• CindeRaru ( 2 ) • || MafuSora

172 25 4
                                    

sesampainya di rumah, Soraru mengajak Mafu berkeliling dan menyuruhnya untuk menunggu sebentar di ruang tengah lantai satu. selagi membiarkan Mafu disana, Soraru bergegas ke lantai dua dan membuka kamar lamanya yang sudah lama di tinggalkan. sejak ibu tirinya mengambil alih posisi kepala keluarga, Soraru dipaksa untuk pindah kamar ke gudang bawah tanah dekat penyimpanan makanan. di gudang itu hanya ada setikar jerami dan selimut kumal untuk tempat tidurnya. walau sedikit tidak layak, setidaknya ada satu perapian kecil yang bisa menghangatkannya di kala musim dingin tiba.

selesai membereskan kamar lamanya, Soraru bergegas turun dan menghampiri Mafu yang masih duduk di sofa dengan tenang. "maaf, apa aku terlalu lama?".

Mafu menggeleng santai. "tidak, kok.".

bangkit dari duduknya, Mafu menghampiri Soraru dan menyeka debu di pipi kirinya dengan ibu jari. "tidak perlu buru-buru, Soraru-san."

"a-ah ... begitu ya? ahaha ....". Soraru refleks menunduk dan berusaha mengendalikan jantungnya yang kembali berdebar.

sesampainya di kamar, Mafu langsung merebahkan dirinya di ranjang dan berguling-guling kesana kemari. memuji betapa hebatnya Soraru mempersiapkan kamar secepat kilat. si surai putih itu juga melompat menuju lemari dan mencoba mengukur pakaian satu persatu ke cermin.

"wah, baju-baju ini pas sekali di tubuhku! luar biasa!".

"syukurlah kalau begitu.".

Soraru mengulum senyum kala menatap Mafu yang kini sudah memakai pakaian sederhana milik mendiang ayahnya dan mematut diri di cermin. ada untungnya Soraru belum membakar baju-baju lama itu karena terlalu sibuk mengurus rumah.

tidak bisa berlama-lama menonton, Soraru ingat ia masih ada pekerjaan di ladang belakang rumah. "kamu bisa istirahat sampai makan malam nanti. santai saja, ya.".

"Soraru-san mau kemana?".

"aku mau memetik beberapa sayuran di belakang sebelum hujan."

"aku ikut".

"tidak usah."

"aku mau ikut."

"tidak usah, Mafu."

"mau ikut!".

" ... ".


satu dua hal yang Soraru pelajari dari Mafu adalah pemuda ini sangat keras kepala dan tidak bisa diam. buktinya sejak ia menginjakkan kaki di rumah ini, pemuda bermanik delima itu terus mengekorinya kemanapun. dari ikut berladang, mengepel rumah, hingga angkat jemuran dan melipat pakaian, sampai malam tiba Mafu mengikutinya ke dapur. anak kaya itu hanya menontoninya dari meja bundar dapur dengan senyum terkembang. kadang pemuda itu akan tiba-tiba memuji " ya ampun, Soraru-san cekatan sekali!" dan menambahkan sedikit gombalan, " benar-benar pasangan idaman!" yang memekarkan rona merah di pipinya seketika

dua hari berlalu begitu saja dengan keduanya yang semakin dekat. seperti pasutri yang baru menikah, keduanya membagi tugas mengurus rumah bersama. berkat itu, pekerjaan rumah Soraru selesai lebih cepat di banding biasanya karena Mafu yang selalu bersikeras ingin membantu.

"Soraru-san, ini surat-surat dari kotak pos.". kata Mafu sembari menghampirinya di meja makan.

"oh, baiklah. kamu sudah selesai menyapu?".

"tentu saja! bersih tanpa sisa!".

"haha, baguslah. kamu sudah bekerja keras. sepertinya sebentar lagi kuenya akan matang."

Katakoi  ||  ATRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang