Chapter 61 (Special Chapter)

81 13 86
                                    









Sinar matahari mengusik ketenangan wanita berambut coklat yang masih bergelut dengan selimutnya. Tidur dua jam saja sudah lumayan menghilangkan sedikit penat di kepalanya.

Wanita itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar bernuansa putih dan abu. Kamar ini jelas bukan kamarnya, melainkan kamar hotel yang sengaja dia pesan untuknya. Sepasang mata coklatnya melirik jam dinding yang berada di kamar itu, waktu masih menunjukkan pukul dua belas siang.

Nohara Rin beranjak dari kasur dan merasakan lemas yang menyerang tubuhnya. Rasanya lelah sekali. Semalam dia tidak bisa tidur dengan tenang sehingga membuat tubuhnya cukup lemas sekarang. Dan pagi tadi mau tak mau dia harus memulihkan tenaga meskipun hanya tidur dua jam saja. Untuk mandi pun rasanya wanita itu tak ingin berlama-lama.

Setelah mandi, Rin melangkah keluar kamar. Harum wangi teh beraroma melati langsung memenuhi area meja makan didepan kamarnya. Seorang wanita yang juga berada di kamar yang sama namun berada di ruangan yang berbeda dengannya memperhatikan Rin yang baru saja terbangun dari tidur. Rin terlihat cukup lelah dengan kantung mata yang menghitam.

Tentu saja dia paham apa yang membuat Rin terlihat begitu lelah. Mungkin semalam Rin tidak bisa tidur dengan nyenyak karena hari ini dia akan menikah. Siapapun pasti tidak bisa tenang jika berada di posisi Rin, tinggal menunggu beberapa jam saja untuk melepas kehidupannya untuk orang lain.

"Rin, ini... Aku sudah membuatkan teh untukmu. Duduk dulu, sebentar lagi orang yang meriasmu akan datang." Ucap Hanare tersenyum.

Rin segera mendudukkan diri di kursi makan. Ia menyesap beberapa tegukan teh yang Hanare buatkan untuknya. Di atas meja juga ada beberapa kue dan roti, namun rasanya dia samasekali tidak ingin makan. Pikirannya hanya terfokuskan pada beberapa jam kedepan.

Tak terasa sekali.. Sebentar lagi dia akan menjadi milik Obito sepenuhnya.

"Rin..." Suara Hanare membuyarkan lamunan wanita itu, "Makanlah rotinya juga.... Perutmu harus diisi. Apa mau dipesankan makanan lain di restoran?"

Rin segera menggeleng, "Tidak perlu.."

"Kenapa? Kau bisa bertambah lemas nanti kalau tidak makan," Balasnya.

Wajah Rin nampak tak berselera. Perutnya terasa penuh meskipun dia belum makan, bahkan tadi malam juga. "Aku kenyang.. minum teh saja cukup."

Pandangan Hanare berubah khawatir, "Makanlah rotinya juga... Setidaknya perutmu harus diisi. Tadi malam kau juga tidak makan kan? Kau mau sepanjang acara terlihat lemas?"

"Acaranya masih beberapa jam lagi," Jawab Rin melirik sekali lagi jam dinding di ruangan itu.

"Oleh karena itu..." Hanare berusaha bersabar, "Semalam kau kan belum makan, sekarang makanlah sedikit.. Nanti kalau waktu acaranya akan dimulai, makanlah lagi."

Dengan berat hati Rin akhirnya mau memasukkan sesuatu kedalam perutnya. Kalau dipikir-pikir seharian ini sudah pasti disibukkan dengan acara, mau tak mau dia harus mengisi perutnya daripada ada sesuatu nanti yang tidak diharapkan terjadi.

















Unexpected Love



















Waktu masih terlalu cepat untuk seorang pengantin pria menginjakkan kakinya di sebuah taman yang sebentar lagi akan menjadi saksi pernikahannya. Taman itu terlihat dipenuhi oleh beberapa pelayan yang sibuk berlalu lalang untuk menyiapkan acara. Pria itu hanya ingin memastikan jika semuanya bekerja dengan baik.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang