Bab 7 : Cinta Itu Tidak Menyakiti

34 6 0
                                    

"Kamu benar tidak mau aku antar ke Dokter Arief dulu?" Aidan mengelus rambut Karenina.

Karenina menggeleng. "Aku akan beli obat sendiri," sahutnya.

Percuma saja kalau Aidan membawanya ke dokter keluarganya itu. Apa yang harus dikatakan padanya? Bahwa ia memar karena terjatuh? Bahwa ia yang menggigiti tubuhnya sendiri? Tak ada seorang pun yang percaya Aidan yang telah melakukannya. Mereka semua tahu Aidan sangat mencintainya. Aidan tidak mungkin menyakitinya. Karena seharusnya memang seperti itu. Kalau Aidan mencintainya ia tak akan menyakitinya.

"Ok." Aidan mencium bibir Karenina perlahan. Diusapnya bibirnya yang terluka. "Aku jemput kamu nanti makan siang, ya?" Tanyanya lembut.

Karenina mengangguk. Aidan memeluknya, lalu mencium keningnya. "I love you," bisiknya sebelum kemudian pergi dari ruangannya.

Danisa berlari masuk ke ruangan Karenina sesaat Aidan keluar dari kantor.
"Nin..." Ditatapnya sahabatnya itu dengan cemas. Tapi Karenina tak menjawab. Dengan matanya ia memberi isyarat pada kamera pengawas di atasnya. Danisa mengangguk mengerti.

"Aku mau ke toilet," sahut Karenina lalu berjalan keluar. Matanya kembali memberi isyarat pada Danisa untuk mengikutinya.

Karenina memeluk Danisa sesaat ia mengunci pintu toilet.
"Sa..." Suaranya bergetar.

"Ya, Tuhan! Apa yang terjadi, Nin?"

Karenina tak sanggup menjawab. Matanya berkaca-kaca. Danisa memandangi wajah sahabatnya itu. Disentuhnya bibirnya yang terluka. Lehernya yang memerah. Danisa lalu membuka seluruh baju Karenina. Dan ia menatapnya tak percaya. Ia menutup mulutnya yang bergetar agar tak menjerit. Disentuhnya sekujur tubuh Karenina yang memerah dan membiru.

"Dia yang melakukan ini semua?" Tanyanya terbata.

Karenina mengangguk. Air matanya kini berderai. "Dia menggigitku sangat keras. Dia mencengkramku sangat kencang. Dia menyetubuhiku berulang kali... Sakit sekali, Sa... Dia seperti orang kesurupan."

"Ya, Tuhan! Nina..." Danisa memeluk tubuh Karenina yang terguncang. Dusap-usapnya rambutnya. "Kamu harus melaporkannya ke polisi. Aku akan mengantarmu. Kamu akan divisum. Dia sudah melakukan kekerasan seksual. Dia pasti bisa dituntut."

Karenina melepaskan pelukan Danisa. Ia menggeleng. "Dia sudah membuat Bintang dipecat."

"Nin..."

"Dia akan menghancurkan kita. Dia akan menutup perusahaan ini."

"Dia mengancammu?"

"Itu ancamannya kalau aku membatalkan pernikahan."

Danisa kembali menutup mulut dengan tangannya. Menatap Karenina tak percaya. "Kamu tidak bisa menikahi monster itu, Nin!"

"Aku harus bagaimana, Sa?"

"Kamu harus pergi darinya. Kamu harus meninggalkannya."

"Ke mana, Sa? Dia akan mencariku ke mana saja. Dia mengenal semua orang yang aku kenal."

"Bintang?"

"Aku tidak mau menyusahkannya lagi."

"Hanya dia yang bisa menolongmu. Dia mencintaimu. Dia pasti akan menolongmu. Kamu belum terikat pernikahan dengan Aidan. Kamu bebas pergi dengan siapa saja. Ke mana saja. Dia tidak bisa menuntutmu."

Karenina terdiam. Hatinya gamang. Ia tidak perduli jika harus meninggalkan semua yang telah dimilikinya. Ia tidak masalah hidup miskin. Ia hanya takut Aidan menyakiti orang-orang terdekatnya.

"Kamu jangan pikirkan aku. Aku akan mengantarmu menemui Bintang. Dan kalau Aidan mengancamku. Aku akan melaporkannya. Aku akan merekam bukti kejahatannya padamu. Aku akan merekam pengakuanmu."

90 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang