"Ayah, Rin punya kabar baik."
Senyum yang nampak tulus terpatri dari bibir sang putri. Nohara Sato melihat putrinya yang datang menghampiri-nya ke kamar di pagi hari.
Rin sejenak tak melanjutkan kata-katanya. Dia melirik seorang pria berambut gondrong yang baru saja memakaikan majikannya pakaian setelah mandi.
Pria itu tersenyum saat mendapati Rin datang ke kamar Ayahnya. Baru saja dia selesai memandikan Sato, sekarang tinggal mengeringkan rambut coklatnya yang setengah basah.
Rin mendudukkan tubuhnya di kasur. Duduk didepan Ayahnya yang duduk di kursi roda. Manik coklat wanita itu bersinar, tidak sabar akan mengatakannya pada Ayahnya.
"Ayah... Aku punya kabar baik. Ada seseorang yang mau membantu Ayah untuk menjalani pengobatan kembali agar Ayah bisa sembuh... Tapi, aku dan orang itu masih mencari-cari pengobatan untuk Ayah. Sekiranya agar kami tidak perlu pengobatan di luar negeri hingga Rin meninggalkan pekerjaan Rin." Jelasnya panjang lebar.
Dari ekspresi wajah Sato, nampaknya pria itu sedang bertanya-tanya. Siapa 'orang' yang dimaksud Rin? Siapa orang yang akan membantu mereka? Apa dia temannya, Sakumo?
Seolah-olah mengerti apa yang Ayahnya pikirkan, Rin membuka suaranya kembali.
"Maaf, kalau aku sempat merahasiakannya pada Ayah. Dia bukan Pama Sakumo dan Kakashi. D-dia..." Rin mendadak berhenti sebelum melanjutkan.
Apa tidak apa-apa menceritakan bahwa Obito adalah kekasihnya sekarang?
"Orang itu Obito, Ayah." Lanjut Rin. Manik coklat didepannya melebar sedikit. Rin tahu pria itu sedikit terkejut. "Obito yang ingin membantu Ayah."
Rin tersenyum kembali sebelum melanjutkan. Ia meraih telapak tangan sang Ayah dan menggenggamnya. "Maaf kalau aku sempat merahasiakan hubunganku dengan Obito. Aku dan dia sekarang berpacaran... Obito bilang kalau dia ingin melakukan sesuatu untuk kami. Bukankah dia laki-laki yang baik?"
Laki-laki.... Yang baik?
"Dia memikirkan Ayah loh," Lanjut Rin.
Entah mengapa tiba-tiba saja pria berambut coklat itu merubah ekspresinya. Dia tadi yang terlihat serius kini nampak.. kurang suka mendengar ucapan Rin.
Rin nampaknya tidak menyadari itu. Maniknya beralih saat ia mendengar suara dering di saku celananya.
"Ya, Obito?" Rin tersenyum. "Ya.. nanti sepulang dari kantor aku menunggumu di ruanganku, seperti biasa."
Percakapan itu berakhir dan Rin mematikan telponnya. Wanita itu tersenyum kembali pada sang Ayah. "Aku akan bersiap-siap untuk bekerja dulu Ayah.."
Wanita itu melenggang pergi. Ia menuju kamarnya untuk berganti baju. Setelahnya dia keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur.
Beberapa macam masakan sudah dia siapkan untuk sang Ayah. Tak luput dia akan memberinya pada Obito dan Kakashi.. tapi mengingat temannya itu, apa Kakashi akan marah ya jika dia mengirimkan makanan lagi?
Dia masih mengingat bagaimana pria itu marah padanya. Membuatnya terdiam kaku dan merasa tidak berdaya.
Menanggung sedikit dilema, Rin menghela napas dengan berat. Semoga saja kali ini dia tidak marah lagi.
Rin segera memasukkan makanan yang sudah dimasaknya kedalam bekal dengan rapi. Dia memasukkan nasi dan lauk-pauk agak banyak ke bekal mereka berdua. Sebuah ide melintas di otaknya saat mendengar suara pintu rumahnya terbuka.
Itu pasti Hanare!
Dugaannya benar. Pagi-pagi sebelum berangkat bekerja Hanare memang sudah datang ke rumahnya. Seperti biasa Hanare yang baru datang itu membawa beberapa belanjaan dari supermarket setelah Rin yang menyuruhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love •New
FanfictionDia sudah mencintai wanita itu sejak pertama kali ia melihatnya. Dia membiarkan perasaannya terus bertambah setiap harinya. Tetapi ada saat dimana dia harus melupakan cintanya, membuang perasaan cintanya jauh-jauh.. Meskipun itu hanya sia-sia saja...