Chapter 10

115 21 32
                                    






Senyum manis terpatri di bibir Rin. Bunga-bunga cantik bewarna putih dengan kelopak menyerupai bunga matahari baru saja ia pindahkan kedalam vas bunga. Baru pertama kalinya ia mendapatkan bunga dari seseorang sampai hal itu dapat membuatnya tersenyum sepanjang hari.

Apa karena ini baru pertama kalinya dia mendapatkan bunga dari seseorang? Atau karena bunga ini terlalu cantik? Apapun itu, sudah bermenit-menit ia habiskan waktunya sepulang dari kerja hanya untuk memandangi bunga ini.

Seorang wanita berambut hitam yang bekerja di rumah itu menyadari tingkah laku aneh dari atasannya. Sejak satu jam yang lalu Rin pulang dari rumah sakit, ia tidak berbicara apapun. Setelah mandi dan berganti baju, Rin duduk di ruang keluarga sendirian sambil mengamati bunga entah dari siapa. Bibirnya tak henti-hentinya tersenyum.

"Rin." Menghilangkan rasa penasarannya, Hanare menghampiri wanita itu dan duduk manis disebelahnya. "Ya ampun, apa yang kau lakukan disini sendirian?"

Rin menoleh saat mendengar suara wanita. Ia sedikit terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba, namun selanjutnya bibir Rin tersenyum lagi. "Oh, Hanare.. tidak ada. Aku baru saja meletakkan bunga ke vas."

"Apa kau membelinya?" Tanya Hanare menatap bunga bewarna putih tersebut.

Rin menggeleng. "Tidak, aku tidak membelinya. Aku baru saja mendapatkan bunga itu dari seseorang. Bagaimana? Cantik?"

Hanare cukup terkejut mendengar jawaban Rin. Sebenarnya apa yang membuatnya terkejut saat mendapati Rin berkata dengan jujur kalau dia baru saja mendapatkan bunga. Mungkinkah.. dari Kakashi?

"Oh, iya?" Sorot mata coklat Hanare meredup. Memikirkan sesuatu yang belum tentu benar terjadi membuatnya begitu putus asa.

Rin mengangguk mantap. "Iya. Aku senang pria itu akhirnya bisa pulih sepenuhnya dari sakitnya. Hanare, bunga ini dari pasien ku. Dia sempat mengalami kecelakaan beberapa waktu lalu dan sekarang sudah sembuh. Katanya, dia memberi bunga ini sebagai tanda terimakasih karena aku sudah merawatnya." Jelas Rin.

Sorot redup dalam mata itu tergantikan dengan ekspresi bingung. Pasien? Ia sempat mengira bahwa Kakashi yang memberinya bunga.

"Siapa?" Tanya Hanare penasaran.

Senyum Rin belum pudar. Ia memalingkan wajahnya saat melihat tatapan Hanare mengarah padanya, jujur saja.. ia sedikit malu bicara tentang hal ini. Hanare sendiri melihat pipi bertato ungu itu mulai merona. Entah siapa yang bisa membuat atasannya bertingkah seperti ini.

"Aku sudah menjelaskan padamu, bukan? Seseorang.. dia pasienku." Jawab Rin pada akhirnya.

Wajah Hanare tiba-tiba berubah terkejut saat ia menyadari sesuatu. Mungkinkah orang itu..?

Ya, tidak salah lagi. Hanare yakin dengan hal itu sampai-sampai ia sukses membungkam mulutnya sendiri dengan telapak tangan sangking terkejutnya. Astaga, dia baru menyadari bahwa tipe pria yang disukai Rin adalah pria berbadan besar, berambut panjang dengan warna kulit sawo matang. Tak luput dari tipe kesukaannnya, nampaknya pria itu berumur sekitar... 35 tahunan ke atas.

"Hanare? Ada apa denganmu?" Tanya Rin heran saat melihat ekspresi Hanare terkejut dengan tangan membungkam mulut.

Hanare berkata dengan hati-hati. Sepertinya dia tidak ingin melukai Rin. "Kau.. menyukai pria itu?"

Rona merah di pipi Rin terlihat semakin jelas. Ditanya pertanyaan semacam ini dengan tiba-tiba membuatnya bingung harus menjawab apa. Suka? Apa benar dia suka dengan pria Uchiha itu? Ia tidak bisa mendeskripsikan itu adalah rasa suka. Walaupun kenyataannya Rin masih ragu.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang