Pip.. pip..
Bunyi monitor pendeteksi irama jantung terdengar di sebuah ruangan IGD. Terbaring seorang pria di sebuah ranjang dengan alat bantu oksigen disana sementara ada seorang dokter dan beberapa suster yang sedang sibuk menanganinya dengan baju operasi.
Dokter wanita berambut coklat itu menyunggingkan senyum seiring dengan detak jantung si pasien yang mulai kembali normal. Tangan si dokter mulai melepaskan sarung tangan yang membungkus kedua telapak tangannya setelah operasi selesai.
Noda-noda darah terlihat di pakaian berwarna hijau tersebut. Baru saja ia melakukan operasi darurat pada seorang pasien yang datang dengan ambulans karena kecelakaan. Bisa dibilang cukup beruntung pasien tersebut karena kepalanya terhindar dari benturan langsung saat kecelakaan. Namun sayang, ia tidak bisa mengatakan hal serupa untuk patah tulang di bagian betis. Oleh karena itu tindakan operasi baru saja dilakukan.
Wanita itu harus menahan gemetar ngeri kala memikirkannya. Dia tidak tahu latar belakang peristiwa mengenaskan itu terjadi. Tadi saat ia memeriksa pasien melalui cek darah sebelum operasi, ada kadar alkohol dengan jumlah banyak yang mengalir dalam tubuhnya. Dan baru saja suster memberinya laporan jika pasien itu kecelakaan di jalan tol yang mengakibatkan mobilnya menabrak pembatas jalan.
"Kau baru saja melakukan keajaiban dengan membuat alat ini menunjukkan tanda berarti," Seseorang berucap pada dokter itu, kembali dia amati ritme detak jantung pasien dan cukup memuaskan untuk kondisinya. Apabila mengingat kondisi awal dan operasi yang baru dijalaninya, pasien ini benar-benar kuat.
"Dia orang yang luar biasa," Gumam dokter tersebut.
Kali ini ganti sang suster yang mengibaskan tangan ke udara. "Dia sudah baik-baik saja, untuk sekarang.. Kau sudah melakukan yang terbaik untuk orang yang ceroboh seperti dia."
Wanita berambut coklat itu meringis masam, kemudian tenggelam dalam keheningan kamar dan membiarkan ritme mekanis tanpa harmoni itu mengisi kekosongan di antara mereka.
Menyelematkan nyawa seseorang adalah salah satu impiannya sejak dulu. Hal itu bukanlah tanpa alasan. Ada seseorang yang sangat ia cintai sudah bertahun-tahun lamanya menderita sebuah penyakit. Sejak kecil, ia sudah diperlihatkan betapa kejamnya orang yang dicintainya menderita karena hal itu. Ia ingin menjadi seorang dokter karena ingin membuktikan bahwa ia akan melawan penyakit itu. Tak ada yang mustahil jika ia berusaha, tapi wanita itu juga tahu, jika Kami-sama sudah berkehendak lain, tentu saja siapapun tak bisa merubahnya.
Unexpected Love
•
Bau obat-obatan menusuk indera penciuman seseorang yang sedang terbaring lemah di sebuah ranjang. Perlahan, sepasang onyx sehitam mutiara itu terbuka. Cahaya sinar lampu seketika masuk kedalam matanya, dan ia masih belum terbiasa.
Sayup-sayup pria itu bisa mendengar beberapa orang berbicara di sekelilingnya. Dia juga merasakan seseorang menyentuh dahinya dengan pelan. Perlahan sepasang onyxnya mulai menangkap lebih jelas lagi, siapa orang-orang yang sedang dilihatnya sekarang.
"Ah, lihat. Dia sudah sadar." Seseorang kembali berucap. Seorang pria dengan surai merah dan suara lembut.
Pria yang sedang terbaring itu membuka mulut, tapi tak ada satu patah kata pun yang terucap. Tenggorokannya terlalu sakit untuk mengeluarkan suara sementara matanya masih menyesuaikan diri dengan cahaya luar.
"Sialan. Kau membuat kita semua panik." Seseorang yang lain berbicara, seorang pria berambut pirang. "Sudah kubilang, jangan pergi dulu jika kau masih mabuk, uhn!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love •New
FanfictionDia sudah mencintai wanita itu sejak pertama kali ia melihatnya. Dia membiarkan perasaannya terus bertambah setiap harinya. Tetapi ada saat dimana dia harus melupakan cintanya, membuang perasaan cintanya jauh-jauh.. Meskipun itu hanya sia-sia saja...