"Kakashi," Suara berat itu membuat pria berambut perak mengembalikan perhatiannya pada Nohara Sato. "Kau.... Sering-seringlah berkunjung kesini."
Kakashi tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum tipis.
"Jangan sungkan," Lanjut Sato.
Kakashi tidak berniat untuk menanggapi perkataan Sato, karena dia paham posisinya disini. Hanya sahabat, tidak lebih. Namun kerap kali dia masih mengharap pada wanita berambut coklat itu, berharap ada keajaiban yang menimpa mereka hingga membuat Rin menjadi miliknya.
Sekali lagi, dia teringat oleh perkataan Sakumo yang sering kali diucapkan. Tidak hanya sekali Ayahnya itu mengatakan jika dia masih memiliki kesempatan untuk membuat Rin menjadi miliknya.
"Aku tidak sungkan kok, Paman." Menemukan suaranya kembali, Kakashi akhirnya menjawab setelah sadar dari pemikirannya. "Hanya sibuk saja. Kalau begitu, aku pulang dulu. Ayah pasti menunggu di rumah."
Dari sorot matanya, Sato nampak menyayangkan ucapan itu. Tapi dia hanya mengangguk.
Setelah kepergian Kakashi, pria berambut cokelat itu menyuruh Hanare menyingkir sejenak dari hadapannya agar bisa bicara empat mata pada putrinya.
Hanare segera melenggang pergi. Tapi dia menghentikan langkahnya didekat pembatas dinding antara ruang tamu dan ruang keluarga.
"Ayah sudah mengenal Kakashi sejak lama. Dia orang yang baik, apa dia pernah menceritakan sesuatu padamu, Rin?"
Rin nampak tidak mengerti dengan ucapan Ayahnya. "Menceritakan apa, Ayah?"
"Tentang perasaannya.. atau semacamnya."
Seketika napas Rin tercekat di tenggorokan.
Tentang perasaan.. Kakashi?
Entah mengapa ucapan Ayahnya menjadikan alarm tersendiri di kepalanya.
"Apa kau tahu?" Ulangnya.
Hampir mendapatkan irama jantungnya yang terhenti, Rin tidak dapat merasakan apapun saat nafasnya nyaris lepas. Ada banyak oksigen yang ia butuhkan untuk memompa kuat paru-parunya.
Sepasang manik coklat Ayahnya itu memandangnya dalam. Begitu kuat. Ada sesuatu yang seakan menembusnya.
Melihat keterdiaman Rin, Sato membuka suaranya kembali. "Rin?"
Suara sang Ayah menyebut namanya, sekali lagi Rin mendapatkan penekanan. Wajahnya yang kosong mendongak, membalas tatapan sepasang mata coklat milik pria itu.
"Kenapa kau diam? Kau menyembunyikan sesuatu dari Ayah? Atau kau benar-benar tidak tahu?" Sato berkata dengan suara heran, seraya memandang putrinya.
Rin tidak mengerti bagaimana nantinya jika Ayahnya tahu Kakashi pernah menyatakan perasaan padanya. Rin baru menyadari bahwa Ayahnya menunjukkan sikap yang berbeda setiap kali bertemu Kakashi dan Obito.
Jauh sebelum bertemu Obito, selama ini Rin mengira jika sikap Ayahnya pada Kakashi hanya sekedar Kakashi adalah anak sahabatnya. Tidak lebih. Rin menyadari baru-baru ini setelah berpacaran dengan Obito. Sikap Ayahnya memperlakukan mereka berbeda— Walaupun sebenarnya tidak terlihat terang-terangan melalui ucapan. Tapi Rin bisa melihat bagaimana Ayahnya bersikap pada Obito.
Memantapkan hati, pada akhirnya Rin memilih untuk menceritakan yang sejujurnya pada Ayahnya. "Mengenai perasaan Kakashi.."
Manik coklat itu menatap Rin kian intens, Rin menarik napas sebelum melanjutkan, "Aku tahu. Dia memiliki perasaan padaku."
Kedua bola mata coklat itu melebar. Sudah ia duga sejak dulu, Kakashi pasti memiliki perasaan pada putrinya. Bagaimana caranya dia bersikap, caranya berbicara pun sudah terlihat. Tapi sekarang Kakashi terlihat menjaga jarak, mungkin semua ini karena lelaki Uchiha itu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love •New
FanficDia sudah mencintai wanita itu sejak pertama kali ia melihatnya. Dia membiarkan perasaannya terus bertambah setiap harinya. Tetapi ada saat dimana dia harus melupakan cintanya, membuang perasaan cintanya jauh-jauh.. Meskipun itu hanya sia-sia saja...