Chapter 41

93 13 75
                                    








....

Pria berambut hitam panjang itu sedang menikmati udara pagi di balkon kamarnya. Wajahnya berseri-seri, baru saja dia mendapatkan laporan dari dua orang kepercayaannya beberapa menit lalu.

Madara tersenyum sumringah. Entah apa yang membuatnya sampai terlihat sedemikan senang. Yang pasti, berkaitan dengan pekerjaannya.

Entahlah, Madara merasa semakin hari, perlahan-lahan rencananya mulai membuahkan hasil. Orochimaru sebagai salah satu orang kepercayaannya selain sekretarisnya, Zetsu, adalah orang yang paling pintar dan berhati-hati. Orochimaru sebagai kontraktor pembangunan proyek bersama Perusahan Uzumaki perlahan-lahan sukses menjalani aksinya, tentu saja semua ini dibawah perintahnya.

Perusahaan Uzumaki, sampai saat ini tidak menaruh curiga sedikitpun dan mempercayai Uchiha Corp untuk mengurusnya sendiri. Berkat itu, kemudahan akses dalam keuangan untuk bahan-bahan material bangunan sangat mudah didapatkan. Madara sebagai dalang dibalik semua ini sengaja, membuat Uzumaki Corp perlahan-lahan jatuh dengan cara mencurangi semua bahan dan luas tanah yang dibangun. Melebih-lebihkan luas tanah dalam kontruksi, juga material yang dibutuhkan.

Walaupun uang yang datang dari kecurangan itu perlahan-lahan dan tak langsung membuat Perusahaan Uzumaki bangkrut, justru itulah triknya. Dengan begini, keuntungan yang diperoleh dari proyek pembangunan bersama Uzumaki Corp datang. Namun perlu diketahui, jumlah uang yang datang perlahan-lahan itu bukanlah jumlah yang sedikit, mengingat proyek yang mereka jalankan adalah pembangunan pusat perbelanjaan.

Madara menghela napas. Senyumnya pudar kala mendengar suara dering telpon. Ternyata adiknya sendiri, Uchiha Izuna, memberi kabar jika lagi-lagi keponakannya itu tidak hadir ke kantor.

Madara berdecak. "Aku tak mau tau. Jemput dia kesini nanti sepulang kantor, aku ingin bicara dengannya."

Nada dingin yang Madara lontarkan membuat Izuna patuh.

Madara menutup telponnya, tersenyum kembali. Masih terasa kesal karena ketidakhadiran Obito ke kantor, tapi tak apa. Rasa senangnya lebih mendominasi sekarang karena mendapat kabar dari sekretarisnya.

"Obito, Obito..." Madara menyilangkan tangannya didepan dada. Senyumnya semakin lebar. "Maafkan Pamanmu ini yang sudah menjadikanmu sebagai kambing hitam disini. Setelah semua proyek ini selesai, aku tidak yakin apakah kau masih bisa tidur dengan nyaman di rumahmu."

Madara menyeruput secangkir kopi panas yang disediakan di meja. Jika semua proyek ini selesai dan Hashirama ataupun Mito menyadari semuanya, Obito lah pasti orang yang akan mereka tuju. Mengingat, Obito adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas kebijakan proyek, sekaligus sebagai atasan yang menangani proyek ini sendirian.

Selain keuntungan yang berlipat-lipat datang pada Madara, dengan begini sertifikat milik kakaknya yang pernah dia serahkan pada Obito akan menjadi miliknya kembali.




















Unexpected Love



















Gelap, pahit dan ketir. Beradu menjadi satu.

Memerangi hati dan pikiran, pria berambut hitam itu berkemalut di dalam rumah. Duduk di balkon sembari melihat formasi langit yang elok dipandang.

Dengan sebatang rokok yang terselip di bibirnya yang kelu, air mata keringnya menjadi saksi bisu bagaimana ia berjuang dengan sakitnya yang pilu.

Obito masih berusaha untuk nafasnya yang tersendat. Melawan rasa sesak di dadanya dan batu di tenggorokannya saat ingatan itu kembali muncul menghantuinya.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang