Dulu kamu kan, yang selalu kepingin diajak jalan-jalan?" Aidan mengangkat kedua alisnya.
"Aku tahu. Tapi sekarang kondisinya berbeda, Aidan."
Aidan menghela nafasnya. "Ok," sahutnya. Tanpa pertanyaan lanjutan. Tanpa perdebatan lagi.
Karenina kembali bertanya-tanya. Apa sekarang ia sudah benar-benar berubah? Atau hanya berpura-pura untuk mengambil hatinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
90 Hari
RomanceKetika Cinta Lama Bersemi Kembali tepat 90 hari sebelum hari pernikahannya tiba, Karenina mencoba permainan konyolnya hanya untuk membuktikan, bahwa cinta masa lalunya pada Bintang, tak bertepuk sebelah tangan. Namun, ada banyak yang harus dikorbank...