Chapter 37

99 13 63
                                    









Onyx Obito memperhatikan wanitanya. Sejak kemarin mengapa Rin terlihat agak murung, tidak seperti biasanya dia akan memulai pembicaraan. Di mobil pun, hanya ada keheningan hingga mereka sampai kesini.

"Mau minum, sayang?" Tanya pria itu.

Manik Rin bergerak ke arah Obito. Melihat pria itu mengangkat gelasnya. Rin tersenyum dan mengangguk pelan.

"Kau ada masalah?" Tanya Obito menuangkan air merah bening itu kedalam gelas tingginya.

"Tidak," Rin menggeleng. Wajahnya murung kembali.

Obito menghela napas dan berusaha bersabar. Senyum kecil tersungging di bibirnya, sebelah tangannya terangkat untuk menyentuh pipi wanitanya. "Kau bisa cerita padaku. Aku akan mendengarnya dengan baik."

Rin menggigit bibirnya. Bukan murung lagi yang dia perlihatkan, tapi sepasang manik coklat yang menunjukkan kekecewaan. Kedua alisnya melengkung ke atas. Dan Obito tidak mengerti ada apa dengan wanita ini.

"Rin?"

Rin menghela napas. Ia melepaskan telapak tangan besar itu dari pipinya. Lagi-lagi sebuah gelengan kecil dia berikan pada Obito.

Pria jabrik itu mengerut. "Ada apa, sayang?"

"Obito, sepertinya aku hanya kelelahan saja." Jawab Rin berusaha menyingkirkan ekspresi emosional yang sudah terlanjur terlihat.

"Tidak," Obito menjawab cepat. "Kau tidak sedang baik-baik saja. Ceritakan padaku apa yang terjadi padamu,"

Tidak, biarkan dia sendiri yang menanggung semuanya sendiri. Dia akan berusaha untuk berbicara pelan-pelan lagi pada sang Ayah.

Rin tidak sanggup berbicara yang sebenarnya pada pria itu. Selama ini dia sudah dibuat untuk bisa melihat ketulusan hatinya. Rin tidak akan sanggup.. Melukai hatinya.

Rin sekali lagi menggelengkan kepala. Sekarang dia harus mengarang sesuatu yang masuk akal. "A-aku hanya kelelahan," Ucapnya mengulangi perkataan yang sama. "Pekerjaan rumah sakit membuatku tidak tidur semalaman, ada dua operasi dua hari berturut-turut."

Obito menghela napas. Melihat manik Rin yang menghindarinya. "Kau harus tetap istirahat. Kau seharusnya minum vitamin juga."

Rin hanya mengangguk. Perasaan lega menelusup kedalam hati Rin tatkala mendengar jawaban Obito. Syukur sepertinya Obito mempercayai ucapannya barusan.

Keheningan sempat menelusup di antara mereka. Untuk beberapa saat, perhatian mereka tersedot pada seseorang di depan panggung yang nampak gagah. Madara memberikan sepatah dua kata mengenai dirinya, lalu mempersilahkan para tamu undangan menikmati hidangan. Tak lama berselang setelah Madara mengucapkan itu, para pramusaji berdasi menambahkan beberapa hidangan ke meja para tamu. Lantunan musik yang lembut kembali meramaikan tempat itu.

Onyx Obito memperhatikan sekitar, kiranya ada seseorang yang dikenalinya.Sementara Rin terpaku dalam keterdiaman-nya dan terlarut dalam pemikirannya kembali. Sesekali melirik ke arah kekasihnya yang nampak menikmati suasana sembari meminum wine. Hingga ada suara seseorang yang menginterupsi kembali di antara mereka. Rin menoleh, mendapati dua pria berambut hitam yang datang untuk menemui Obito.

"Pantas saja duduk di pojok, sengaja menghindari keramaian ya? Agar bisa bermesraan berdua?" Ucap salah satunya. Sementara yang satunya hanya diam sembari tersenyum tipis.

Mereka berdua sepupu Obito, bukan?

"Ah, Rin. Kita bertemu lagi." Shisui tersenyum lembut dan mengulurkan tangannya. Ragu-ragu Rin menerimanya dan membalas senyumannya.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang