Chapter 14

106 18 44
                                    





Keringat mengucur deras mengguyur dada bidang yang tak terbalut kain. Butiran-butiran keringat turun menetes dari leher hingga dadanya. Rambut hitamnya setengah basah, sesekali pria itu mengibaskan rambut jabriknya. Sesekali ia mengusap keningnya, menyingkirkan helaian hitam yang menempel pada kening.

Berolahraga adalah salah satu kewajiban baginya. Setelah ia tak mendapati aktivitas olahraganya beberapa bulan, untuk kali pertama Uchiha Obito yang sembuh total dari sakitnya melakukan gym di rumahnya.

Obito mengambil ancang-ancang kemudian mengangkat barbel dengan beban berat di atas sepuluh kilo di masing-masing tangannya. Dari ekspresi wajahnya, ia nampak datar seolah-olah tidak merasakan berat. Ia menggerakkan beban itu dengan gerakan atas ke bawah berulangkali.

Beberapa menit berlalu hingga ia mendengar suara telpon yang berdering di atas meja. Menyadari itu, tangan Obito yang sebelah kanan meletakkan barbel dengan hati-hati ke lantai, sementara tangan yang lain bergerak untuk memeriksa handphone di atas meja.

Setelah di cek, ternyata teman-temannya yang akan mengajaknya kumpul malam ini. Mereka mengajaknya ke rumah Pain untuk makan malam. Obito tidak langsung mengiyakan permintaannya teman-temannya, ia mengingat-ingat apakah malam ini ada pekerjaan yang harus dilakukan?

Karena sekarang dia sudah mulai bekerja lagi di Perusahaan Uchiha, ia tidak bisa selalu berkumpul bersama teman-teman dalam waktu tertentu. Dan setelah dia mengingat-ingat apakah malam ini ada tugas, jawabannya ternyata 'ya'. Ada sedikit, dan tidak masalah untuk pergi keluar.

Sembari menunggu petang, Obito mengakhiri aktivitas gym-nya dan mandi. Setelahnya, mengerjakan sedikit 'tugas' yang ia maksud.

Ketika malam benar-benar tiba, tugas kantor akhirnya selesai. Dia menutup laptopnya yang berada di ruangan kerja dan segera berganti baju.
















Unexpected Love

















Mobil mewah itu berhenti di depan sebuah rumah. Tak jauh berbeda dengan rumah miliknya, rumah temannya ini besar dan luas. Tapi jika dibandingkan dengan rumahnya, rumah milik Pain masih belum bisa mengalahkannya.

Obito turun dari mobil dan menuju pintu. Tak perlu waktu lama untuk Obito menunggu sang pemilik rumah. Pain langsung keluar dan membukakan pintu.

"Hey bro!" Sapa Pain mengepalkan sebelah tangannya. Obito tersenyum dan menyatukan kepalan tangan mereka. "Masuklah."

Ucapan Pain membuat Obito mengangguk. Selanjutnya ia mengikuti langkah sang tuan rumah yang membawanya ke ruang keluarga. Disana sudah banyak teman-temannya yang datang terlebih dahulu. Termasuk seorang pria yang merupakan adik sepupunya.

Obito kemudian duduk di sebah Itachi yang memasang ekspresi datar.

"Teman-teman, sebenarnya aku mengajak kalian kesini untuk menyampaikan sesuatu." Ucap Pain merangkul pinggang seorang wanita cantik disebelahnya. Pain kemudian menoleh pada calon istrinya itu dan tersenyum tulus. "Sayang, kau saja yang menyampaikannya."

Konan mendengus. Ia kemudian menggeleng. "Kau saja."

Pain mengangguk. Sedetik kemudian, pria itu melenggang dari hadapan teman-temannya dan malah masuk kedalam sebuah ruangan. Mereka kebingungan saat Pain malah meninggalkan ruang makan.

Unexpected Love •NewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang