Chapter 16 (Special Chapter)

149 21 53
                                    







"Dokter?"

Rin menoleh saat mendengar sebuah panggilan diselingi sebuah sentuhan di pundaknya. Sepasang maniknya langsung menangkap dua orang pria berperawakan tinggi dengan warna rambut yang berbeda dan terlihat kontras.

Kakuzu dan Hidan berdiri di belakangnya dengan tangan salah satu dari mereka yang masih menempel di pundaknya. Dengan pandangan yang masih terkejut, wanita yang sedang dipanggil itu berdiri dari kursinya dengan tiba-tiba. Membuat tangan Hidan melepasnya.

"Aduh, kaget ya Dok?" Sapa Hidan mencoba untuk bersikap asik. "Sama Dok. Saya sama Kakuzu juga kaget."

Kakuzu yang berada disebelah Hidan masih terdiam. Pemandangan didepannya ini sungguh menghantam paru-parunya hingga membuatnya sulit bernapas. Bukan karena perasaan sedih atau semacamnya, tentu saja ini sesuatu yang.. menyenangkan.

"Dokter..." Kakuzu mulai membuka suaranya, pria itu masih shock karena mendapati wanita berambut coklat yang ia.. sukai itu ada disini. "Dokter kenapa ada disini Dok?"

Sepasang manik Rin beralih menatap Kakuzu. Kepalanya sedikit mendongak, "Aku.. diundang teman kalian."

Hidan tiba-tiba menepuk tangannya sekali. "Benar juga! Dokter kan diundang Pain, Kakuzu?" Manik Hidan lalu beralih pada Rin. "Kalau begitu Dok.. kita bisa ngobrol-ngobrol sambil kereta tiba di kota tujuan.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Hidan menarik tangan Rin dengan tiba-tiba dan mengajaknya duduk di kursi kembali.

Mimpi buruk, batin Rin. Sekarang dia sudah dikepung oleh mereka lebih-lebih Hidan yang sekarang memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Kebetulan sekali ya Dok kita ada dalam satu kereta. Kemarin, Pain dan Konan sudah berangkat duluan." Ucap Kakuzu memecahkan keheningan.

Rin hanya mengangguk menanggapi.

"Dokter sama siapa? Sendirian?" Lanjut Kakuzu.

Rin hendak menjawab, tapi keduluan suara Hidan yang terdengar. "Tentu saja dia sendiri, Kakuzu!"

"Tidak, aku tidak sendirian kok.." Jawab Rin melambaikan kedua tangannya. Ia tertawa kecil, dua pasang mata itu dapat menangkap rona merah yang mampir di pipi wanita itu.

Mendengar jawaban Rin, dua pria itu refleks menolehkan kepala dan tersentak kaget. Rasa penasaran langsung menyerbu masuk kedalam perasaan Kakuzu dan Hidan. Rasa penasaran mereka memuncak, ternyata Rin tidak sendiri.. Apakah dia bersama salah seorang dari temannya?

Dari beberapa orang temannya yang sekarang bersama mereka, ada tiga orang yang tidak ada didalam gerbong bersamanya tadi. Tiga orang itu adalah Kisame, Itachi dan Obito.

Mungkinkah.. orang itu adalah Kisame?

"Benarkah Dok?" Hidan menopang dagunya. "Memangnya dengan siapa?"

Kakuzu melirik dokter didepannya dengan lamat-lamat. Ia mengamati sikap Rin dan menelisik wajahnya. Rona merah pipinya itu.. membuatnya cemburu. Siapa pria yang bisa membuat Dokter Rin sampai malu-malu begitu?

"Aku bersama Obito. Dia yang mengajakku untuk berangkat bersama."

Hidan dan Kakuzu membulat. Sebuah nama yang tidak terlintas di otaknya. Mereka pikir, Rin bersama Kisame disini.

Sialan, Kakuzu mengumpat dalam hati. Dia merasa kecolongan.








Uchiha Obito mengerjab kaget saat merasakan getaran ponsel yang ia letakkan dalam sakunya. Karena getaran ponsel itu, ia yang hampir saja akan tertidur jadi terkejut. Obito menggerutu, menatap nama seseorang di layar ponselnya dengan kesal.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang