Chapter 55 (Special Chapter)

86 11 79
                                    













Pekatnya malam semakin merangkak. Seiringnya jam berjalan, Rin meletakkan sup panas yang dibawanya dari dapur. Kepulan-kepulan asap dari mangkuk besar itu terurai di udara dengan wanginya yang menggoda. Irisan daun bawang dan bawang goreng mengapung di atas sup. Isian daging sapi dan sayur-sayuran juga terlihat, sangat menggoda selera makan.

"Akhirnya jadi juga, aku tidak sabar memakannya."

Suara berat itu membuat wanita berambut coklat mendengus tawa. "Kalau begitu, aku akan mengambil mangkuk untuk kita berdua."

Tak hanya memasak sup, mereka berdua juga menggoreng udang sebagai topping sup kali ini. Meskipun Obito akui udang goreng tersebut agak kemerahan karena api kompor kebesaran, tapi pasti tetap enak.

Sepasang onyx Obito beralih mengawasi Rin yang sedang berusaha menggapai mangkuk lain yang bersih yang terletak di lemari atas. Wanita itu terlihat agak kesulitan dan berjinjit. Obito yang sedang berdiri di dekat meja makan langsung menghampiri Rin dan membantunya.

Aroma maskulin langsung memenuhi indera penciuman Rin. Dada bidang pria itu menempel di punggungnya ketika Obito menggapai mangkuk tersebut di tas lemari tanpa berjinjit, tak seperti Rin yang bersusah payah.

"Ini," Obito menyerahkan satu mangkuk kecil pada Rin. Sementara dia juga mengambilnya untuk dirinya sendiri.

Alih-alih kembali ke meja makan, Obito tetap diam di posisi. Ada sesuatu yang memberontak di dalam dadanya, sesuatu itu yang membuat pria itu ingin berdekatan lebih dengan Rin. Debarannya menjadi tidak wajar, dia sangat merindukan masa-masa dimana dia bisa berdekatan dengan jarak sedekat ini.

Obito tak kunjung berpindah hingga suara Rin memecah keheningan. "Obito? Aku tidak bisa lewat.. Ayo kita makan bersama."

Obito sontak bergeser sedikit untuk memberi ruang wanitanya. "Aku pikir kau butuh sesuatu yang lain."

Rin menggeleng seraya tersenyum. "Tidak kok, sudah selesai semua."

Obito menghampiri Rin yang berada di meja makan dan duduk di depannya. Obito sedikit terkejut kala Rin meraih mangkuk di depannya dan mengambilkannya makanan.

"Silahkan, Obito.. apa porsinya cukup?"

Obito mengerjabkan mata dan segera tersenyum, "Sudah cukup. Terimakasih,"

Rin duduk kembali dan siap untuk menyantap makanannya. Dia sadar akan tatapan onyx yang terus mengarah padanya, tugasnya adalah menghindari tatapannya kan?

Debaran jantung yang tak mau tenang sedikit itu justru bertambah. Rin merasakan wajahnya menghangat ketika sebuah sumpit tiba-tiba berada didepan mulutnya.

"Udang nya sedikit merah karena aku menggorengnya dengan api yang agak besar. Tapi ini enak, cobalah."

Rin membuka mulutnya dan memasukkan udang itu kedalam mulutnya. Sebuah senyum muncul di bibir Rin setelah mengunyah habis udang suapan pria itu. "Enak." Ucapnya, rona merah semakin merambat ke belakang telinga.

Tak jauh berbeda dari si pria, Obito merasakan darahnya berdesir hingga ke kepala. Membuat pipinya memerah. Tak bisa diucapkan oleh kata-kata perasaannya sekarang, yang jelas Obito sangat bersyukur masih bisa bersama-sama dengan Rin lagi, menghabiskan malam dengannya, seperti saat ini.

Mereka kemudian menghabiskan makan malam dengan tandas. Rin menyelesaikan makan malamnya sementara Obito sudah selesai terlebih dahulu. Obito berdiri mengambil minuman untuk mereka berdua di kulkas namun kedua onyxnya terpaku pada sebuah botol kaca disana.

Dia sudah tahu memang ada wine disana. Ibarat pria yang suka merokok, Obito lebih suka meminum alkohol. Tapi dia paham bahwa isi kandungan dalam botol kaca tersebut sedikit berbeda dari yang biasanya dia minum, kandungan alkoholnya sangat tinggi.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang