Katakoi || ATR

• ; • || MafuSora

Mafumafu, 29 tahun. Telah gagal dalam hidupnya. Entah itu karir, keluarga, dan lingkungan sosialnya. Ia sudah berusaha setiap hari membiasakan diri dan melawan ketakutannya. Tapi jika dipikir lagi, mau traumanya dan depresinya, ketakutannya dan kesendiriannya, semua itu adalah karena tidak ada satupun yang menerimanya dengan benar. Meski ia sudah berusaha hingga batasnya, semua orang hanya ingin melihatnya menderita.

Ia tidak tahan.

Hidupnya mungkin memang tidak berguna sejak awal.

Jadi untuk apa dia berjuang? Untuk siapa dia bertahan?

Berdiri di belakang pagar jembatan layang, ia menatap kosong sungai besar yang akan menjadi tempatnya meregang nyawa.

“papa? mpain?”

“huh?”

Mafu langsung menoleh ke belakang dan kaget dengan kehadiran anak kecil yang tidak dia sadari. Anak berusia 3 tahun itu kembali bertanya. “papa, mpain? ta’ali liat?”

“nak... aku bukan ayahmu. Dimana orangtuamu”. Tanya Mafu panik. Ia yakin di jembatan ini hanya ada dirinya sendiri. Darimana anak ini berasal?. Ia menoleh ke segala arah namun tidak meemukan siapapun di jembatan ini.

“papa! mama ghi elanca!”.

“kamu ngomong apa nak, jangan bicara padaku.”

“papa, ih! Puyu mlah!!”. Kata si anak yang tiba-tiba marah.

Awalnya Mafu berpikir untuk membiarkan si anak disana dan melompat. Tapi memikirkan anak ini akan melihatnya jatuh dan membuatnya trauma, ia akhirnya urung dengan berat hati dan melompat kembali ke sisi dalam jembatan.

“nak, mamamu dimana? Kasih tau kakak.”

“Papa.”

“Kakak”

“papa!”

“Kakak.”

“PAPA!!”. Si anak langsung teriak.

Mafumafu refleks melengos dan mengernyit. “astaga... namamu? Siapa namamu?”.

“Puyu!!”

“Puyu?”. Mafu makin kebingungan.

Percuma, dia gagal paham.

“Mafuyu.”

DEG!!

Dari arah kanan mereka, seorang pria bercardigan cokelat datang dan mendekati keduanya. Belum sempat Mafumafu akan mendongak dan mengendalikan keterkejutannya. Ia dibawa ke dalam pelukan hangat dengan semilir aroma kopi yang menyapa penciumannya.