Chapter 62 (Special Chapter)

103 12 83
                                    









Sinar matahari menembus ke sela-sela gorden jendela yang berada di kamar itu. Lelah masih menyerang dua pengantin baru itu, namun keduanya merasa pagi ini jauh lebih segar dari kemarin. Di antara keduanya, Obito lah yang terlebih dahulu bangun sepuluh menit yang lalu kemudian mandi. Sementara istrinya masih berada di atas ranjang seraya menunggu Obito menyelesaikan kegiatannya.

Meskipun Rin akui waktu istirahatnya masih kurang, namun pagi ini mereka berdua harus cepat-cepat bangun karena sebentar lagi akan makan siang di rumah Izuna. Kemudian dilanjutkan dengan pergi bulan madu sore ini.

Ceklek.

Suara pintu terbuka yang berasal dari kamar mandi membuat Rin menoleh. Obito keluar sembari menggosok rambutnya menggunakan handuk. Tetes-tetes air jatuh di sekitarnya. Handuk kimono membalut sempurna tubuhnya yang atletis.

Pria itu melirik ke arah ranjang dimana melihat sang istri menunggunya. Meskipun baru bangun tidur dan berantakan, tapi Rin tetap terlihat cantik di matanya. Begini kah pemandangan setiap hari yang akan dilihatnya seterusnya?

"Obito-kun sudah selesai?"

Obito mengerjab lalu tersenyum. Suara beratnya terdengar menjawab pertanyaan itu. "Aku sudah selesai. Handuk kimono mu sudah kusiapkan, ada didalam."

Rin hanya mengangguk cepat  segera melesat masuk kedalam kamar mandi. Setelah pintu ditutup,
jantungnya berdegup kencang memikirkan sesuatu yang belum pasti. Dalam hati dia bertanya-tanya pada diri sendiri. Semalam keduanya langsung jatuh tertidur begitu saja tanpa ada apapun yang terjadi.. Mungkinkah dia kelelahan..?

Keduanya memang kelelahan karena memiliki waktu istirahat yang sedikit sebelum acara pernikahan dimulai. Tapi yang Rin tidak ketahui adalah Obito tidak masalah dengan kondisi tubuhnya dan lebih memikirkan wanitanya.

Selagi Rin berada di kamar mandi, Obito mencari baju yang akan ia kenakan sekarang. Namun ketika baru saja hendak melepas kimononya, pergerakannya terhenti karena ada ketukan pintu dari luar.

Obito segera membuka pintu kamarnya, indera penglihatannya langsung menangkap sesosok pria yang bekerja di rumahnya.

"Bos, maaf mengganggu. Baru saja ada orang yang mengantarkan kado-kado pernikahan dari tempat acara kemari. Kado-kadonya apa saya letakkan di ruang keluarga? Atau di kamar bos saja? Barangkali bos ingin membukanya."

Obito mengangguk, "Ah, letakkan saja di kamar."

Satpam tersebut mengangguk, "Baik bos.." Segera pria itu melesat untuk mengambil kado dan meletakkan kado-kado tersebut di kamar sesuai permintaan Obito.

Obito kembali menutup pintu kamarnya setelah si satpam pergi. Langkahnya kembali menuju ke depan lemari dan mencari baju. Setelahnya, dia mulai mengeluarkan beberapa baju lain untuk dipersiapkan dibawa pergi, meletakkannya dalam koper.

Tak lama setelahnya pria itu mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Kepalanya secara refleks menoleh ke belakang, dilihatnya sang istri yang menggunakan kimononya yang baru saja mandi.

"Obito-kun.. biar aku saja menyiapkannya." Ujar Rin tersenyum menawarkan.

"Tak apa aku sendiri saja, berganti lah baju lalu kita sarapan. Makanannya sudah siap di meja makan."

Rin mengerjab terkejut,  "Apa kau yang memasak?"

"Tidak, aku menyuruh satpam untuk membelikan makanan diluar."

Rin mengangguk. Ia mengambil langkah untuk mendekat ke arah Obito yang sedang duduk di depan lemari. Sesuatu menarik perhatiannya di pojok ruangan.

"Obito-kun, itu kado pernikahan kita? Sudah di antar?"

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang