Wanita itu segera mendapatkan kesadarannya saat silau sudah memancar dari jendela. Pagi rupanya sudah menyingsing, menjemputnya dari mimpi yang baru saja telah hilang. Wanita itu lantas bergerak, menelusuri sisi ranjangnya yang lain. Seketika dia menemukan sosok raksasa di sebelahnya.
Rin sedikit terkejut ketika menemukan senyum itu terlukis indah. Rin tak mengerti sejak kapan pria itu melihatnya dan itu cukup memalukan. Tiba-tiba pria itu meraih kepalanya dan mengelus rambutnya penuh kasih. Memberinya ciuman selamat pagi di pipi.
"Selamat pagi. Kau cantik sekali, bahkan saat tidur." Ucap Obito. Suara berat itu mendayu-dayu kesadarannya yang masih belum terkumpul seutuhnya.
Rin mengucek matanya beberapa kali dan memunculkan senyum atas pujian itu. Pikirannya tiba-tiba langsung tertuju pada miniatur kecil suaminya.
"Mamoru sudah bangun?"
"Dia sedang tidur," Jawab Obito.
Rin menyingkirkan selimutnya. Menggulung benda itu ke sekitar ke samping dan segera beranjak dari kasur. Dan itu mengundang senyum jahil si pria.
"Sayang, mau kemana?"
Rin terkejut saat lengannya dengan mudah diraih begitu saja. Sedetik kemudian Obito melemparkannya ke ranjang kembali hingga menimbulkan suara benturan yang cukup keras.
Rin membulatkan kedua matanya, cukup terkejut dengan perlakuan itu. "Obito-kun, aku harus ke kamar Mamoru sekarang."
"Tenang saja.. anak itu sedang tidur dan sudah mendapatkan susu kok."
Rin menyipit, "Aku tidak percaya sebelum aku melihatnya sendiri."
"Maksudmu aku tega menelantarkan Mamoru, begitu?" Pria itu memandanginya. Tidak bergerak dari posisi.
Rin segera menggeleng. "T-tidak, bukan begitu.. aku ingin melihatnya saja. Barangkali sekarang Mamoru sudah bangun,"
"Ada yang lebih penting dari itu..." Tangan besar Obito meraih helaian rambut istrinya yang sudah memanjang di bawah bahu. "Temani aku disini sebentar, sebelum aku bekerja."
Rin menyingkirkan tangan Obito yang mampir di rambutnya, "Mandi lah, nanti kau terlambat."
Wanita berambut coklat itu menahan napas ketika kedua lengannya dipegang erat-erat. "Obito-kun.." Panggil Rin sekali lagi, dengan helaan napas dan berusaha bersabar.
Alih-alih membiarkannya pergi, Obito masih menahannya dengan kuat. Kali ini seolah memenjarakannya. "Kau boleh pergi kalau kau bisa melepaskan genggaman ini," Ujarnya seenaknya.
"Jangan konyol. Tenagamu lebih kuat," Jawabnya dengan kerutan di kening.
Obito tertawa kecil dengan suara rendah, "Kau lebih dari mampu melakukannya, kau hanya perlu menggodaku seperti biasa─, aw sakit, sayang!"
Rin mencubit lengan Obito dengan cukup keras. Berhasil membuat tubuh tinggi itu tumbang ke samping. Pria itu mengeluh sakit pada lengannya, dia yakin cubitan tadi pasti menimbulkan memar. Obito tak habis pikir dengan Rin yang tiba-tiba menjadi marah.
Meraih kesempatan itu, wanita berambut coklat itu langsung menuju kamar putranya dan ternyata menemukan Mamoru sudah bangun. Bayi itu tengah menangis, ternyata insting seorang ibu memang benar adanya.
Bayi yang sudah menginjak usia tiga bulan itu Rin timang dengan penuh kasih. Mungkin Obito tidak berbohong dan sudah memberinya susu, namun bisa jadi Mamoru lapar lagi. Atau mungkin bayi itu menangis karena sesuatu yang lain.
Rin lantas mengecek popok yang dikenakan Mamoru. Secara mengejutkan, popok itu bersih tanpa noda. Sepertinya Obito yang mengganti popoknya. Mungkin sekarang Mamoru menangis karena lapar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love •New
FanfictionDia sudah mencintai wanita itu sejak pertama kali ia melihatnya. Dia membiarkan perasaannya terus bertambah setiap harinya. Tetapi ada saat dimana dia harus melupakan cintanya, membuang perasaan cintanya jauh-jauh.. Meskipun itu hanya sia-sia saja...