Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun silih berganti. Wanita berambut coklat itu merobek kertas kalender yang ada di meja kerjanya dan menatap angka yang tertinggal di sana. Bulan ini hanya tersisa beberapa hari lagi dan bulan depan adalah tepat dua tahun Obito meninggalkan kota ini.
Di luar, musim semi datang setelah merasakan dinginnya salju. Salju-salju di atap-atap rumah, halaman dan jalan perlahan mencair. Bunga-bunga sakura mulai bermekaran, pembatas jembatan mulai hangat dengan aliran sungai di bawahnya yang mengalir.
Cepat sekali waktu berlalu. Tahun kemarin adalah tahun yang penuh dengan kejadian dalam hidupnya. Kejadian yang banyak menorehkan luka, tapi kemudian tergantikan oleh sesuatu yang lebih baik.
Dua tahun belakangan ini tak banyak yang terjadi dalam kehidupannya selain bekerja. Baik itu Obito dan Rin, keduanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sesekali meluangkan waktu menelpon untuk mengobati rasa rindu. Dua tahun tidak bertemu, waktu terasa lambat dan menyiksa.
Banyak perubahan yang dihasilkan setelah Obito memutuskan pergi meninggalkan kotanya. Berkat kerjasama yang diraih dengan perusahaan asing, Perusahaan Uchiha tak lagi berada dalam kondisi terpuruk. Masyarakat juga tak lagi memandang sebelah mata Perusahaan Uchiha.
Seiring berjalannya waktu, berita-berita yang menyebar karena kecurangan Madara perlahan-lahan mulai tertimbun dengan berita-berita yang baru. Berita-berita positif mengenai Perusahaan Uchiha, berita yang membuat nama perusahaan itu semakin harum. Salah satunya adalah berita mengenai Perusahaan Uchiha yang memulai bekerjasama dengan perusahaan luar negeri dan pencapaiannya yang luar biasa menjadi topik menarik di kalangan masyarakat.
Beberapa siaran televisi maupun majalah bahkan meliput pencapaian tersebut. Pencapaian yang luar biasa setelah dua tahun sebelumnya ada dalam kondisi terpuruk. Tentu saja peningkatan pesat dan pencapaian tersebut berimbas baik pada negeri itu.
Tak hanya hasil kerja keras pria itu yang membuahkan hasil, selama dua tahun terakhir ini Rin juga mati-matian bekerja di rumah sakit. Berangkat pagi dan pulang malam adalah makanan sehari-hari. Menghabiskan waktu di rumah sakit dan membantu orang banyak bukanlah hal yang buruk. Rin sadar dia adalah seorang dokter, namun ada saat dimana dia ingin membantu pasien-pasiennya dengan memberi perhatian lebih. Sering mengecek kondisinya, memberinya motivasi dan semangat, atau bahkan mengambilkannya makanan.
Rin lebih sering menghabiskan waktunya untuk pasien-pasien yang memang membutuhkan perhatian lebih. Seperti anak-anak, orang dengan kondisi parah, ataupun lansia.
Usaha-usaha itu dapat dilihat oleh orang-orang yang bekerja bersama dengan Rin. Pagi ini Rin tengah dilanda beribu rasa bimbang setelah menolak seruan saat rapat rumah sakit. Hasil kerja kerasnya selama dua tahun ini, ataupun tahun-tahun sebelumnya membuat Rin diminta untuk maju sebagai kepala rumah sakit. Hal itu bukanlah tanpa alasan, kepala rumah sakit Sebelumnya sudah tua dan akan pensiun. Oleh karena itu mereka sedang mencari penggantinya. Meskipun dibilang terlalu muda untuk Rin, namun mereka semua mengakui bahwa kinerja Rin memang tidak main-main.
"Sayang sekali kau menolak seruan itu," Asistennya berbicara. Menatap Rin yang termenung di meja kerjanya. "Kenapa kau menolaknya? Padahal tua-muda juga bukan masalah, justru mungkin ada inovasi baru disini."
Rin menggeleng, memutar kursinya dan menatap ke luar jendela. "Masih ada yang lebih hebat dibandingkan denganku."
Asistennya mengangkat bahu dan tidak bertanya lagi. Entah apa yang membuat atasannya itu menolak kesempatan emas yang diajukan oleh beberapa petinggi rumah sakit. Sebenarnya ada satu hal yang Rin sayangkan apabila menerima tawaran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love •New
Fiksi PenggemarDia sudah mencintai wanita itu sejak pertama kali ia melihatnya. Dia membiarkan perasaannya terus bertambah setiap harinya. Tetapi ada saat dimana dia harus melupakan cintanya, membuang perasaan cintanya jauh-jauh.. Meskipun itu hanya sia-sia saja...