Bab 20 : Kamu Tak Punya Pilihan Lain Selain Mencintaiku

31 4 0
                                    

Jantung Karenina berdegup kencang. Ditatapnya Aidan yang tengah menunggunya berbicara. Lidahnya terasa kelu. Bagaimana harus mengatakannya? Membatalkan kembali pernikahan mereka yang tinggal tiga minggu lagi. Ia sangat takut. Dipandanginya sekeliling ruangan. Ia sedikit lega, Aidan tak akan berani menyakitinya. Ada banyak orang di kantornya.

Karenina menghela nafas panjang sebelum kemudian mengeluarkan kata.
"Aidan... aku... "

Tatapan tajam Aidan seolah menghujam jantungnya. Ia tak sanggup menatapnya.

"Aku... aku tak bisa menikahimu..." Akhirnya kata-kata itu meluncur dari mulutnya. Meski ketakutan, tapi anehnya ia merasa sangat lega. Seperti ada sebongkah batu terangkat dari punggungnya.

Dan kini ia menunggu reaksi Aidan. Ia tidak ingin lari begitu saja. Ia ingin Aidan mengerti, agar mereka bisa berbicara baik-baik kepada Ibunya. Ia akan menyetujui apa pun persyaratan Aidan asal ia mau membatalkan pernikahan mereka.

Aidan menatap Karenina dalam-dalam, seolah ingin menelannya bulat-bulat. Bibirnya terkatup rapat. Wajahnya mengeras. Didekatinya wajah Karenina. Kedua tangannya mencengkram meja kerjanya dengan kuat. Karenina menarik wajahnya menjauh dengan takut.

"Dia yang memintamu?" Suara pelan Aidan terdengar seperti sebuah ledakan bom di telinganya.

Karenina menggeleng. Ia semakin ketakutan.

"Kamu... tiga hari menghilang tanpa kabar. Dan tiba-tiba... datang padaku untuk membatalkan pernikahan kita lagi?"

Karenina memejamkan kedua matanya. Ia sangat takut dengan tatapan Aidan yang mengintimidasi.
"Aidan... ini tidak ada hubungannya... "

"Cukup, Nin! Jangan membohongiku lagi..." Mata Aidan menatapnya sangat tajam. Ia lalu bangun dari duduknya. Ditariknya kedua bahu Karenina hingga berdiri menghadapnya.

Karenina ingin sekali berlari pergi, tapi kedua kakinya terasa lemas. Aidan menarik tubuhnya lalu mendekapnya dengan kuat.

"Aku tahu... kamu tidak pernah benar-benar ingin membatalkan pernikahan kita. Hatimu sedang kacau. Kamu bingung dengan semua yang terjadi begitu cepat dalam hidupmu... Dia menemuimu tiba-tiba, lalu mengelabuimu dengan rayuan cintanya, melambungkan anganmu, membawamu ke dalam dunianya yang tampak indah. Dia telah membutakan matamu, hatimu... membuatmu membenciku... memintamu untuk meninggalkanku..." Aidan semakin mengeratkan dekapannya, seolah tak ingin memberi celah sedikitpun untuk Karenina dapat melarikan diri.

"Aidan..." Karenina mencoba melepaskan pelukan Aidan yang semakin membuatnya sesak. Tapi Aidan tak peduli.

"Tapi aku tahu... kamu mencintaiku. Karena kamu selalu kembali padaku. Karena cinta kita sangat kuat. Hati kita saling terikat. Hubungan kita lebih kuat dari hubungan sesaatmu dengannya. Kamu tidak benar-benar mengenalnya, Nin. Kamu mengenalnya bertahun-tahun hanya lewat hayalanmu... Mimpimu..."

"Aku mencintainya..."

"Tapi dia tidak mencintaimu seperti aku mencintaimu." Kini Aidan melepaskan pelukannya. Ditatapnya lagi Karenina dalam-dalam. Diusapnya wajahnya. "Dia hanya menikahi istrinya beberapa bulan. Dia meninggalkannya begitu saja sesaat setelah bertemu denganmu. Dan kamu mempercayai kesetiaannya?" Mata Aidan kini memerah. Kedua tangannya mencengkram tangan Karenina dengan kencang, membuat Karenina meronta meminta dilepaskan.

90 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang